BAB 18, BERTEMU LAGI DI JOGJA

4 0 0
                                    

                Di atas kereta, pagi hari. Riana menggeliat, melepaskan diri sekuat tenaga dari cengkeraman kantuk yang seperti terus ingin mengungkungnya. Di sebelahnya, tampak Abhi yang sibuk membaca sesuatu di ponselnya. Abhi menyenggol lengan Riana, memintanya segera terjaga.

"Kenapa, Bhi?" tanyanya.

"Bangun, non, sedikit lagi Stasiun Tugu nih..." ucapnya.

"Oh, iya tah? Maaf ya, telat bangun aku..." ucap Riana seraya mengucek-ngucek matanya beberapa kali.

"Nggak papa, Ri, lagian, perjalanannya jauh juga kan kita ini..." Abhi tersenyum, lalu menutup ponselnya. Riana menggeliatkan tubuhnya sekali lagi. Dan ia baru sadar, bahwa ada sebuah jaket dengan wangi parfum yang sangat enak membungkus tubuhnya. Sepertinya ini sudah ada sejak semalam, dan ia benar-benar terbuai kenyamanan karena tidur menggunakan benda itu.

"Itu jaketku, maaf ya. Semalam kamu kedinginan kayaknya, jadi aku selimutin pake itu aja..." kata Abhi.

"Lho, nggak papa, aku yang ngerasa nggak enak nih jadinya, ngerepotin kamu... Tapi wangi parfumnya enak banget lho, Bhi, biasanya parfum cowok itu kebanyakan nyegrek ya, ini nggak, soft, kalem gitu..." kata Riana.

"Kamu suka tah?" tanya Abhi.

"Ya suka, jarang aja ada cowok pake parfum, terus kalem gitu..." kata Riana.

"Ini produknya adikku, dia jualan parfum online gitu, baik buat cewek maupun buat cowok ada semua..." jelas Abhi.

"Wah, asyik kayaknya tuh... Apa nama olshop-nya? Ada di IG gak?" tanya Riana bersemangat.

"Ada, IG-nya di Mayang Ristiana, cari aja disana..." kata Abhi. Secepat kilat, Riana mengambil ponselnya, dan men-skrol di akun instagram pribadinya, mencari akun atas nama Mayang Ristiana. Dan sesaat kemudian, matanya membulat sempurna.

"Lho... Ini kan?"

"Kenapa Ri?" Abhi heran.

"Ini mah murid aku, si Mamay, anak kelas 12 IPA 1... Sekolahnya di Pelita Bangsa kok, di bio IG-nya..."

"Lho, kamu ngajar disana ta?" Abhi ikutan kaget.

"Iyaa, aku guru kesenian disana..."

"Ya ampun, dunia sesempit itu ternyata. Lak mbulet ae tho awak dewe i..." Abhi tertawa.

"La iya, hadeeeh... Nek ngene ceritane ya tak japrine wae arek-e ngko... Yowes, ndang siap-siap yuk, dikit lagi sampe nih kita..." kata Riana. Abhi mengangguk. Ia segera mengambil tasnya di kompartemen di atas mereka, lalu disusul oleh Riana.

"Bisa ambilnya, Bhi?" tanya gadis itu seraya mengangkat ranselnya.

"Bisa dong, Cuma begini aja kok. Yuk..." Abhi segera menggenggam tangan Riana. Riana menyambutnya, dan mereka segera turun dari ular besi yang membawa mereka dari Jakarta sampai Jogja.

***
"Horeeee, ketemu lagiiii!" seru Muara seraya menepuk keras-keras bahu dua anak manusia yang baru saja turun dari kereta.

"Alah, baru dateng udah kena KDRT ini kita... Yang lain dimana, Ra?" tanya Riana seraya balas memukul keras-keras bahu cowok itu.

"Mereka di hotel, tadi diajak jemput malah gak mau, pada mau tidur katanya, ya udah..." jawab Muara.

"Yeee, durhaka ya bocah... Ya udah yuk, langsung ke hotel aja, aku juga pengen istirahat nih, pengen mandi juga, lepek banget, harus keramas nih kayanya..." kata Riana seraya mengucek-ucek rambutnya yang digelung asal itu.

MENTARI UNTUK MUARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang