Cangkir 11

239 20 0
                                    

Si Penjaga

"Ketidak-mengertian adalah hal yang paling menjengkelkan."

***

Hari ini kos sepi banget, hanya ada gue dan kegabutan. Aku selonjoran di sofa ruang tamu, menyedot sebatang rokok sambil menonton video ceramah di Youtube.

Hmm... random banget gue.

Asap dari mulutku mengepul, bau cengkeh dan tembakau memenuhi ruangan. Perhatianku fokus pada ustadz di layar hp.

"Hadiri, hadirat kawanku semua. Cinta adalah pengorbanan, tapi kalau pengorbanan mulu sih namanya penderitaan," kata laki-laki persorban itu.

Ini orang humoris juga, baguslah agar penonton nggak bosan. Tapi, ada benarnya juga sih. Kalau kita mengorbankan waktu, uang, dan pikiran kita pada seseorang yang bisa jadi adalah jodoh orang kan sia-sia. Penderitaan namanya.

"Kalaupun kita mencintai lawan jenis, berjuang untuknya, itu bisa jadi wajar saja karena cinta tak bisa dipaksakan. Namun, jangan sampai kita mendatangkan mudharat yang, berupa zina yang merupakan dosa besar," katanya bersemangat.

Hmm... kalau yang disukai sesama jenis gimana, dong? Apa itu sudah termasuk dosa?

Kreeekkk...

Pintu terbuka, Mas Agil masuk sambil membawa kantong plastik dan langsung batuk karena bau rokok.

"Kau ini sakit masih aja ngerokok!" protesnya.

Dan, aku cuma nyengir.

"Gimana keadaanmu? Nggak istirahat di kamar? Udah makan kau, 'kan? Lagi liat apa kau?" cerocosnya sambil menutup pintu.

Mas Agil ini udah kerja, jadi guru les, dia yang paling tua dan paling lama ngekos di sini. Dia juga yang paling baik. Saat ada salah satu penghuni kos sakit, dia yang paling banyak menaruh perhatian, memastikan orang itu makan dengan benar dan minum obat tepat waktu. Dia sudah jadi kakak bagi kami di sini. Semalam aja waktu aku pulang dalam keadaan begini, dia yang paling heboh. Menyuruh semua manusia di sini buat minggir kasih jalan, menawariki ini-itu. Ter-the best-lah pokoknya.

"Masih ngilu kaki, sih. Pala juga nyut-nyutan. Gue bosen di kamar, jadi pindah ke sini. Udah, kok, tadi Arfan beliin makan buat gue. Dan, gue lagi dengerin ceramah," lontarku menjawab semua pertanyaannya satu-persatu.

Lalu ustadz di hp-ku ngomong lagi, "Dari hadist mengatakan "Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah berkhalwat atau berduaan dengan seorang wanita tanpa mahramnya karena sesungguhnya yang ketiga adalah syetan.""

"Absurt banget lo, nggak jelas!" lontar Mas Agil. Aku tertawa terbahak. Emang absurt.

Tok tok tok... seseorang mengetuk pintu, dan aku langsung pause video ceramah itu. Orang ini pasti tamu, kalau itu teman sekos atau ibu kos yang lagi patroli nggak mungkin ketuk pintu dulu dan nunggu seseorang bukain.

Mas Agil membuka pintu, seorang wanita paruh baya berdiri membawa rantang yang dibungkus kain. Ibu itu Mamanya Arfan. Tante Wulan.

"Tante apa kabar? Oh iya, Arfan belum pulang, masih kuliah," sapaku begitu Tante Wulan duduk di sofa.

"Tante ke sini bukan mau ketemu Arfan, Tante mau ketemu kamu," balasnya dengan logat Jawa yang kental. "Katanya kamu jatuh pas latihan. Piye kahanane?"

Tuh anak cerita ke Mamanya?

"Nggak apa-apa kok, Tan. Namanya juga olahraga, udah biasa cidera," jawabku sesopan mungkin.

[BL] Stay With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang