Cangkir Cinta

169 13 0
                                    

"Mereka mengatakan seseorang hanya perlu tiga hal untuk benar-benar bahagia di dunia ini: seseorang untuk dicintai, sesuatu untuk dilakukan, dan sesuatu untuk diharapkan."
~Tom Bodett

***

Tanganku bergetar. Pikiranku sudah tak karuan saat kutelepon pria yang kusukai di seberang sana.

"Kin... he fell and... and was unconscious. He..." Aku terbata-bata saking paniknya.

"..."

"Refo... dia..." Aku benar-benar kehilangan kata.

Suara sirine ambulan nyaring memekakan telinga. Aku amat takut.

"Segera ke rumah sakit sekarang."

###

Aku Cinta. Berdarah Betawi dan American. Aku sebisa mungkin untuk tetap tenang di balik setir, mengemudi mengikuti ambulans di depanku. Takutku makin runyam. Pikiranku mengawang ke awal kejadian ini. Terbang lagi ke lebih awal. Awal aku mengenal Kin di Amerika.

Aku mengenalnya sekitar 4 tahun yang lalu. Sore itu aku pulang kuliah, merasa lesu karena melewati hari yang berat. Saat melewati lapangan basket aku melihat Kin bermain sendirian. Awalnya aku nggak tertarik, tapi melihat wajahnya yang oriental dan tegas aku menduga dia keturunan Cina dan Asia Tenggara. Sebenarnya aku sudah terbiasa dengan banyaknya ras di USA, tapi malam itu aku berpikir alangkah menyenangkannya kalau dia dari Indonesia. Setidaknya campuran sepertiku.

Keesokan harinya di jam yang sama aku juga melihatnya. Aku sangka dia hobi main basket, tapi dia selalu gagal dan terjatuh. Aku pun bertanya-tanya apa yang sebenarnya dia lakukan. Dia tampak bersemangat tapi tanpa seri di wajahnya.

Hari-hari berikutnya pun begitu. Aku makin sering memperhatikannya, hingga akhirnya aku memberanikan diri untuk mengajaknya berkenalan. Lambat laun kami sering ngobrol di lapangan itu, membawanya minuman, dan bermain bersama.

Hingga aku mengetahui kalau dia juga warga negara Indonesia sama sepertiku. Aku pun mulai mengenal orang seperti apa dia itu. Awalnya dia sangat pendiam, wajahnya nampak selalu gundah seolah sesuatu yang berharga dicuri darinya. Setelah kami cukup mengenal, ternyata dia itu orang yang mudah dipahami.

Aku suka caranya berpikir, menyelesaikan masalah dengan dewasa. Selalu memandang dua sisi.

Aku pun menaruh hati pada cowok misterius itu.

Beberapa bulan kemudian dia lulus. Otaknya sangat encer hingga Kin bisa lulus lebih cepat. Aku pikir dia bakal kembali ke Jakarta, aku sempat sedih, namun ternyata dia tetap tinggal. Aku pun semakin kepo akan kehidupannya. Bertanya-tanya mengapa ia tidak pernah pulang satu kali pun meski wajahnya sangat kendara akan kerinduan, mengapa dia sering melamun, atau tertarik dengan asmara.

Perasaanku tak tertahan hingga tak tahu malu mengorek kehidpan pribadinya. Saat kutelusuri aku menemukan sesuatu yang mencengangkan. He's GAY. Pertanyaan-pertanyaan di kepalaku pun satu-persatu mulai terjawab, alasan mengapa dia sering menyendiri dan nggak pernah pulang. Karena tragedi besar di sekolahnya dulu. Tentang kapten tim basket sekolah.

Aku pun menyerah.

Aku mulai berkencan dengan orang lain dan Kin sibuk dengan pekerjaannya. Hubungan kami sempat merenggang. Hingga setahun lebih sedikit yang lalu My Ded menjadi rekan kerja di perusahaan Bokapnya Kin. Komunikasi kami lancar kembali. Malah lebih dalam dari sebelumnya. Aku bisa mengenal keluarganya.

Kin selalu ada di saat-saat terpurukku. Seperti saat aku putus dengan pacarku. Kin benar-benar sangat memperhatikanku. Rasa suka yang kubunuh pun hidup kembali.

Dan, aku sepenuhnya sadar bahwa aku sangat mencintai cowok gay ini.

***

Beberapa hari belakangan ini keadaan memang kacau. Sebenarnya aku sudah menduga kalau Kin akan menemui cinta pertamanya, Refo, setelah pulang untuk pertama kalinya, mengingat betapa kesepiannya dia selama tujuh tahun terakhir.

[BL] Stay With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang