Cangkir 14

184 21 0
                                    

Stalker

"Tidak ada yang salah dengan cemburu, karena kamu takut kehilangan."
~Anonymous

***

Sudah sebulan lebih Kin pergi, kami masih sering chatting-an, kok. Tapi, akhir-akhir ini dia sangat sibuk, dan aku disibukkan dengan skripsi dan kerjaan. Kemarau juga mulai menyapa, ruang tamu kos ini hanya berandalkan kipas angin yang sudah diperbaiki Mas Agil. Panas dan gerah, itu yang kurasakan saat duduk di sofa kumal ini sambil terus memainkan lembaran buku. Sayup kudengar suara TV di atas, obrolan teman-teman tak sekeras kemarin-kemarin. Mungkin mereka sama sepertiku, sibuk belajar. Atau, cuman sekedar ngehargai aku yang garap skripsi di bawah sini.

Anyways, cideraku sudah sembuh sepenuhnya. Tapi, club basket jurusan kami sudah sepi, jarang latihan, sibuk menghadapi ujian dan segala kegiatan kampus, atau karena pertandingan persahabatan antar jurusan sudah selesai. Aku rasa kalau aku keluar, tim akan bubar. Ini buka organisasi atau club yang terstruktur, kegiatan kami bahkan tidak sesibuk club lain di jurusan. Latihan pun kalau lagi mood saja. Jadi sebenarnya tim basket jurusan ini adalah sekedar untuk meluangkan waktu. Aku juga sama. Entahlah, jadi dewasa membuatku sadar kalau basket nggak lebih penting dari kegiatan yang lain. Begitulah. Tapi, basket tetaplah kegiatan kesayanganku.

Terkadang jadi dewasa itu nggak enak. Apalagi kalau hidup sendirian tanpa sanak saudara. Mencemaskan banyak hal, mengkhawatirkan masa depan yang bahkan belum jelas, dan terus memikirkan seseorang.

Kututup buku, beralih ke ponsel.

Kuperiksa pesan masuk, nggak ada yang penting, hanya dari grup-grup nggak jelas dan cewek-cewek genit saja. Nggak ada pesan masuk dari orang yang kutunggu. Kututup aplikasi pesan dan membuka Instagram. Nggak ada DM darinya juga. Dia pasti sangat sibuk. Aku kembali ke trigger, mungkin dia mem-posting sesuatu. Mungkin makanan, atau kegiatannya yang sibuk, atau mungkin sebuah kalimat rindu seperti harapanku. Aku scroll ke bawah, yang muncul cuman dari teman-teman dan akun-akun tim basket yang aku follow saja.

Terus scroll.

Akhirnya... ketemu. Kin mengunggah foto selfie dirinya dan seorang gadis, mereka sedang menikmati es krim. Aku tahu cewek itu, cewek yang menelepon Kin di warung bang Jon dan di mall waktu itu. Dia "Cinta ©©." Yang bikin hatiku sedikit tercubit adalah caption-nya.

"Cinta dan eskrim, sama-sama manis."

Mungkin nggak ada aneh dari kalimat itu. Tapi, kedekatan mereka di foto itu, username di kontak Kin, dan semua yang aku dengar di telepon saat di mall waktu itu. Jadi, pantaskah aku cemburu? Sebenarnya apa hubungan mereka?

Sebelum Kin pergi aku sempat mau menanyakannya, tapi ragu. Entahlah, aku memilih percaya daripada menanyakannya. Yang kutahu Kin itu gay-agak aneh jika mengakuinya-tapi dia suka sesama jenis. Dia suka aku. Percaya, dia nggak akan tertarik dengan wanita. Walaupun dipaksa dia nggak akan tertarik. Itu kayak disuruh buat suka sama kecoak atau dipaksa buat makan brokoli padahal nggak suka. Kalau tetap melakukannya, akan pingsan saat pegang kecoak atau muntah saat makan brokoli. Intinya dia nggak bisa.

Itu yang aku percayai.

Ingin sekali jemari ini mengetik sesuatu di kolom komentar. Mungkin aku bisa tanyakan hubungan mereka sambil pura-pura cemburu.

"Siapa dia? Dekat banget?Awas aja kalau lo main api di sana!"

Atau bisa...

"Makanlah es krim dengan orang yang spesial. Gue."

Atau bisa juga...

"Disini gue meleleh kayak es krim. Gue kangen, Yang."

Ah, terlalu berlebihan. Ini sosial media. Nanti kalau sampai dibaca Bokapnya bisa berabe. Mending ku-DM aja.

"Lagi apa? Gue kangen."

Tak terlalu mencolok dan nggak norak. Pas. Oke, klik tombol kirim.

Aku sayang banget sama Kin. Aku nggak mau kehilangan dia lagi, his my everything. Jadi, sebelum dia pergi kemarin aku minta semua nama akun sosial medianya. Karena semua akun sosialnya saat SMA dulu sudah dibekukan, aku nggak bisa mencarinya. Begitulah dia menghilangkan diri dari dulu.

Nama instagramnya sekarang yaitu "@_snowflake," diambil dari arti nama tengahnya "Xue" yang berarti salju. Terlihat norak dan aneh buat orang seperti Kin, tapi sekali lagi, dulu dia menghilang. Mungkin inilah caranya bersembunyi tapi masih ingin ditemukan. Tapi, aku nggak peduli itu, sekarang kami sudah bersamanya.

Tidak banyak postingan di lamannya, jeda satu postingan ke postingan berikutnya juga jauh. Dua sampai tiga bulan. Dan semuanya hanya foto makanan, atau perkotaan di Amerika Serikat. Tak ada fotonya sama sekali kecuali postingan barusan. Jika terus scroll ke bawah disana ada sebuah postingan tiga tahun yang lalu, foto bola basket yang tergeletak di lapangan dengan captions "Never move on."

Itu sukses membuatku senyum-senyum sendiri macam orang gila, dan aku memang sudah tak waras dibuatnya. Lalu jika terus scroll di sana ada foto sepatu wanita tanpa disertai caption. Kalau itu foto sepatu "Cinta ♥♥" berarti mereka sudah lama dekat.

Sial! Sebenarnya hubungan mereka apa, sih?

Eh, wait! Dia meng-tag seseorang. Oke, saatnya jadi stalker!

Nama akunnya "Lavender_26" lengkap dengan foto profilnya di padang bunga lavender. Satu kata buat dia, cantik. Dia punya tiga ribu lebih pengikut, postingannya juga nggak kalah banyak. Ya, itu hal yang wajar, sih. Tapi, aku tetap jengkel, bukan karena followers-nya lebih banyak, tapi kedekatannya sama Kin di foto-foto ungguhannya.

Ada foto mereka berdua sedang merayakan ulang tahun, makan hot dog, dan beberapa foto mereka berdua dengan orang-orang Amerika. Tapi, kebanyakan adalah foto dirinyaa sendiri. Wajahnya yang cantik kebule-bulean dan penampilannya yang modis, membuatku sedikit ciut. But, kami nggak beda. Dia cantik dan aku ganteng. Kinny suka yang ganteng.

Don't worry, Refo. Kin hanya mencintaimu.

Tapi, dengan segala kepastian itu, aku tetap cemburu. Apa harusnya aku tanyain, ya? Tunggu. Apa ini artinya aku nggak percaya sama Kin? Sama orientasi seksnya? Tapi, bukankah fobia kecoa bisa disembuhkan? Bukankah saat dewasa kita sudah terbiasa makan brokoli? Apakah orientasi seks seseorang bisa disamakan dengan ketekutan akan kecoa dan Brokoli? Ah, aku jadi bingung. Aku terlalu bodoh untuk mengibaratkan sesuatu. Tapi, kalau dipikir-pikir aku juga sama, dulu aku straight dan sekarang malah jatuh cinta dengan sesama cowok. Duh, pusing jadinya.

Memang harusnya kutanyain saja hubungan mereka. Tho, nggak ada salahnya. Ketimbang aku harus menerka-nerka dengan cemburu buta gini?

"Ngapain lo?"

Arfan tiba-tiba saja masuk. Dasar. Kebiasaan ngagetin orang.

"Ngagetin aja lo. Salam atau ketuk pintu dulu, kek!" ketusku.

Dia cuma berdecak. "Kesambet apa lo, kok, belajar?"

"Serah gue!"

🌸🌸🌸

[BL] Stay With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang