Cangkir 4

386 36 2
                                    

Arfan

"Seorang teman akan mengetahui semua kisah hidupmu dan seorang sahabat akan selalu ada dalam hidummu."

***

Aku bergegas ganti baju sementara yang lain sedang riuh bercerita dengan bangganya akan kemenangan kami, sesekali mereka memanggilku dan bercerita betapa hebatnya aku di lapangan. Saling melempar handuk dan pakaian basah penuh keringat, bercanda gurau. Aku hanya menoleh dan tersenyum. Aku tak lagi tertarik dengan semua ini, aku harus segera nemuin Kin, kami baru aja bertemu aku nggak mau dia mikir yang aneh-aneh.

"Good job, bro!" Seseorang menepuk bahuku.

Aku menoleh, Arfan sudah ada di sampingku. Kutatap tajam dirinya seolah berkata, apa yang sebenarnya terjadi?

"So... Kin yang legendaris itu telah kembali?" gumamnya rada sinis.

Ya, aku tahu apa yang dipikirkannya saat ini. Dia yang mengerti diriku saat aku hampir gila karena kehilangan Kin tujuh tahun lalu. Seperti... buat apa aku bersama orang yang telah mencampakkanku begitu saja? Pasti itu yang dipikirkannya. Tapi, aku nggak ingin berdebat tentang ini. Tidak di sini.

Arfan Sanjaya. Satu-satunya seseorang yang kuanggap keluarga. Panjang kalau cerita cowok tengil ini. Yang pasti dia itu orang baik. Dia datang ke kehidupanku setelah kepergian Kin, waktu itu saat naik ke kelas 12 dia baru masuk SMA. Dia tahu kekacauan yang kubuat, dia tahu aku suka sesama jenis, everyone is knew, tapi hanya dia yang berani mendekat. Dan, saat Kin menghilang aku benar-benar terpuruk. Dia juga tahu soal Kin, dia jadi tempat curhatku. Well, awal kenal dia di ekskul basket-satu-satunya kegiatan yang bisa ngalihin pikiranku-waktu itu sebagian besar anggota merasa jijik padaku dan sisanya benci. Karena aku sudah lelah dan merasa nggak ada semangat lagi aku mau out aja, tapi Arfan melarang. Awalnya aku mikir, nih anak baru sok ikut campur deh. Tapi, setelah dia mengingatkanku betapa hebatnya aku di basket, betapa basket itu hidupku, dan basket adalah cinta pertamaku. Aku ggak mau kehilangan cinta pertamaku juga setelah kehilangan cintaku pada Kin. Aku memutuskan buat tetap dalam tim.

Mungkin karena aku dan Arfan punya latar belakang yang sama kami bisa jadi teman. Bokapnya udah meninggal, dia hidup bareng nyokap dan bokap tirinya-persis seperti gue dulu. Dan, sekarang kami satu kost bareng. Dia sudah membantuku dalam banyak hal. Intinya kalau nggak ada dia mungkin aku sudah mati atau jadi gelandangan yang patah hati. Berlebihan, tapi bisa saja terjadi.

Arfan satu jurusan dengan, hubungan internasional, jurusan yang katanya bisa membuat kita kaya raya dan keliling dunia. Entah dia sengaja atau asal pilih jurusan dan membuatku ikut kuliah. Sebatas terima kasih aja nggak bakalan cukup kukasih ke si kuyuk satu ini. Dia bisa nerimaku apa adanya, nggak peduli orientasi seksku.

Aku menjuluki sahabatku itu dengan Buaya Kelas Teri, ceweknya sudah kayak kos-kosan aja saking banyaknya dan kalau selingkuh pasti ketahuannya cepet. Rekor terbaru sebulan lalu, dia pacaran cuman seminggu. Putus gara-gara cewek cantik di jurusan keperawatan yang nggak tahunya udah punya tunangan. Sampe sekarang masih kusurakin, mampus lo!

Oh iya, hampir lupa. Dia juga ada dalam tim basket jurusan saat ini. Satu lagi, dia juga pintar nyanyi.

Kembali ke ruang ganti.

"Yes, Kin is back. Nanti gue ceritain di kos. Tapi, kok lo tau sih?" ujarku penasaran.

Dia melipat tangannya dan bersandar di loker, "Kalungnya aja tempel di leher lo bertaun-taun, belum lagi ocehan lo itu tentang dia. Gue juga tadi liat kalian di parkiran, wajahnya nggak banyak berubah sama yang di foto kamar lo jadi gue bisa ngenalin. Tapi, gue kira dia di Amrik. Dan gue kira lo udah nggak ada rasa lagi sama dia," jelasnya.

[BL] Stay With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang