15 Mei 1997,rangga lahir kedunia. Dan tuhan kembali mengambilnya di tahun 2022 setelah rangga melawan penyakitnya dan tak dapat diselamatkan pada sore itu. Sudah 25 tahun dirinya hidup didunia ini,begitu banyak cerita dan kenangan yang dirinya buat bersama keluarga dan orang-orang yang ia sayang selama hidup. Rangga berfikir sudah selama itu dirinya hidup,tubuhnya sudah tak mampu bertahan lagi. Semesta sudah memanggilnya untuk segera kembali menuju keabadiannya,tentang bagaimana dirinya hidup,bagaimana dirinya bergaul,membahagiakan orang-orang yang mengenalnya. Tugasnya sudah selesai,walaupun rangga tahu ia belum bisa membahagiakan mamanya lewat dirinya. Anaknya yang lemah yang bercita-cita ingin membahagiakan mamanya tercinta kini telah gugur bersama segala kenangan indahnya.
Hampir setahun selepas kepergiannya,semua orang masih terbayang-bayang ketika saat-saat terakhir rangga hidup. Mengobrol,dan mengenggam tangan yang masih bernafas itu. Rangga selalu membicarakan soal kematian karena itu memang nyata,seakan selalu memberikan isyarat bahwa hidupnya tak akan lama lagi. Namun dirinya selalu tenang mengungkapnya,bahkan setelah ini ia akan jauh lebih bahagia tanpa khawatir lagi. Meninggalkan orang-orang yang ia cintai lebih dulu,janji yang ia tinggalkan kini ikut pergi dengannya. Seperti gersangnya angin yang bertiup kencang di siang bolong,aurel tak pernah mengenal kata janji lagi dari mulut siapapun.
Karena baginya kata janji akan selalu identik dengan rangga dan kemustahilan nya, lelaki itu pernah berjanji kepadanya bahwa akan selalu membahagiakannya,namun sekarang ketika aurel ingin menagih janji itu sosok rangga telah menyatu dengan alam yang bahkan tak dapat mendengar suaranya lagi. Kini aurel hanya dapat menatapnya tak lebih dari sekedar kenangan,rasanya sangat pedih ditinggalkan oleh lelaki itu. Mengingat rangga hanyalah kenangan baik yang terlihat darinya,berada dalam dekapannya adalah tempat ternyaman didunia.
Senyum aurel menghilang setelah kepergiannya,kesepian bagaikan tinggal di hutan tanpa penghuni sendirian. Rasa kehilangan selalu menggeluti aurel,berhari-hari setelah hari pemakaman itu aurel tak dapat makan ataupun berbicara dengan orang lain. Hanya dapat menangis mengelukan nama rangga berkali-kali tanpa henti,bahkan aurel tak bisa tidur berhari-hari karena ingatan rangga selalu muncul di benaknya. Seperti sistem semesta yang mengelilingi matahari yang mulai redup ini,cahayanya mulai menghilang.
"Sampai kapan kamu buat aku begini,rangga?" Tanya aurel kepada langit,berharap sang kekasih mendengar ucapan nya. Meminta kepada sang semesta agar mengembalikan rangga kepadanya,namun sepertinya semesta sedang tak berpihak kepadanya. Rasanya aurel menyesali seluruh waktunya,mengapa ia tak mengatakan bahwa ia mencintai rangga meskipun harus mengatakannya sejuta kali sehari. Kini rangga tak dapat mendengar suaranya mengatakan bahwa ia mencintainya.
Sore itu,di bawah langit yang mendung. Aurel melamun,mengingat kenangan dirinya dan rangga yang berputar tanpa henti di otaknya. Membuat air matanya mengalir tanpa henti,dan hanya mengurung diri disana.
Tokkk!! Tokk!!
Aurel menoleh perlahan ke arah pintu dan hanya melihatnya tanpa ingin membukakan pintu nya,pintu itu terbuka dan memperlihatkan dua orang memasuki kamar aurel. Melihat sang pemilik kamar sedang melamun di sampung jendela kamarnya,bersandar di kasurnya. Sama sekali tak peduli dengan kehadiran dua orang tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
01| Surat dari Rangga ✓ [ END ]
Fanfiction[ #Surat dari Rangga ] "Yang pergi biar pergi yang datang biar datang,yang bertahan tetap dipertahankan. Hidup bukan untuk menyesali apa yang sudah hilang,bukan pula untuk menolak apa yang ditakdirkan Tuhan. apalagi menyia-nyiakan sesuatu yang sudah...