11

1.4K 28 7
                                    

Please jangan jadi pembaca sailen.

Saya sangat berterima kasih kepada kalian yang udah vote dan dukung karya aku.

Saya sangat berterima kasih kepada kalian yang udah vote dan dukung karya aku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Happy reading

            ***

"Ini"Johan memberi kertas kepada Hana.

"Apa ini?" Tanya Hana polos.

"saya tahu kamu orang yang cerdas"jawab Johan malas.

Hana membolak-balik kertas yang di berikan oleh Johan "Maksud saya ini buat apa?" Hana melotot Melihat nominal angka yang ada di kertas itu,
"Sebanyak ini?"

"Masih kurang?" Remeh Johan.

"Bu..bukan begitu, ini kebanyakan om"

"Saya ikhlas kok, Hana"

"Terima kasih om"ucap Hana dengan tulus.

"Kamu, bisa nga jangan manggil saya om? Telinga saya panas dengernya" ucap Johan sambil mengusap telinganya.

"Yah Terus saya harus manggil apa?" Tanya Hana polos.

"Yah apa aja, mas kek, atau Abang gitu"ujar Johan.

Hana yang mendengarkan Johan berbicara seperti itu bergedik ngeri.

"Abang kek tukang basko tahu nga, kalo mas kek tukang parkir, nga ada yang cocok lebih cocok di panggil om" ujar Hana dan tertawa pelan.

"Yaudah panggil nama saya aja, Johan"

"Johan kek nama tukang cilok langanan saya"

"Seterah kamu ajalah, saya cape berurusan sama kamu, Hana" Hana hanya tersenyum.

"Alamat rumah kamu dimana?" Tanya Johan yang sedang menyetir mobil, ia melirik Hana yang ada di sampingnya.

"Belok kiri om" ucap Hana sambil tersenyum jenaka.

Johan memutar bola mata dengan malas, Hana yang melihat itu tertawa kencang.

"Udah sampai, buruan keluar saya males liat muka kamu"

"Iyah Iyah ini juga mau turun, tapi om terima kasih saya terima yah" Hana mengoyang-goyang kartas cek di tangan kanannya dan tersenyum lebar.

"hm..."

Hana melihat kepergian Johan dengan senyum lebar.

"Asik... Kaya mendadak" lugas Hana dan menaikan kertas cek di tangannya.

"Bunda ayah Hana bawa harta Karun" teriak Hana di depan apartemen.

            ***

Johan tersenyum ia tak habis pikir mana mungkin ia jatuh hati kepada gadis berumur 19 tahun itu.

Johan menggeleng kepalanya "anjir gue mikir apa sih"

Lalu Johan melanjutkan laju mobilnya, ia memang Johan sempet berhenti melihat tingkah gadis 19 tahun itu.

Gadis yang aneh batin Johan.

Dret..dret..

Ponsel Johan berdering ia langsung mengangkatnya.

"Hallo" sapa dia di sebrang sana.

"Hm.." jawab Johan malas.

"Anjir loh ninggalin kerjaan sebanyak ini, buruan ke sini nga loh!! Kerjaan loh banyak mana bentar lagi mitting"

Johan menjauhkan ponselnya dari telinga, bisa bisa ia sakit telinga mendengar ocehan Gibran, tangan kanannya.

"Bacot loh!! Luh kan gue gaji"

"Cihh buruan kesini, gue tunggu"

Tut...Tut..

            ***

"Bunda.... Ayah.... Hana pulang" teriak Hana di depan teras. Ia masuk ke dalam apartemenya.

Wina dan Bagas ada di ruang tv menonton berita yang sedang gempar-gemparnya.

"Apa sih"kesel Wina yang serius melihat berita.

"Bunda liat"Hana memampang kertas ke hadapan muka bundanya.

"Apa itu?" Tanya Wina penasaran.

Hana melebarkan senyumnya "tebak dong?"

"Yaelah cuma kertas doang, di suruh tebak-tebakan, bunda udah tua males mikir juga"

Hana berdesis" ini kertas bukan sembarangan kertas yah Bun"

Lalu Hana duduk di samping Bagas yang kosong, Hana males berurusan dengan Wina, cerita nya mau pamer eh malah jadi gini. Mood Hana bener-bener di ambang batas.

"Ayah tebak dong?" Ucap Hana manja, Bagas memang sedari tadi diam ia menyimak perbacotan istri nya dengan anaknya. Suaranya itu loh, nga bisa di kondisikan. Dan lebih baik ia diam.

"ngambek terosss!"ucap Wina yang melihat tingkah anaknya.

Hana membuang muka.

"Hm.. bon yah"jawab Bagas sambil mengelus rambut Hana.

"Ih bukan"

Wina yang geregetan dengan tingkah anak tunggalnya merampas kertas yang ada di tangan Hana. Ia melebarkan mata dengan apa yang ia lihat. " Kamu? Dapet dari mana ini?"pekik Wina menatap tajam anaknya.

"Di kasih" jawab Hana polos.

"Di kasih? Cuma-cuma? Yang bener aja? Kamu open BO?" Tanya Wina siap-siap ia melempar remot tv yang ia pegang.

Hana melotot "Astagfirullah... Ukhty nga baik itu, gini-gini Hana masih punya urat malu sama dosa banyak ih,,, ngapain Hana open bo?" Jawab Hana ngegas.

"Yah habisnya, pulang-pulang bawa cek dengan nominal sebanyak ini?" Tanya Wina penasaran. "Mas lihat anak mu?" Wina memberikan kertas panjang ke Bagas.

"Sebanyak ini dari siapa kamu?"

"Calon suami" jawab Hana cepat.

"Ha"

"Iyah Hana sekarang udah punya pacar dong, keren kan Hana?"

"Congor mu keren" ngegas Wina.

"Sini kembaliin cek Hana, mau Hana cairin di bank beo, kira-kira enaknya beli apa yah? Beli skincare sekalian sama pabriknya aja kali yah?" Pikir Hana.

"Aah....ah.. aduhh... Sakit Bun, lepas ih"Wina langsung melepaskan tangannya di telinga Hana.

Hana langsung memegang telinga, fiks ini pasti merah banget.

"Bunda, keterlaluan banget sama anak kandung, jadi curiga Hana, kalo Hana bukan anak bunda?" Tanya Hana

"Sembarangan itu mulut, kalo ngomong usahakan baca bismilah dulu" ucap Wina sewot.

"Abisnya bunda galak banget sama Hana"dumel Hana.

"Kamu anaknya kagak ada kalem-kalemnya, percis banget kaya ayah kamu waktu jaman SMA"

"Koh jadi ayah?" Menunjukan diri sendiri.

"Terus? Siapa dong? Masa bunda? Bunda mah kalem" menyombongkan diri.

"Iyahin sih kalem"

           ***

Haloo jangan lupa vote and komen. Dan kasih tahu temen temen kamu suruh baca cerita aku.

SUGAR DADDY BILLIONAIRE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang