Aku berhenti disebuah warteg dan melangkah menuju mobilnya pak Fahrul, lalu aku pun mengetuk pintu kaca mobilnya."Hey kenapa berhenti ? Jangan bilang kamu lapar !!" Ujarnya membuatku meninju kecil pada lengannya yang keras itu.
"Hahaha ini warteg orang tua saya lahh... Mari mampir dulu" dia pun memarkirkan mobilnya dan berjalan mengikutiku dari belakang.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam" aku langsung menyalami dan mencium tangan kedua orang tuaku di susul pak Fahrul yang menyalami dan mencium tangan kedua orang tuaku, layaknya calon mantu.
"Sopan juga polisi satu ini hahaha" kataku dalam hati sambil tersenyum sedikit.
"Ayah Bu, dia pak Fahrul yang membatuku tadi waktu ban aku bocor" ujarku memperkenalinya.
"Ohh... terima kasih pak sudah membantu anak saya" ujar ayah
"Aduhh... Jangan panggil bapak, panggil saja Fahrul pak" ujarnya membuatku tertawa.
"Hahaha iya terima kasih mas Fahrul, sudah membantu Irfan" ujar ibu berterima kasih kembali.
"Iya Bu sama sama, memang itu lah tugas saya membantu masyarakat yang sedang kesulitan" jelasnya.
"Fan kamu ajak Fahrul untuk makan dan mencicipi makanan kami" suruh ayah dan aku langsung menyuruh pak Fahrul untuk duduk.
Tadinya dia menolak untuk makan tapi aku paksa dia, akhirnya dia pun mau untuk makan.
"Woi... jangan bengong aja, itu bapaknya mau makan" ujarku membuyarkan lamunan karyawan perempuan.
Akhirnya dia pun melayani apa yang akan dimakan pak Fahrul. Aku duduk di samping pak Fahrul dan ku temani dia makan, lahap sekali dia sampai aku menelan ludahku sendri, dan dia hingga sampai lupa bahwa ada aku disampingnya.
"Kalo makan tuh pelan pelan aja, gak usah buru buru, orang gak ada yang minta kok" pak Fahrul tersenyum padaku dan mengacak acak rambutku.
Seperti biasa, setelah makan habis dia menyalakan sebatang rokoknya dan berbincang dengan ayah, sedangkan aku duduk jauh darinya dan sibuk memainkan HPku.
Sudah pukul 21.30 malam, ayah pun menyudahi obrolannya lalu dia masuk ke dapur untuk beberes karena sebentar lagi sudah jam tutup warung.
"Kenapa kamu duduk menjauh ?" tanyanya saat ku hampiri dia.
"Gk pp pak" Jawabku sambil tertawa kecil.
Dia nampak kekenyangan lalu Pak Fahrul membuka baju dinasnya dan hanya menyisakan kaos bertuliskan polisi.
Sungguh pemandangan yang sangat sempurna, tubuh dia sangat lahh kekar, otot dada yang mengembung menonjolkan kedua susunya yang sangat besar.
Dari sekian banyak pria yang sering aku kagumi, hanya pak Fahrul lah yang membuatku benar-benar jatuh cinta padanya.
"Terima kasih ya atas makannya hahaha" dia tertawa yang membuat membuyarkan lamunanku.
"Hahaha sama sama, saya juga terima kasih sekali sama bapak udah bantuin saya, mungkin kalau tidak ada pak Fahrul.. saya jalan kaki sambil mendorong motor nyampe rumah hehehe" Dia menghela nafas dan terlihat tersenyum kecil padaku.
"Hey, saya kan tadi sudah bilang jangan panggil bapak, panggil saja Abang" lagi dan lagi dia selalu mengacak-acak rambutku, aku tak tahan apa yang dia perbuat padaku..
"Hehehe iya yah" cengengesanku.
"Abang emngnya tinggal dimana ?" Tanyaku memberikan diri untuk menanyakan alamat rumahnya.
"Saya tinggal di perumahan ujung sana, pastinya kamu tahu" Aku pun berfikir sejenak, soalnya di ujung sana banyak perumahan.
"Yang komplek apa ? Kan di ujung banyak perumahan" ujarku.
"Hahaha Griya Bahari Asri" aku kaget akan jawabnya itu, soalnya setahu ku, perumahan yang dimaksud Bang Fahrul adalah perumahan yang cukup elit VIP.
"Setahu saya itu perumahan elit kan?" Tanyaku memastikan.
"Yaa gak juga hahaha" tawa dia "nanti kalo ada waktu main saja kesana yah" lanjutnya lalu berdiri bersiap untuk pulang.
"Padahal aku ingin masih berlama dengannya" aku mendengus dan ngomong sendiri dengan sangat pelan.
"Tadi kamu bilang apa ?" Aku kaget akan pertanyaannya itu, apakah dia tadi mendengar apa yang tadi aku ucapkan.
"Ohh enggak, orang saya gak ngomong apa apa kok, salah denger mungkin" aku tersenyum sangat malu padanya.
"Okeh kalo begitu, saya pamit ya" ujarnya dan aku pun menyalami dan mencium tangannya.
"Mana kedua orang tuamu, saya mau pamitan dengannya"
Aku pun langsung memanggil orang tuaku dan pak Fahrul berpamitan dengan mereka berdua, setelahnya orang tuaku pun kembali ke belakang.
"Hati Hati kalo udah nyampe jangan lupa kasih kabar" seketika dia bingung atas ucapanku tadi.
"Kasih tahunya lewat apa ?" Tanyanya dan ku mendengus kecil.
"Yaa.. lewat WA lahh.. mau lewat mana lagi" jawabku sedikit kesal.
"Hahaha memangnya saya punya nomor WAmu hah ?"
Aku pun berfikir sejenak, saat aku meminta nomor HP mereka bertiga, aku sadar belum sama sekali mengirimkan satu pesan pun pada mereka.
"Oh iyaa... Tadi belum saya chat hehehe" cengengesanku membuat dia sedikit menggelengkan kepalanya.
Dia mulai belajar ke arah mobilnya, aku pun mengekornya dari belakang hingga sampai berada di pintu bagian mengemudi.
"Ya sudah, saya pulang dulu yah" ujarnya tersenyum
"Iyaa hati hati" ujarku tersenyum lalu menyalami dan mencium tangannya.
Setelah kepergiannya, aku melangkah masuk menuju rumah yang bersampingan dengan warung orang tuaku. Aku senyum senyum sendiri saat memasuki dan perasaan ini sangat bahagia.
Akan aku ingat selalu nama " Muhammad Fahrul Fazarul " pria pertamaku yang membuatku benar-benar jatuh cinta padanya.
.
.
.Bersambung...
Author mau ngucapin, selamat menunaikan ibadah puasa ramadhan bagi yang menjalankannya 😊🙏 semoga amal ibadah kita selama di bulan yang suci ini diterima oleh Allah SWT Aminn...Jangan lupa Vollow Vote & Coment
Tunggu next episode yaa...😁😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Perwiraku
RomanceSebuah cerita cinta tentang seorang ketua Tim dan anak buahnya Penasaran dengan cerita ini, tunggu yaa... Jangan lupa follow like & komen ⚠️⚠️⚠️ Peringatan 🔞Cerita ini mengandung unsur 18+