8. Diajaknya keluar

1.4K 40 1
                                    

Hari ini adalah hari terakhirku di kampung, nanti besok aku akan berangkat ke Semarang. Rasanya sangat berat ingin meninggalkan ibu di sini, walaupun ada ayah tetap saja rasanya sangat berat.

Aku mengambil Hp dan iseng untuk mencari kost'an di dekat sekitaran polda. Ku lihat banyak kost'an yang rata rata di isi untuk seorang cewek.

"Apa aku coba nego aja yaa sama pemilik kostnya, siapa tahu boleh" Sambil menggaruk kepalaku dan menghembuskan nafas kesal.

Akhirnya pun, ku catat nomor Hpnya yang punya kost dan aku langsung menelfon padanya. Tak menunggu lama, seorang ibu mengangkat telfonku.

Sekitar 5 menit lebih aku memohon kepada ibu yang punya kost, akhirnya ibu itu pun mengizinkanku untuk menginap di kost'annya, dengan syarat untuk selalu menjaga etika dan tidak boleh masuk kedalam kamar cewek.

Tak lama aku mengakhiri telfonku dengan ibu kost, Hpku bergetar kembali menandakan ada panggilan masuk. Ku lihat dilayar kaca Hpku muncul nama Bang Fahrul serta foto dia yang mengenakan seragamnya.

"Ada apa Bang Fahrul telfon dijam segini, apa dia gak kerja ?" Aku pun langsung mengangkat telfonnya.

"Assalamualaikum Bang"

"Waalaikumsalam, fan nanti sore sibuk gak ?"

"Enggak Bang, emangnya ada apa ?"

"Nanti sore Abang mau ajak kamu keluar bisa ?"

"Iyaa bang boleh, tapi nanti izin dulu sama ibu"

"Gampang... Nanti Abang yang izin langsung sama ibu"

"Halahhh... Abang gak kerja ?"

"Hahaha ini lagi kerja"
.
.
.
Sore menjelang petang, aku dan Bang Fahrul berboncengan menggunakan motor PCXnya menuju tempat yang belum kami tentukan.

Aku hanya diam dan Bang Fahrul pun juga diam, tidak ada satu kata pun yang terlontar pada kami berdua. Aku merasa bosan melihat pemandangan kanan kiri dan hanya terdengar suara angin serta pengendara yang sliwar sliwer.

"Bang sebenarnya kita mau kemana toh ?" Tanyaku.

"Abang juga gk tau mau kemana" aku mengerutkan alisku dan mencubit pinggangnya.

"Aaaa sakit irfannn..." Gerutunya sedikit membentak.

"Lagian ngajak jalan gak jelas tanpa tujuan mau kemana, buang buang waktu saja" aku sedikit marah padanya dan memukul lengannya yang keras itu.

"Hahaha sebenarnya Abang mau beli sepatu dinas, nah gak afdol dong kalo pergi beli sendirian" jelasnya.

"Kenapa gak ngajak temen Abang yang satu team, Atau Devon ? " Tanyaku bingung.

"Temen Abang sibuk dengan urusannya sendiri semua, jadi Abang males kalo ngajak mereka, dan Devon kebetulan dia lagi main kerumah temen tetangganya" jelasnya panjang lebar.

#Fahrul Fazarul POV

Perasaan apa yang sedang aku alami, ntah mengapa aku ingin sekali dipeluk oleh Irfan. Lalu aku sengaja melajukan motorku sedikit lebih kencang agar dia memeluk pinggangku.

"Peluk Abang fann..." Tiba tiba hatiku berucap seperti itu.

Dia masih tetap tidak memeluku dan aku pun menambah kecepatannya lagi, sekarang motorku melaju dengan kencang dijalanan yang agak sepi.

"Abangg... Kenapa jadi melaju cepatt !!!" Teriaknya.

"Biar cepat sampai, kamu peluk Abang erat ajaa" perintahku sambil berteriak.

Akhirnya apa yang aku mau menjadi kenyataan, sekarang Irfan memeluk pinggangku dan ntah mengapa, pelukan itu membuatku sangat lahh nyaman yang aku rasakan.

Sang PerwirakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang