9. Hampa

1.6K 54 23
                                    

#Fahrul Fazarul POV

Ku lihat jam tanganku menunjukkan pukul 7.25 pagi, aku melajukan mobilku kearah stasiun untuk melihat keberangkatannya Irfan ke Semarang. Rasanya sangat berat berpisah dengannya, ingin sekali ku ikut dengannya.

"Apakah aku sudah jatuh cinta padanya" tiba tiba mulutku berucap seperti itu dengan sendirinya.
.
.

Kini aku sudah ada distasiun dan langsung berjalan menuju tempat pemberangkatan.

Ku lihat dari jauh Irfan dan keluarganya sedang duduk di kursi menunggu datangnya kereta, ku percepat jalanku untuk menghampiri mereka semua.

"Assalamualaikum" ucapku saat berada diantara mereka.

"Waalaikumsalam" sontak mereka semua.

"Eh mas Fahrul kok datang ke sini ?" Tanya ibunya Irfan.

"Hehehe mau menyaksikan Irfan pergi ke Semarang Bu" jawabku cengengesan.

"Menyaksikan ?, Emangnya aku mau buat pertunjukan bang?" Sontak kami semua pun tertawa saat mendengar perkataan Irfan.

"Memangnya kamu sendiri gimana dengan pekerjaannya, sudah siang loh nanti yang ada kamu dihukum seperti Irfan waktu pertama kali pergi tes" jelas ayahnya Irfan.

Ku lihat Irfan tersenyum saat ayahnya berkata seperti itu padaku, senyuman itulah yang akan membuatku sangat rindu padanya.

"Gampang pak itu urusan belakangan nantinya bisa nego hehehe" ekspresi wajah orang tua Irfan terlihat aneh akan jawabku, sedangkan Irfan sudah mengetahui apa posisiku di kantor.
.
.

Tak terasa sudah 20 menit kami semua berbincang, kereta api Argo Parahyangan jurusan Semarang pun datang dan para penumpang dihimbau untuk masuk menaiki gerbongnya masing-masing.

"Ayah dan Ibu sama bang Fahrul juga, Irfan berangkat dulu ya" ujar Irfan berdiri dan kami semua pun berdiri serta Irfan menyalami mencium tangan kedua orang tuanya.

"Hati hati ya nak kalo sudah sampai jangan lupa kabari ayah sama ibu, biar kita dirumah tidak cemas memikirkanmu" ujar ayahnya Irfan sambil mengusap rambutnya.

"Iyaa...do'akan Irfan ya ayah Ibu biar tesnya lolos" ujar Irfan.

"Ibu akan selalu mendo'akan yang terbaik untukmu nak" kata ibu Irfan sambil memeluknya.

"Ya sudah fan, mari Abang bantu bawa kopermu kedalam" kataku membuyarkan perpisahan mereka.

"Ehh.. gk usah repot-repot bang, aku bisa bawa sendiri" tolak Irfan.

"Sudahhh ayo cepat keretanya tidak berhenti lama" dengan paksa aku pun langsung membawa kopernya dia sedangkan Irfan menggendong tasnya.

"Gerbong berapa fan ?" Tanyaku

"Gerbong 3 bang lalu nomor kursinya 13" jawab Irfan, aku dan Irfan pun berjalan ke depan menuju gerbong nomor 3.

Setelah masuk aku pun langsung mencari tempat duduk nomor 13 dan juga membantu menaruh barangnya di bagasi atas tempat duduknya.

"Makasih yaa ganteng" aku terkejut lantaran Irfan berkata seperti itu padaku.

"Hah ?" Aku mengerutkan alisku padanya.

"Hahahaha iyaa makasih abangg..."

Ntah kenapa rasanya ingin sekali aku peluk bocah satu ini, aku akan sangat kehilangan dia. Lalu aku beranikan diri untuk memeluk tubuhnya.

Sekarang aku memeluknya dengan sangat erat dan mengusap kepala belakangnya serta mencium rambutnya.

"Hati hati yah, Abang akan selalu merindukanmu" kataku saat memeluknya.

Sang PerwirakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang