O3.Words

2.7K 363 10
                                    

Setelah 3 jam dikurung bersama, akhirnya pintu perpustakaan dibuka setelah Karina menghubungi Giselle agar mengurus mereka yang sedang terjebak.

Selama 3 jam itu hanya ada keheningan, berbicara pun tidak berguna, karena Winter sudah pasti akan dibalas dengan kata kata pedas.

"Aku sangat lama."

Giselle menggaruk tengkuk belakangnya sambil menyengir. "Hehe, maafkan aku, pengurus perpustakaannya sulit di temui."

Dengan sedikit perasaan tidak enak, Winter berjalan menjauhi keduanya untuk segera pulang kerumah.

"Eoh?" Sadar Giselle. "Ketua OSIS, apakah kau akan pulang dengan berjalan kaki?"

Langkah kaki Winter terhenti, tanpa berbalik ia menjawab. "Ah, aku akan menunggu bus di halte."

Giselle melirik ke arah jam tangannya. "Sudah terlalu malam, Bus tidak akan lewat lagi, ikutlah bersama kami."

"Yak! Apa apaan kau ini?!" Tanya Karina tak terima.

Winter segera berbalik kemudian menggeleng. "Aku akan berjalan kaki saja."

"Ini hampir hujan—"

"Bukankah dia sudah menolak berkali kali? Mari kita pulang, aku lelah." Potong Karina cepat, kemudian mendahului untuk masuk ke dalam sungguh.

Sungguh malangnya nasib Winter yang harus menyukai orang seangkuh Karina, suka mengeluarkan kata kata yang tidak pantas, serta tidak pernah memikirkan perasaan orang lain.

Giselle menghembuskan nafasnya dalam. "Yasudah, berhati hatilah, hujan akan turun." Ucapnya kemudian menyusul ke dalam mobil.

Winter berjalan dengan santai sembari menggendong tas di tangan kirinya, bohong jika jarak dari sekolah ke rumah itu dekat, bahkan ia tidak membawa banyak uang untuk membeli taxi.

Ponselnya habis baterai, dan sekarang apa yang harus ia lakukan?

Berjalan sesuai dengan yang ia ucapkan tadi? Mungkin begitu..

Tas..tas...

"Astaga..." Gumam Winter saat merasakan tetesan air hujan, ia sedikit berlari ke arah halte untuk sekedar meneduh, karena sudah pasti hujannya akan deras.

Dinginnya cuaca membuat ia sedikit merinding, ditambah tidak menggunakan jaket, hoodie, ataupun sweather.

"Cepatlah reda, aku sangat lapar.."

--

"Karina-ya," Panggil Giselle kepada Karina yang sedang menyetir.

"Hm," Jawabnya tanpa menoleh.

Giselle menghembuskan nafas panjang. "Hujan semakin deras, apakah kau tidak memikirkan nasib ketua OSIS disana?"

"Aku tidak peduli."

"Terlepas dari semua masalah pribadimu, bagaimana jika ia sakit? Acara perpisahan sebentar lagi Yoo, jika dia tidak masuk akan sulit mengurus semuanya, kau mantan ketua OSIS, benar?"

Cittt...

"Aku berbalik." Ucap Karina kemudian membanting setirnya untuk berputar balik ke arah sekolah.

Bagaimanapun, ia tidak mau acara perpisahannya tidak lancar, hanya karena ketua OSIS tidak masuk.

Sesampainya disana, mereka sudah melihat Winter yang duduk kedinginaj di halte, Giselle dengan cepat berlari keluar sembari membawa payung.

"Naiklah, kau bisa sakit."

Gadis yang sedikit terkejut itu tetap menggeleng. "Aku-"

"Berhentilah menolak karena Karina, bagaimanapun kau tidak boleh sakit."

Crush on you | MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang