Guys, I just remind you kalo chapter pertengahan itu mulai ada adegan dewasanya, please be smart reader.
--
Satu bulan berlalu
Kini, semuanya berjalan dengan sangat baik, begitupun hubungan keduanya, mereka tidak lagi saling canggung satu sama lain.
Giselle juga sudah kembali mempercayai Winter atas kejadian tidak mengenakan bulan lalu itu.
Kini, gadis itu diantarkan oleh boss nya pulang menggunakan mobil, berhubung kondisi sedang hujan. "Kau tidak ingin mampir?"
Karina menggeleng. "Tidak usah."
"Hujan akan semakin deras, mampirlah sejenak, jalanan akan licin dan sulit dilihat, apalagi hari ini berkabut."
Diam diam, wanita yang lebih tua itu tersenyum. "Pfft..kau mengkhawatirkan ku? Benarkah?"
"Yang benar saja?! Aku hanya menawarkan, yasudah kalau tidak mau." Balasnya dengan nada yang dibuat buat seolah sedang merajuk.
Ia bahkan keluar dari mobil dan berlari kecil menuju rumah, masih dalam kondisi hujan.
Astaga, betapa menggemaskannya gadis mungil itu.
"Yakk, tunggulah aku."
--
"Hanya tempat sederhana, maaf jika kau merasa tidak nyaman."
Karina justru menggeleng. "Tidak sama sekali, aku menyukai tempat ini, sepertinya akan lebih sering mengunjungimu kalau begini." Ucapnya.
Uh, kenapa dia sangat mudah membuat orang orang baper.
"Hujan kenapa tidak reda reda, bukankah ini sudah pukul 12 malam?"
"Karina-ssi, kau memiliki jadwal rapat jam 8 besok?! YA BAGAIMANA JIKA KAU TELAT—"
"Heboh sekali." Cecohnya, dia biasa saja kenapa justru sang sekretaris yang panik. "Rapat diundur menjadi Minggu depan karena investor memiliki masalah pribadi,"
"Lebih tepatnya besok aku free, tidak ada jadwal, benar bukan?"
Winter melanjutkan dengan tersenyum kecil. "Ya, kau benar."
Suasana hening sesaat, hanya terdengar rintikan derasnya hujan yang menerpa atap rumah sehingga membunyikan suara dercakan hujan.
"Hujan tak kunjung reda, bagaimana jika kita bergadang bersama?"
Karina menoleh, ia nyaris ternganga tidak percaya, namun tetap berusaha santai, ingat, image itu penting dihadapan orang yang kita sukai. "Ide bagus."
"Ingin semalaman? Apa yang akan kita lakukan hingga pagi?"
"What?"
Ah maaf, itu terdengar sedikit ambigu.
"Kau ingin memakan ramyeon?"
Oh, ajakan yang sangat bagus, kebetulan sekali, keduanya sama sama belum makan. "Baiklah, tunggu disini, kau bisa menonton televisi jika bosan, aku akan memasak."
Karina mengangguk, ia memperhatikan Winter dari ruangan tv, gadis itu terlihat sangat cantik, terlebih saat pemandangan indah terjadi, Winter mengikat rambutnya ke belakang sehingga mengekspose leher putih nan mulusnya itu.
Tetaplah tenang, manusia harus memiliki Iman yang kuat, itu harus!
Berusaha mengalihkan kefokusan, namun namanya manusia, siapa yang bisa menahan saat wanita secantik Winter akan menemaninya bergadang semalaman.
"Minjeong-ah, Ramyeon nya sudah masak."
Mendengar itu, Winter reflex berdiri dan pergi ke dapur, berniat membantu Karina membawanya ke ruang tengah.
"Ini terlihat enak, kah menambahkan telur?" Karina mengangguk. "Aku lebih suka seperti ini, tapi diluar itu semua, fakta yang sebenarnya adalah aku lebih menyukaimu."
"Yak! Kau sungguh berisik."
Karina hanya terkekeh, sungguh menggemaskan gadis itu saat ini, dia bahkan tetap memperhatikan Winter walau sedang memasukan mie tersebut ke dalam mulutnya, seakan tak mau terlepas dari sang gadis.
"Berhenti memperhatikanku." Sindir Winter, ia melirik dari ekor mata saat menyadari Karina menatapnya dengan mendopang kepala menggunakan satu tangan.
Yang disindir hanya mengulas senyumnya, lalu menggeser mangkok ramyeonnya ke arah Winter, karena milik gadis tersebut sudah habis lebih dulu. "Makanlah, aku tau kau masih sangat lapar."
"Kenapa memberikannya padaku? Aku juga harus makan."
"Aku ingin memakanmu."
Bugh!
"Dasar mesum! Kau membuatku takut."
Karina meringis saat selangkangannya terasa nyeri akibat hantaman tangan dari sang gadis. "Kau ingin mematahkannya?!"
"Tidak usah lebay."
Pada akhirnya ramyeon itu Winter yang habiskan, dan dia terlihat sangat kenyang hingga hampir tertidur sekarang.
Untung saja, Karina dengan seribu kepekaannya ini segera menggendong Winter dan mencari dimana kamar gadis tersebut, kemudian menidurkannya di atas ranjang.
Grep..
Yang sebenarnya ternyata Winter belum terlelap, gadis itu malah memeluk tubuh Karina dan mengecup dagu si sulung. "Tetap disini. "Ucapnya sembari melepas pakaian dan hanya menyisakan tank top hitam.
"Apa yang kau lakukan?" Karina melongo.
Jelas jelas bagaimana bisa seorang gadis membuka pakaian dan mengajaknya tidur bersama? Ia tidak berjanji akan kuat jika hanya sekedar tidur.
"Minjeong-ah."
"Hmm?? Kenapaa? Kau tergoda??" Sepertinya memang gadis nakal ini sengaja memancingnya.
Tanpa banyak bicara, Karina menarik tengkuk si bungsu kemudian menyatukan kedua bibir mereka, melumat perlahan benda tak bertulang itu dengan perlahan.
Winter menerima perlakuan itu dengan memgkalungkan kedua tangannya di leher Karina serta membalas ciumannya dengan kaku, jujur saja, ia tak seberpengalaman itu dalam hal ciuman.
Karina menjauhkan kepalanya, ia menatap wakah cantik sang kekasih dengan fokus, ibu jarinya mengelus pipi Winter dengan tenang. "Jangan takut, aku tidak akan melakukan apapun kepadamu."
"Kau baru saja menciumku."
"Makanya jangan berlagak menggoda, dasar bocah."
Si bungsu mendengus kecil, membalikkan badan untuk membelakangi Karina dengan malas, jika boleh jujur, ia menginginkan sentuhan yang lebih, namun terlalu malu untuk mengatakannya.
"Peluk aku."
"Tidak mau." Acuh Karina.
Pada akhirnya, Winter kembali ke posisi awal, menatap Karina dengan memohon. "Hug mee." Pinta nya memohon, sungguh menggemaskan sampai Karina ingin sekali menggigit anak ini.
"Aku tidak mau gila hanya karena dirimu. "
Pada akhirnya, keduanya memilih untuk saling mendekap satu sama lain, memberi kehangatan di balik rentik rentik hujan dan dinginnya suasana malam.
Sesekali Karina mengecup pucuk kepala sang kekasih sembari berbisik. "Aku mencintaimu."
Dan itu tidak ia lakukan sekali saja, Karina tidak akan bosan mengingatkan sang gadis bahwa ia sangat mencintai dirinya, sebagai mana dia mencintai hidup mati seseorang.
Kali ini, ia hanya menginginkan Winter, gadis bermarga Kim dan memiliki nama Minjeong, gadis nakal nan bawel, dan juga suka memganggu orang disaay sedang sibuk sibuknya.
Tidak masalah, Karina menyukai apapun yang Winter lakukan.
Keduanya saling bertatapan, dua bola mata berkilapan itu bertemu, sang bungsu tersenyum kemudian menangkup pipi si sulung. "I won't forget that, remember, I love you too."
Sebelum pada akhirnya keduanya saling menempelkan bibir satu sama lain, hanya menempel, tidak ada pergerakan dari keduanya, mereka hanya menginginkan rasa kepercayaan diri satu sama lain.
"Jangan tinggalkan aku, Minjeong-ah."

KAMU SEDANG MEMBACA
Crush on you | M
FanfictionH I A T U S WINRINA/JIMINJEONG | "Berhenti mengejarku, Minjeong-ah." Keluh Karina kepada seorang gadis yang mengikutinya sedari tadi. Gadis itu adalah Kim Minjeong, orang orang biasa memanggilnya dengan nama Winter. "Aku hanya ingin bersamamu, apa i...