Sudah satu Minggu Winter tidak melihat boss nya lagi, ia di larang untuk menjenguk oleh Giselle semenjak ayah dari Karina sampai.
Kesalah fahaman membuat Giselle berfikiran buruk tentangnya, dan kesalah fahaman ini berkelanjutan hingga sekarang.
Ia hanya menghabiskan waktu untuk mengurus pekerjaan pekerjaan kantor sendiri, karena sang boss tidak hadir, Winter sedikit kerepotan menghadapi ini semua sendiri.
Bruk..
"Astaga.. kepalaku sangat pusing." Keluhnya, ia terduduk di sofa dengan wajah yang terlihat begitu kelelahan, sungguh, mengerjakan seluruh pekerjaan ini bukan tugas mudah.
Drt..drt...drt...
Dengan malas, Winter meraih ponselnya dan mengangkat telfon tanpa tahu siapa yang menghubunginya. "Hallo, ini siapa?"
"Kondisi Karina mulai membaik."
Ah, ternyata ini Ningning. "Baguslah, aku ingin melihatnya secara langsung jika memiliki kesempatan."
Memang Winter meminta temannya itu untuk selalu memberi tahu informasi terkait kondisi Karina sekarang, cukup lega saat mendengar fakta bahwa kondisi Karina sudah jauh lebih baik.
"Datanglah kesini, aku akan membantumu."
"Benarkah?!" Gadis itu reflek berdiri dan mengambil tas kecilnya yang berada diatas meja. "Aku akan segera kesana."
Winter keluar dari ruangan dan sedikit berlari untuk naik ke lift, namun ternyata ia justru berpas Pasan dengan Sungchan. "Apa yang kau lakukan disini?"
Pria tersebut sedikit meringis kemudian menggaruk tengkuk belakangnya. "Aku ingin berpamitan, maaf baru mengabari jika akan berangkat sekarang."
"Berhati hatilah dijalan, jangan lupakan persahabatan kita, atau aku akan membunuhmu setelah bertemu kembali nanti."
Sungchan tertawa kecil, kemudian mengangguk. "Tentu! Aku harus berangkat sekarang, 2 jam lagi landing, sampai bertemu di lain hari."
Kepergian sahabat lelakinya itu membuag Winter sedikit terpukul, ia selama ini hanya memiliki sedikit teman dekat, dan mereka semua menghilang satu persatu.
Kembali ke tujuan utama, ia menepis semua fikiran itu lalu melanjutkan perjalanannya untuk menjenguk Karina.
--
"Kau sampai??" Ningning segera berdiri saat melihat sahabatnya baru saja sampai dengan kondisi kelelahan, terlihat habis berlari. "Kenapa kau tidak memberi tahu dimana ruangannya sialan!"
Gadis China itu hanya memijit leher belakangnya bingung. "Ya..kan aku tidak kefikiran."
"Apa yang kau lakukan disini?" Giselle turut berdiri, ia menatap tidak suka ke arah Winter.
Sedangkan yang ditatap hanya menunduk saja. "Aku ingin melihat kondisinya, apakah itu salah?" Hendak emosi, namun Giselle tahan saat melihat pintu ruangan terbuka.
Cklek...
"Ah, dia siapa?" Ayah Karina sedikit terheran saat melihat gadis asing berdiri bersama Ningning dan juga Giselle.
Winter membungkuk sopan ke arah pria paruh baya itu. "Saya Kim Minjeong, sekretaris dari boss Karin, orang orang dapat memanggil saya dengan nama Winter, senang bertemu denganmu."
Tn.Yoo tersenyum melihat apa yang baru saja gadis itu lakukan. "Dia sering menceritakanmu pada kami, ingin menjenguknya?"
"Maaf?"
"Aih, aku tidak akan mengulanginya, masuklah, ia sedang bersantai." Bisik Tn.Yoo.
Dengan ragu, Winter membuka pintu ruangan tersebut, dan sedikit mengintip, namun karena tak menemukan apa apa, ia masuk, barulah ia melihat Karina yang sedang makan sembari menonton televisi.
Terlihat kondisinya lebih baik, meskipun perban di kepalanya belum boleh di lepas. "J-Jimin-ssi,.."
Karina menoleh, namun ia hanya menatap Winter tajam, sebelum pada akhirnya kembali menukikkan pandangannya kepada televisi.
"Kau marah?"
Mendenga pertanyaan tersebut, manusia bermarga Yoo itu mematikan tv kemudian menatapnya lagi. "Kau masih bertanya?"
"M-maaf, aku minta maaf karena tidak menyadari kehadiranmu disana, mungkin saja kecelakaan ini bisa terhin—"
"Aku tidak pernah peduli dengan kecelakaan ini, aku hanya memperdulikan perasaanku sendiri, Minjeong-ah."
Winter terdiam, ia meneguk salivanya sendiri dengan berat. "Aku menyukaimu, apakah pernyataan itu kurang jelas sehingga kau memilih bersama pria lain?"
"Aku tidak bisa memaksa atau menuntut apapun itu, kau lah pemilik tubuh yang sebenarnya."
Walau ucapannya terlihat santai, Karina bersusah payah mengucapkan semua ini. "Kau tahu? Aku bahkan berharap bisa melupakan semua hal tentangmu saat bangun, namun ternyata aku malah merindukanmu."
"Pergilah, aku juga akan berhenti mulai sekarang."
"Karina.."
Panggilan suara sedikit bergetar itu menggoyahkan Karina, ia menghela nafas panjang, memang dasar lemah iman. "Jangan menangis."
"Maafkan aku, aku benar benar tidak berkencan dengan Sungchan, aku menolaknya karena kau!"
Deg!
"Apa yang kau katakan?"
Winter menghapus air matanya yang mulai menetes. "Aku masih mencintaimu, tetap mencintaimu hingga kapanpun itu, apa kurang jelas?!"
Jantung Karina berdetup kencang, apakah ia akan terkena shock lagi? Sungguh, debaran ini berbeda dengan rasa shock saat kecelakaan, rasa ini, membuatnya terkesan.
"Jadi, artinya kita berpacaran?"
"Kenapa kau pede sekali?"
Keduanya saling menatap satu sama lain. "Ya, kita saling mencintai, bukankah artinya harus berpacaran?"
"Aku mencintaimu, bukan ingin berpacaran dengan orang cabul seperti dirimu."
Karina sontak membulatkan matanya terkejut. "Yak! Apa yang barus aja kau katakan?! Jangan membuat beban fikiranku bertambah, aku hampir saja amnesia."
"Jika itu terjadi, aku akan benar benar bunuh diri."
--
Jam makan siang sudah tiba, perawat membawakan nampan berisikan makanan ke ruangan Karina, makanan itu adalah bubur polos biasa, di temani ayam, sayuran, serta kuah bening.
Makanan yang sungguh biasa saja. "Apakah jelas VIP hanya menyediakan makanan seperti ini?" Tanya Karina tidak percaya.
Perawat tersebut sedikit membungkuk sopan. "Maaf, tapi memang hanya ini yang bisa nona makan selama masa menyembuhan."
"Sudahlah tinggal makan saja, kau banyak bicara."
Karina menatap ke arah perawat, memberi isyarat agar keluar, hingga wanita tersebut benar benar hilang dari pandangannya.
"Suapi aku."
"Kyaa, makanlah sendiri, bukankah tanganmu berfingsi dengan baik?" Omel Winter kesal.
"Tanganku bergetar."
Ah, ternyata masalah ini merujuk hingga ke saraf. "Baiklah, buka mulutmu."
Satu suapan berhasil di telan, Winter tersenyum melihat bagaimana cara Karina berusaha untuk menelan apa yang baru saja masuk ke dalam mulutnya. "Kenapa memandangiku seperti itu?"
Gadis yang lebih muda terkekeh. "Kau menggemakan."
"Berhenti mengada ngada, aku harus makan agar bisa tidur, jadi cepatlah sedikit."
Dengan sinis, gadis itu melirik Karina. "Kau ini, sudah menyuruh masih saja banyak protes, dasar mesum."
"Apa apaan?! Dari mana asal dirimu bisa mengecapku sebagai mesum?!"
Winter mengangkat bahunya acuh. "Aku hanya tidak sengaja melihatmu menonton film dewasa saat sendirian di dalam ruang, benar bukan?"
"Y-yaa, bagaimana kau bisa tahu?!"
"Bersihkan otakmu terlebih dahulu, nona Yoo Jimin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush on you | M
FanficH I A T U S WINRINA/JIMINJEONG | "Berhenti mengejarku, Minjeong-ah." Keluh Karina kepada seorang gadis yang mengikutinya sedari tadi. Gadis itu adalah Kim Minjeong, orang orang biasa memanggilnya dengan nama Winter. "Aku hanya ingin bersamamu, apa i...