Edward sudah bangun dan enggan beranjak. Dia menatap istrinya yang menghias diri. Dengan sinis berkata."Berdandan seindah itu, untuk dilihat siapa memang?"
"Siapa saja boleh." Membalas sambil menatap seluruh sisi wajah dicermin.
Snow mengenakan kemeja biru dan rok sepan pendek. Stocking warna kulit, menutup kulit kakinya yang terbuka. Merasa penampilannya sudah pas, dia keluar kamar. Jas warna senada di letakkan dilengan, sementara tas besar di lengan satunya.
Pinggang ramping itu terlihat jelas, karena kemejanya dimasukkan kedalam rok. Penampilan istrinya menjadi wanita pada umumnya yang tidak disukainya. Wanita kuat. Edward menyibak selimut dengan kesal. Kemudian masuk kekamar mandi.
Snow sudah lebih dulu menyiapkan sarapan untuk semua orang. Dia tinggal menyiapkan bekal untuk kembar dan menyajikan sarapan. Menemani kembar, Snow ikut sarapan.
Tugasnya adalah mengurus keperluan kembar. Sementara Star, Edward yang urus. Tugas suaminya tidak berat, karena Star memiliki pelayan khusus.
Snow tidak pernah membiarkan ketiga anak mereka lepas dari pengawasan mereka. Dia memiliki masa lalu yang suram dalam hal pertumbuhan. Dia tahu betul dunia gelap yang akan dialami seorang anak, jika sampai lepas dari pengawasan orang tua.
Panti asuhan mengajarkannya banyak hal. Disana dia melihat banyak. Anak tanpa pengawasan orang tua, membawa trauma tersendiri pada anak. Trauma yang tidak kasat mata, sulit sembuh, menghambat pertumbuhan anak. Dia pernah mengalami. Sehingga tidak ingin anak-anaknya mengalami itu.
Kasih sayang Edward yang berbeda pada anak, Snow sempat protes. Tapi tidak bisa melakukan apa-apa. Jadi dia mengimbangi dengan memberikan pengertian dan mencurahkan seluruh kasih sayang pada kembar.
Edward yang terlalu menyayangi Star, dia sebenarnya tidak mempermasalahkan itu. Seorang anak perempuan, sudah seharusnya dikasihi. Sama seperti Lambert Ring padanya. Bagi seorang anak perempuan, Ayah adalah pria pertama mereka, Snow amat mengerti ini.
Disekolah kembar, Snow menurunkan kedua putranya."Bersenang-senang lah disekolah." Kemudian mencium kening kedua putranya secara bergantian. Memeluk mereka sebentar.
"Bye Ibu." Melambai sambil berjalan kegerbang sekolah.
Setelah dua putranya masuk gerbang, Snow masuk kemobil, meninggalkan sekolah.
Dirumah,
Setelah kepergian Snow dan kembar, rumah ini langsung sepi. Edward selesai bersiap, sambil mengait kancing lengan berjalan keruang kerja. Tidak lama putrinya masuk keruang kerja.
"Ayah." Langsung duduk dipangkuan.
Edward tersenyum, sudah tahu harus melakukan apa. Dengan terampil dia menata rambut putrinya. Dengan gerakkan halus dan lembut, merapikan anak rambutnya.
"Hari ini ada renang ya?"
Star mengangguk sambil memainkan Parker gold milik Ayahnya.
Selesai menata rambut Star, merapikan seragam, Edward mengendongnya keluar.
Star sebenarnya bisa berjalan sendiri, namun dia lebih suka menggendongnya.
Dimobil, Star dan pelayan duduk dibelakang. Edward mengendara dengan tenang hingga kedepan sekolah Playground. Kali ini dia tidak turun.
Setelah Pelayan mengandeng putrinya masuk kedalam sekolah, Edward segera pergi.
Biasanya dia selalu mengantar putrinya hingga depan kelas. Mengabaikan mata ibu-ibu yang melihat kearahnya. Namun kemarin, ada seorang ibu muda, dengan nekat dia mengutarakan cinta padanya, didepan banyak orang. Sejak saat itu, dia tidak mau lagi mengantar putrinya ke depan kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Snow And The Blue Diamond Ring (End)
General Fiction👉 Khusus dewasa saja 21 tahun. Snow Ring mengalami kecelakaan saat usianya 5tahun. Mengakibatkan kematian kedua orangtuanya. Dan dia lupa akan dirinya sendiri. Snow Ring berakhir disebuah panti asuhan, dalam keadaan shock dan bisu. Dan dia berganti...