113. kamu yang kamu

358 115 20
                                    


Jari tangannya yang dingin masuk menyentuh dada. Snow gemetar. Mengigil karena sentuhan itu.

Ciuman mematikan membuat nafas Snow hampir habis. Simpul bathrobenya tiba-tiba ditarik hingga lepas. Kelopak mata pria itu turun kebawah, kemudian dia membungkuk.

Bahunya langsung bergetar. Bibir bawahnya digigit kencang, menahan serangan didada. Gigitan-gigitan kecil diatas dada, tidak membuatnya sakit. Justru membuatnya mengerang. Berusaha menahan suara memalukan, tapi suara itu malah terlepas begitu saja.

Kepalanya diangkat, bibirnya yang tipis kini basah. Dia melepas Bathrobe yang sudah tidak terikat. Memeluknya hingga ke ranjang.

Diranjang."Rindu aku tidak?" Edward bertanya.

"Rindu. Sangat-sangat rindu." Menjawab lembut dengan nada  serak.

Suara Snow sangat lembut. Begitu menawan ditelinga seseorang. Benar-benar sangat menggoda pria tanpa alasan.

"Aku yang mana? Aku yang diranjang, di kantor, di rumah?" Masih bertanya.

"Bukan kamu yang mana-mana. Kamu yang kamu." Kedua matanya sudah berkabut.

Edward senang mendengar itu. Dia melepas pakaiannya sendiri. Bibir tipis berkumis halus, menjelajah wajah, mengelincir ke daun telinga. Snow membalas, dengan menyentuh lembut, kulit gandum Edward.

Dengan tidak sabar, membuka kedua kaki ramping. Begitu miliknya berhasil masuk."Aaahh...," Mengerang berat. Punggung yang tegak, bergetar.

Sangat sempit, benar-benar sempit. Tidak bisa tidak tergila-gila. Benar-benar tergila-gila. Darahnya loncat semua keatas kepala. Urat-urat dikening, menonjol. Kedutan dimiliknya membuatnya ketagihan.

Tangan Edward menekan, saat berhubungan mereka saling bergenggaman erat. Tahapan hubungan yang sudah naik ketahap tanpa beban sama sekali, membuat mereka ketika berhubungan saling mengait sepuluh jari.

Nafasnya terhenti ketika benda tumpul itu masuk. Tubuhnya tegang. Tangannya meremas tangan Edward kuat-kuat, menahan sedikit rasa sakit. Selanjutnya tidak ada lagi kelembutan, serangan sengit terus menerus menusuk.

Edward mencengkram pinggangnya, melepaskan kepuasan didalam. Pria dibelakangnya antusias menekan. Membuatnya tidak bisa berhenti menjerit. Edward memutar tubuhnya dan kembali menusuk, menusuk semakin sengit. Kaki-kaki kasur sampai ikut menjerit.

Edward bukanlah tandingannya diatas ranjang. Dari berbagai hal, dia kalah. Sehingga tidak bisa berhenti menjerit. Jeritannya tiba-tiba menjadi keras."Edo." Sampai pada pencapaian.

Gerakkan pria itu seketika terhenti.

"Panggil lagi." Meremas.

"Edo. Edo. Edo!" Dengan patuh memanggilnya berkali-kali dengan mesra.

Edward tersenyum, Snow melihatnya. Senyum itu membuatnya nyaman dan kembali bersemangat melayani.

Kepalanya berada dibahunya. Kadang mengeluarkan suara-suara seperti seekor kucing. Berhasil mengoda dia. Membuatnya semakin bersemangat menyerang.

Edward seperti seekor serigala liar yang sedang lapar, mendapatkan makanan. Tidak mau berhenti. Semakin malam semakin bersemangat.

Diatas tubuh Edward, dia bergetar karena sampai klimaks lagi. Tidak lama disusul pria dibawahnya.

"Snow. Snow." Mengeram, menekannya kebawah.

Untuk pertama kalinya, sejak mereka naik kekasur, mereka berhenti membuat suara-suara memalukan.

Snow tidur diperlukannya, kepalanya berkeringat seperti punggungnya. Helaian rambut lurus yang menempel dipipi, diletakkannya kebelakang telinga. Di lehernya yang berkeringat, Edward mendaratkan kecupan dangkal.

Snow And The Blue Diamond Ring (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang