107. kemeja-kemeja rusak

272 110 27
                                    


Pria itu sungguh-sungguh akan membakar mereka hidup-hidup.

Disatu titik terlihat ada nyala api. Sekitar bangunan ini hanyalah kayu. Dengan cepat api membesar. Tidak perlu waktu lama, berhasil membakar tiang pintu depan. Suara seperti ledakan petasan terdengar.

Terdengar pintu mobil dibuka dan ditutup, kemudian suara mesin mobil menyala. Setelah api naik keplapon. Mobil pergi.

Snow melihat adiknya."Mereka sudah pergi."

Dony segera kembali menjadi Dino. Kepalanya sangat pegal, sejak tadi dia hanya melihat kelangit-langit.

Ikatan dikursi mereka, terlalu kencang. Dino menjatuhkan diri sendiri, bersama kursi. Berusaha mendekati tali ikat kakaknya. Mengunakan gigi, dia melepaskan ikatan Snow.

Snow berhasil melepas ikatan. Snow lalu membantu melepaskan Dino.

Api semakin lama semakin besar. Mereka tidak bisa keluar. Plaponnya hampir rubuh.

"Tuan. Tuan Dony! Kami akan menerobos pintu. Tuan menjauhlah." Suara dari luar.

Snow dan Dony menjauh dari pintu. Sebuah mini Van menerobos api. Pintu mini Van dibuka. Snow dan Dino masuk kedalam. Mobil kemudian berjalan menabrak bangunan samping. Seketika mereka sudah berada diluar bangunan.

"Maaf bos, kami terlambat. Orang yang menculik bos, masih menunggu didepan gerbang. Ketika mereka pergi, kami langsung masuk."

Dino merapikan rambutnya dari abu."Tidak masalah. Apa kalian berhasil merekam semua."

Snow merepas alat rekam yang dipasang ditubuhnya dan Vidio mini yang dipasang di kancing kemeja. Dino melakukan hal yang sama. Mereka menyerahkannya pada anak buah Dino.

"Berhasil bos. Rekaman sekaligus Vidio." Dengan bangga menunjuk laptop.

Dino tersenyum puas."Kerja bagus. Sekarang kita pulang. Aku kangen masakan ibu."

Ada kilau di kedua mata adiknya ketika mengatakan ibu. Sudah lama tidak bertemu, wajar jika rindu. Snow terdiam.

Tiba dikediaman Wiguna, sudah sangat malam. Dino langsung memeluk ibu dan ayahnya. Kemudian memperkenalkan Snow. Dino juga memeluk Dony.  Dony tersenyum, sambil menatap langit. Senang karena dua saudara sudah datang

*

Beberapa hari ini dia sedang menganalisa sebuah proyek. Melihat visi dan misi proyek ini, jauh kedepan. Proyek yang sedang di analisa adalah Robot. Humanoid dengan kecerdasan buatan. Nantinya, tidak hanya digunakan untuk industri.

Saat sedang dilapangan menganalisa, Edward tidak pernah mengunakan nama asli. Sejak dulu juga tidak pernah. Dia hanya mengunakan nama Edo saja.

Kliennya yang kali ini, adalah seorang pria paruh baya yang sangat tampan dan keren. Ketika muda banyak menarik wanita. Istrinya tidak hanya satu.

Selesai makan siang, mereka mengobrol senang. Kliennya kemudian mengatakan akan pergi kepanti asuhan.

"Beberapa tahun lalu, aku melakukan kesalahan yang biasa dilakukan semua pria. Wanita itu mengandung anakku! Sayangnya wanita itu meninggal dunia. Istriku tidak ada yang mau merawatnya, mereka ingin aku membuangnya. Terpaksa aku membawanya ke panti asuhan." Menceritakan dengan air muka yang sedih dan menyesal.

Edward."Ada juga kisah yang seperti ini."

Usianya sudah 33tahun. Pengalamannya tentang kisah-kisah romantis, hampir tidak ada.

"Temani aku kesana. Kita dimobil bisa sambil membahas investasi. Aku suka dengan perkataanmu yang menginspirasi dan bijaksana."

Edward mengangkat pergelangan tangan. Arloji besar ditangannya masih menunjukkan terlalu cepat untuk pulang. Dan terlalu malas kembali kekantor. Akhirnya dia ikut.

Snow And The Blue Diamond Ring (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang