125. Apa lebih besar dan tebal (Extra part)

216 56 18
                                    

Dan dia berangkat menjemput istrinya.

*

Edward sudah melihat istrinya didepan. Sedan biru kecil itu, istrinya membelinya mengunakan uangnya sendiri. Jika diingat-ingat, istrinya hampir tidak pernah mengunakan uangnya.

Snow berdiri di dekat mobil. Memakai sepatu bot hitam setinggi lutut, membuat dia terlihat tinggi. Rambutnya yang panjang diikat ekor kuda dibelakang. Jas hitamnya berhasil menunjukkan keanggunannya.

Edward menatap istrinya dengan diam. Ketika hendak mendekat, seorang pria muda mendekati Snow yang sedang berdiri disamping mobil di pinggir jalan. Mereka berbicara, senyum istrinya mengantung dan bahasa tubuh istrinya terlihat formal.

Istrinya baru memasuki usia 30 tahun. Ini adalah usia dimana wanita sedang cantik-cantiknya. Usia ini dalam karier, sedang gemilang-gemilangnya.

Sementara dirinya, sudah meninggalkan usia 40, berjalan menuju 50. Meski tidak ada perubahan digaris wajah, namun waktu terus berjalan. Dan itu  menyakitkan.

Edward menghubungi istrinya sambil menatap dari kejauhan. Snow mengangkat panggilannya, kemudian melihat kearah mobilnya. Snow pamit pada pemuda itu dan berjalan kearahnya.

"Aku sudah menghubungi bengkel langganan."

Snow menyerahkan kunci pada suaminya. Seorang pria memakai seragam montir menghampiri. Edward menyerahkan kunci mobil istrinya pada mereka.

Tiba dirumah, makan malam sudah tersaji, anak-anak semua sudah mandi. Snow segera membersihkan diri dan menyusul mereka kemeja makan.

Di jam 9, Snow mengantar kembar ke kamar untuk tidur setelah selesai mengerjakan PR.

Selama meninggalkan rumah, tidurnya tidak nyenyak. Pulang kerja, mobilnya malah mogok. Semua kegiatan itu, benar-benar membuatnya lelah.

Edward memeluknya dari belakang. Maksud ini dia mengerti, tapi dia sedang tidak ingin. Meski begitu, kemauan Edward tidak dapat dihentikan.

"Kamu begitu lagi!"

"Aku lelah!" Berusaha mendorong suaminya, tapi tidak berhasil.

Mengangkat keatas kepala tangan istrinya. Memaksanya menuruti kehendaknya.

"Edo, Tidakkah kamu keterlaluan?" Protes.

"Siapa yang keterlaluan?" Balik bertanya.

Suaminya telah berselingkuh secara emosional. Mendambakan orang lain, namun melampiaskannya padanya. Bukankah itu keterlaluan?

Mengangkat kaki dan mendorong suaminya, selanjutnya menendang. Edward jatuh kelantai. Setelah berhasil menjatuhkan suaminya, dia menutup diri dengan selimut.

Bangkit berdiri dengan geram."Kemarin kamu di hotel bersama siapa?"

"Seorang pria tampan." Dari balik selimut.

Dia sudah curiga sejak lama, karena Istrinya berubah. Dia selalu berdandan dengan sangat menarik perhatian, sikapnya dingin diranjang, dan mulai tidur diluar rumah. Jika bukan karena ada pria lain, lalu karena apa?

"Seperti apa dia?"

"Muda."

Edward menarik selimut."Selingkuh didepan mataku! Berani sekali." Nada suara rendah dan menekan.

Dulu Istrinya selalu memprioritaskannya. Kini tidak lagi. Dia memprioritaskan anak, pekerjaan, dan pria lain. Posisinya sudah tidak ada lagi.

"Kenapa tidak berani. Kamu pilih kasih pada anak. Kita sama-sama tidak sejalan dan sepikiran lagi." Nadanya ditekan, karena tidak ingin pertengkaran didengar anak-anak.

Snow And The Blue Diamond Ring (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang