Twenty Five

287 39 26
                                    

Selamat membaca kisah Anggara dan deritanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca kisah Anggara dan deritanya.

••
"Hidayah bisa datang kapan saja, ia tak menunggu tua dan muda. Siapa saja yang memang tergerak hatinya, dialah yang tercakup dalam buku takdir kisahnya."

Keingintahuan ku membawaku pada kemantapan hati untuk membawaku masuk dalam Islam.

Anggara duduk di salah satu bangku taman, matanya menatap ke seorang bapak yang tengah mendorong sebuah gerobak. Peluh keringat tak membuat langkah bapak tersebut berhenti, bukan hanya itu yang membuat Anggara mengawasi, melainkan senyum ceria yang terpatri, membuat Anggara merasa meneduhkan hati.

Anggara beranjak berniat membantu pekerjaan bapak tersebut, dari pada harus berdiam ia lebih baik membantu bapak tersebut.

Anggara berjalan menuju bapak tersebut, lalu mulai menulis sebuah kata "Bapak saya mau bantu, boleh?"

Anggara menepuk pelan pundak bapak tersebut, lalu menyodorkan tulisan tersebut. Bapak tersebut membacanya dan lalu menatap Anggara sambil tersenyum dan menganggukkan kepala.

Anggara tersenyum ceria melihat balasan bapak, Anggara lantas mulai mengumpulkan semua barang-barang bekas dan menaruhnya ke gerobak bapak. Peluh keringat mereka berdua, tak menghentikan aksi mereka. Sampai pada saat adzan berkumandang, bapak menghentikan kegiatannya.

"Bapak shalat dulu ya, kamu shalat juga?" pertanyaan dari bapak membuat Anggara lantas menggeleng, membuat bapak paham bahwa Anggara bukan seorang Islam.

"Ya sudah bapak tinggal dulu ya," tutur bapak pelan sambil mengelap keringat yang membasahi wajahnya.

Dari pada berdiam diri sendiri, Anggara akhirnya memilih untuk ikut bapak. Bapak yang membaca kalimat yang di tulis Anggara lantas tersenyum dan mengangguk.

Mereka akhirnya pergi ke masjid bersama, sesampainya mereka disana, Anggara lantas duduk di area tepi masjid dan melihat bapak sudah lebih dulu masuk di dalam. Setiap kali melihat suara adzan, entah kenapa hati Anggara serasa tenang. Anggara melihat bapak dan banyak orang tengah melakukan gerakan.

Terasa sulit dan banyak gerakan, membuat Anggara pusing sekaligus penasaran. Hingga sampai bapak selesai banyak sekali pertanyaan dalam benak Anggara.

Bapak lantas duduk di sebelah Anggara, membuat Anggara lantas bertanya kepada bapak melalui tulisan.

"Bapak, kenapa Islam itu banyak sekali ibadahnya? Di Anggara hanya satu saja."

Bapak itu tersenyum dan menjawab, "Kita hidup hanya untuk beribadah kepada Tuhan, kita hidup untuk bersujud pada Tuhan, jadi wajar bila separuh hidup kita terpaut pada Tuhan. Ibadah adalah salah satu hal yang akan menuntun kita kepada Tuhan, semakin banyak ibadah yang kita lakukan, semakin dekat pula kita dengan Tuhan."

King of sadness (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang