Fourteen

200 42 4
                                    

Siapa yang ingin bertahan di dunia yang menakutkan ini?

Siapa yang ingin terus hidup di dunia yang penuh rasa sakit ini?

Setiap hari diserbu oleh rasa sakit yang tak berhenti.

Setiap hari bertahan tapi selalu saja di uji.

— Anggara
•••

Dermaga derita, si lelaki yang bercerita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dermaga derita, si lelaki yang bercerita.
•••••

Pagi ini, Anggara diseret oleh Pratama, Papahnya.

"Gara-gara kamu saya malu lagi!"

"Berhenti mengatakan pada orang-orang bahwa kamu anak saya!"

"Sampai kapanpun saya tak akan pernah sudi menganggap kamu sebagai anak!"

Anggara hanya mampu menunduk saat Papahnya memarahi. Ia meremas kedua tangannya meredakan rasa sakit dalam dada. Tadi malam buku ke tiganya terbit dan seseorang bertanya siapa Papahnya dan apakah ia salah bila ia mengaku ia anak Pratama?

"Mulai hari ini dan selamanya jangan pernah anggap saya papah kamu!" murka Pratama sambil terus memukul punggung Anggara dengan balok kayu.

Anggara hanya menahan rasa sakit, air matanya luruh seketika. Ia tak bisa berteriak, bukankah ia terlihat begitu lemah saat ini? Lihatlah, ini kali pertama ia menangis di depan Papahnya.

Sakit, sangat sakit, bukan hanya mental yang Papahnya berikan namun juga sakit fisik yang tak bisa ia tahan.

Ingin sekali ia berkata kepada semesta, ia ingin sekali bicara seperti manusia lainnya. Tapi mengapa ia tak bisa? mengapa rasanya kelu? mengapa ia tak bisa berbicara? haruskah ia salahkan takdir sekarang juga?

"Berhenti menganggap saya Papah kamu!"

"Berhenti berbicara kepada orang-orang bahwa kamu anak saya!"

"Karena sampai kapanpun saya tak akan pernah sudi menganggap kamu darah daging saya!"

Pratama dengan lantang berbicara di depan Anggara. Apakah ia tak pernah sadar bagaimana rasanya? rasanya dibenci oleh orang yang paling kita ingin untuk di sayang?

Sakit. Sakit bukan hanya karena dipatahkan oleh cinta, tapi hal yang paling sakit menurut Anggara adalah ketika dia sama sekali tak mendapat cinta dari keluarga.

Patah hati terbesar bukan ditinggalkan oleh pacar, tapi patah hati terbesar adalah ketika kita ingin dipeluk dengan tulus tapi tak pernah bisa.

Pratama menendang kaki Anggara, lalu menampar Anggara hingga sudut bibir Anggara mengeluarkan darah.

Kacau, itulah penampilan Anggara saat ini. Sudut bibir berdarah, rambut acak-acakan, baju penuh dengan bercak darah akibat pukulan dan rasa sakit yang ia terima atas hinaan dan cacian papahnya menambah pelangkap rasa sakit yang amat memilukan dada.

King of sadness (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang