Three

431 74 30
                                    

"Bolehkah aku seorang lelaki menyampaikan pada dunia tentang derita yang kuhadapi?" — Anggara
•••
"Nak, kamu harus jadi anak sukses suatu saat nanti yaa. Agar kamu bisa membungkam mulut semua orang termasuk mulut Papahmu."— Melly

•••
Dermaga luka si lelaki yang bercerita.

•••Dermaga luka si lelaki yang bercerita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••••

Pagi ini, Anggara bersiap ingin berangkat ke sekolah. Namun, sang papah dengan keras mengatakan sesuatu hal yang membuat Anggara terdiam.

"Ngapain kamu sekolah? nanti juga gak jadi apa-apa, gak guna sekolah kamu!"

Pratama, Papah Anggara mengucapkan sebuah kalimat yang tanpa ia sadari merusak hati sang anak.

"Gak usah sekolah kamu tuh buang-buang uang dari kecil! bikin susah aja!" maki sang papah kepada Anggara.

Anggara menempelkan kedua tanganya, mengucapkan maaf pada ayahnya.

Namun, sang papah masih tetap saja memarahinya.

"Jauh-jauh dari saya bisu!"

Kalimat yang dilontarkan oleh Papahnya membuat nyeri hati Anggara.

Anggara seberusaha mungkin menahan air mata yang menetes. Dia pun manusia biasa, dia juga sama punya lelah.

"Mas!" teriak Mamah Anggara marah kepada suaminya.

Ia berlari memeluk anaknya, ia menangis. Mengapa suaminya begitu kejam mematahkan mental anaknya.

"Jangan terus dibela nanti dia akan ngelunjak dan makin gak tau diri."

"Mas dia butuh kasih sayang bukan sebuah kesakitan!" amuk Mamah Anggara kepada suaminya.

"Halah!"

Pratama, Papah Anggara tiba-tiba menarik paksa anaknya dari istrinya.

Ia membawa Anggara pergi dan menghempaskan Anggara dikamar mandi.

Ia mengguyur tubuh Anggara, membuat tubuh Anggara menggigil.

"Kamu tuh anak gak guna!"

"Sejak dulu saya itu gak sudi punya anak kek kamu kalo bukan karena istri saya, sudah sejak lama kamu saya bawa ke panti!"

"Kamu tuh orang yang selalu menguras uang saya!"

"Gak guna!"

Pratama berucap tanpa belas kasihan terhadap Anggara.

Ia pergi meninggalkan Anggara dan mengunci pintu kamar mandi.

"Maafin Anggara, Pah" batin Anggara dengan keadaan tubuhnya menggigil.

Ia tak berniat beranjak dari guyuran air, ia pantas mendapatkan ini.

Hidupnya memang tak berguna sejak kecil, ia hanya bertahan karena Mamahnya.

King of sadness (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang