Seven

274 59 20
                                    

"Percayalah, bahwa setiap anak itu punya kekurangan dan kelebihan. Hanya orang tua bodoh yang mengatakan anak mereka tak berguna, karena semua anak itu pasti akan berguna. Jika tidak saat ini mungkin nanti, jika tidak nanti mungkin suatu saat nanti."
—Melly
•••

Dermaga luka, silelaki yang bercerita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dermaga luka, silelaki yang bercerita.

•••••

Pagi ini, Anggara memutuskan untuk  berangkat lebih pagi lagi, ia berharap tak ada bullying untuk hari ini, entah mengapa hatinya saat ini sedang lelah dan ingin beristirahat.

Namun, saat ia sudah sampai di meja yang ia duduki, hatinya teriris melihat coretan-coretan itu lagi dan lagi. Tangannya dengan telaten membersihkan, ia mencoba untuk ikhlas, meski sebenernya sesekali ia ingin marah.

"Em, hallo cupu" sapa Rommy, kali ini dia sendiri, tanpa seorang teman yang menemani.

Anggara hanya diam tanpa ingin meladeni, ia sedang lelah dengan hatinya sendiri.

Namun tiba-tiba Rommy menarik kerah Anggara.

"Kalo disapa tuh jawab bego!"

"Oh ya, gua lupa, lu kan bisu ya hahaha!"

Rommy tertawa sambil meludah dihadapan Anggara. Bolehkah Anggara lelah Tuhan? kata siapa lelaki tak bisa bersedih? kata siapa lelaki tak boleh menangis? lelaki ataupun perempuan sama, sama-sama punya hati yang bisa menangis dan bersedih ketika dilukai.

Tiba-tiba Rommy menjambak rambut Anggara, membuat Anggara tak bisa berteriak, ia hanya mampu menjerit dalam hati.

Rommy tersenyum puas, dengan begini ia bisa puas melihat lawanya tak bisa berteriak meminta pertolongan.

Anggara meninju perut Rommy, membuat Rommy lantas terjatuh. Kilat amarah jelas terlihat dimata Rommy.

"Brengsek!" murka Rommy ia lantas memukul habis Anggara.

Anggara yang belum siap lantas hanya bisa berpasrah.

"Sakit Tuhan,"

"Hentikan ini Anggara mohon,"

Ia ingin berteriak, namun semesta mengunci rapat mulutnya.

Andai ia bisa berteriak hanya untuk sekedar meminta tolong, ini menyakitkan.

Bayangan-bayangan bullying yang pernah ia alami muncul kembali dalam benak, tak terasa tetesan darah segar itu mengalir dari hidungnya.

Rommy yang melihat itu lantas berhenti, ia mulai was-was dan pergi dari sana karena takut ketahuan.

Anggara mengelap darah yang mengalir, ia tersenyum, derita hidupnya kini dimulai kembali.

Ia terduduk, dengan sekuat tenaga menahan rasa sakit, ia membuka salah satu buku hitam yang sengaja ia selipkan selalu diantara buku yang lainya.

King of sadness (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang