END

608 50 20
                                    

Selamat membaca kisah Anggara, dan deritanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca kisah Anggara, dan deritanya.
•••
"Kebaikan itu tidak pernah hilang. Sekalipun kau tiada, kebaikanmu akan selalu tetap terkenang."

Mereka menyaksikan bagaimana suster melepas semua peralatan yang menempel pada tubuh Anggara, dan yang paling menyakitkan adalah saat dimana seorang suster menutup tubuh Anggara dengan kain putih.

"Anggara," pelan Melly tak kuasa melihat ini semua.

Anaknya baik-baik saja kan? Anggara masih hidup kan? Mimpi macam apa ini, ia ingin terbangun dari mimpi ini.

"Maaf," ucap Dokter itu membuat mereka semua lantas menatap tak percaya pada apa yang terjadi.

Melly berlari menuju ranjang dimana Anggara berada, sesak berkumpul dalam dada, ia membuka penutup kain yang menutupi wajah dan tubuh anaknya. Badannya melemas seketika, seluruh tubuhnya penuh bercak darah dan luka.

"Benturan keras dikepalanya membuat ia kehilangan banyak darah, di tambah dengan keterlambatan pasien datang kemari membuat sebuah kepatalan."

Penjelasan dari dokter membuat mereka meneteskan air mata. Mereka terlambat menyelamatkan anak mereka.

"Nak," pelan Melly.

"Angga banyun yuk!"

"Angga?"

"Bangun, demi Mamah!"

"ANGGA!" teriak Melly sambil memegang tangan Anggara. Pratama yang melihat istrinya menangis tak karuan segera melepaskan tangan Melly yang berada pada tangan Anggara.

Ia memeluk istrinya erat-erat, membuat tangis Melly teredam. Air matanya menetes begitu saja.

"Maafkan Papah, ini semua salah Papah." Pratama berucap pelan sambil melihat bagaimana tubuh anaknya penuh darah.

Lara melihat adiknya yang dulu ia benci, sekarang telah menghembuskan nafas terakhirnya di depannya saat ini.

"Angga?"

"Angga mau maafin Kaka kan?" tanya Lara sambil mendekat.

"Angga, Angga bangun yuk! Nanti Lara kenalin Angga ke teman-teman Kaka," ucap Lara sambil memeluk tubuh Anggara.

Badan Melly melemas hingga akhirnya tak sadarkan diri. Membuat mereka lantas membawa Melly berbaring untuk diperiksa oleh dokter.

Pratama melangkah pelan dan duduk di samping Anggara. Tanggannya terangkat untuk mengelus rambut anaknya. Sekelebat memori kenangan tentang bagaimana ia menanamkan luka pada Anggara, kembali menghantuinya. Bagaimana ia bisa sejahat ini pada anaknya? Pada anak yang telah menyelamatkan nyawanya?

Kemana nalurinya selama ini? Kenapa baru sekarang hatinya terbuka setelah melihat anaknya pergi.

"Kamu pengen peluk Papa kan?" tanya Pratama, ia lantas mendekatkan dirinya kepada Anggara dan memeluknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 09, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

King of sadness (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang