"Salahkah kalau saya gak suka liat Kokoh asyik sama yang lain disaat kita lagi berdua?" -Mohammad Ahsan
Basel, 24 Maret 2022
Bau wangi roti yang baru matang tercium dari toko roti yang ramai oleh pengunjung. Dari baunya sudah bisa ditebak kalau roti yang dijual pasti enak rasanya. Kalau tidak, mana mungkin orang-orang rela mengantre cuma karena sepotong roti.
(Lokasi: Bäckerei Jetzer Basel)
Ahsan mengamati tulisan dari papan sebuah toko yang ada di depannya. Mulutnya komat-kamit mengeja huruf yang tertulis di papan tulis. Matanya kadang melotot, kadang juga menyipit seperti sedang mengamati dengan cermat ejaan yang saat ini sedang dibacanya.
"Gess...chmakssss...voollen (?)" Dahinya seketika berkerut. Jari telunjuknya menunjuk tulisan yang ditulis dengan kapur berwarna putih. Dieja sekali lagi tulisan yang dibacanya. "Gess..chmaks...vollen. Geschmaksvollen!" serunya. Ahsan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sekali lagi diulang kembali ejaan yang ada di depannya. "Pffftt!" Ia menutup mulutnya dengan kedua tangan. Bukan karena tulisannya yang lucu, tapi ia menertawakan dirinya sendiri.
Ahsan beranjak dari tempatnya untuk menengok ke dalam toko melalui jendela. Di dalam ramai oleh pengunjung yang sedang mengantre. Matanya menyipit mencari sosok pria berjaket hitam yang sedari tadi ditunggunya. Ah, ternyata sosok berjaket hitam ada banyak jumlahnya. Ahsan memanyunkan bibirnya. Kesal.
Sementara itu di dalam toko...
Hendra mengamati satu per satu jenis roti yang ada di etalase. Semuanya tampak lezat dan menggiurkan. Ia membaca setiap informasi jenis roti yang tertera. Hendra ingin membeli roti yang mungkin belum pernah ia dan Ahsan makan, setidaknya selama mereka bolak-balik ke Swiss untuk ikut turnamen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sandyakala (The Daddies story)
Fanfiction"Koh, terima kasih sudah menerima dan menjadi tempat ternyaman buat Ahsan." -Mohammad Ahsan. "San. Apapun yang terjadi saya akan selalu ada buatmu. Terima kasih sudah menjadi teman yang baik buat saya." -Hendra Setiawan (((Sandyakala: Cahaya merah s...