"Kalau ada kata-kata saya yang nyakitin, seharusnya bilang dong, Koh. Jangan menghilang kayak gini." - Mohammad Ahsan
Suncheon, 12 April 2022"Jom, udah belom?"
Fajar kembali mengetuk pintu kamar mandi, tetapi kali ini ketukannya lebih cepat dari sebelumnya. Ia terlihat gelisah. Bulir-bulir keringat sebesar biji jagung keluar membasahi dahinya. Perutnya panas dan sesuatu dari dalam mendesak minta untuk dikeluarkan. Rian yang di dalam kamar mandi tidak merespon ucapan Fajar. Tidak lagi terdengar suara gemericik air mengalir. Suasana di dalam terdengar hening.
"Jom, ih kamu pingsan apa gimana? Buruan atuh," kata Fajar lagi sambil terus menggedor pintu kamar mandi. Perutnya yang panas sudah tidak bisa ditahan lagi. Semua ini gara-gara mie samyang yang mereka beli kemarin malam.
"Sabar Jay. Saya sedang ngeringin rambut nih," jawab Rian dari balik pintu.
"Ngeringinnya di kamar aja. Saya udah gak tahan nih. Kamu mau kalau saya keluar di sini?"
Rian berdecak kesal, "Sebentar lagi. Lima menit lagi."
"Ini udah situasi emergency, Jom. Sudah gak bisa ditawar-tawar lagi."
Rian lagi-lagi tidak merespon ucapan Fajar.
"Jombang!"
"Jombi!"
Fajar menggedor pintu kamar mandi dengan keras dan irama yang tak beraturan. Ia sudah tidak tahan lagi jika diminta harus menunggu. Hidup dan matinya sudah ada di ujung tanduk.
"Jombi, kamu tega sa---"
Pintu tiba-tiba terbuka menampilkan sosok Rian dengan kaos oblong putihnya dan rambut yang acak-acakan. Di pundaknya tergantung handuk putih kepunyaan hotel tempat mereka menginap. Belum sempat Rian mempersilahkan Fajar untuk masuk, Fajar sudah terlebih dahulu menarik tangan Rian untuk keluar dan menyelonong masuk ke dalam seraya menutup pintu dengan keras. Sesaat kemudian suara kucuran air mengalir terdengar dari dalam.
Rian tidak bereaksi apa-apa. Ia kembali melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda karena Fajar; mengeringkan rambut. Di atas meja terlihat cup mie instan yang sudah habis isinya dan ponsel Fajar dengan layar yang masih menyala. Rian berjalan mendekati meja dan melirik ponsel Fajar yang menyala. Layar ponsel tersebut menampilkan room chat Fajar dengan Hendra. Pemandangan selanjutnya justru menarik perhatian Rian. Meski ia tahu apa yang dilakukannya tidak sopan dan melanggar privasi, tetapi bubble chat yang dikirim Fajar kepada Hendra begitu banyak menarik perhatiannya. Di antara sekian banyak chat Fajar, tidak ada satu pesan yang dibaca oleh Hendra.
Rian mengambil ponsel Fajar dengan dahi yang berkerut. Ia baru sadar jika memang sejak sore Hendra sama sekali tidak memberi kabar. Biasanya ia akan sedikit cerewet jika sudah buat janji dengan seseorang. Bahkan, jika orang itu tidak memberi kabar, Hendra akan datang menghampiri orang tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sandyakala (The Daddies story)
Fanfiction"Koh, terima kasih sudah menerima dan menjadi tempat ternyaman buat Ahsan." -Mohammad Ahsan. "San. Apapun yang terjadi saya akan selalu ada buatmu. Terima kasih sudah menjadi teman yang baik buat saya." -Hendra Setiawan (((Sandyakala: Cahaya merah s...