Part 11 - Salah Paham

626 40 5
                                    

"Maaf kalau apa yang saya lakuin ke kamu itu nyakitin perasaan kamu." -Hendra Setiawan

Basel, 25 Maret 2022

Derap langkah kakinya menggema saat berjalan menyusuri lorong hotel. Suasana terasa hening dan sepi. Hendra melirik jam di ponselnya. Sudah pukul sembilan malam. Selepas makan malam tadi, ia sempat berpisah dengan Ahsan karena Fajar mengajaknya untuk keluar bersama anak-anak badminton lainnya.

"Nyari angin aja Koh, sekalian hunting oleh-oleh buat orang rumah," kata Fajar.

Hendra sempat mengajak Ahsan untuk ikut bersamanya, namun dengan cepat Ahsan menolaknya. Ia berdalih kalau saat ini ia hanya ingin cepat-cepat merebahkan diri di atas kasur.

Di depan pintu kamar bernomor 502 Hendra menghentikan langkahnya. Tidak terdengar suara aktivitas apa pun di dalamnya. Mungkin Ahsan sudah terlelap dalam tidurnya, pikirnya. Hendra mengetuk pintu kamar, berharap Ahsan mendengar dan membukakan pintu.

Tok...Tok...Tok

Pintu diketuknya. Tidak ada respon di dalam. Hendra mencoba untuk mengetuk pintu kamarnya sekali lagi. Tetapi tetap sama, tidak ada jawaban.

"Ahsan kayaknya nyenyak banget tidurnya," -Hendra

Ia merogoh kantong dan mengambil ponselnya. Ia mencari kontak Ahsan, kemudian menelpon nomornya. Telepon tersambung, tapi tidak terdengar nada dering Ahsan di dalam kamar. Hendra mengerutkan dahinya. Bingung. Gak biasanya Ahsan men-silent ponselnya. Hendra kembali menghubungi Ahsan, diulangnya sampai tiga kali. Tapi tetap hasilnya nihil.

Hendra yang lelah memutuskan untuk meminta kunci cadangan ke resepsionis. 10 menit berlalu, ia datang kembali dan langsung membuka pintu kamar.

Pintu perlahan terbuka, menampakkan ruang kosong yang gelap. Ia membuka jaket dan menyelipkan kunci kartu di tempat yang ada. Lampu kamar menyala, menampilkan ruangan kosong yang sunyi.

"San?"

Hendra melongok ke dalam kamar mandi. Tidak ada orang di dalam. Ia mengambil hanger dan menggantungkan jaketnya di dalam lemari. Ruangan ini tampak bersih dan rapi, kecuali tempat tidur Ahsan yang selimutnya sedikit berantakan. Sudah pasti sebelumnya ia ada di kamar ini. Lalu, sekarang ke mana perginya pria itu?"

***

Drrrt...Drrrt...Drrrt...

Ponsel Ahsan terus bergetar di atas meja, tetapi pria itu sepertinya tidak sadar. Ia masih asyik mengaduk-aduk coklat panasnya dengan sedotan, sambil menikmati malam. Ia duduk di atas balkon sebuah café yang ada di salah satu mall dekat hotel tempat mereka menginap.

Di bawah, kelap-kelip cahaya dari lampu jalan, kendaraan, dan lampu-lampu toko yang berjajar seperti hamparan bintang. Ahsan menyeruput coklatnya yang sisa setengah itu dengan sedotan. Coklatnya gak langsung dihabiskannya. Ia menyisakan seperempat gelas. Ahsan gak mau buru-buru balik ke kamar. Ia masih ingin menikmati waktu sendirinya.

Selepas makan malam, ia menolak ajakan Hendra untuk keluar bersama teman-teman atlet yang lain. Tadinya ia pikir dengan cepat-cepat tidur bisa membuatnya lebih baik. Tapi ternyata ia salah. Justru di dalam kamar Ahsan merasa kesepian.

Sandyakala (The Daddies story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang