Prolog

664 51 4
                                    

Jakarta, 10 Maret 2022

"San!"

Merasa namanya dipanggil, Ahsan segera menengok ke sumber suara. Tampak Hendra sedang berjalan ke arahnya. Dari jauh, Ahsan cengar-cengir menatap Kokohnya itu. Bukan karena akhirnya ia bertemu kembali, tetapi karena keinginannya untuk memakai baju bermotif sama akhirnya dikabulkan oleh sang Kokoh.

"Sudah dapat tempat duduk?" tanya Hendra sesampainya di samping Ahsan.

"Sudah, Koh. Tadi diajak Koh Sinyo sama Apri buat makan satu meja sama mereka," jawab Ahsan.

Ahsan dan Hendra kemudian berjalan menghampiri Koh Sinyo dan Apri yang sudah stand by di mejanya. Corak dan warna yang mencolok dari baju yang dikenakan oleh mereka cukup menarik perhatian orang-orang di sekitar.

Setibanya, Ahsan dan Hendra langsung mengambil tempat. Ahsan di sebelah Apri dan Hendra di sebelah Koh Sinyo. Posisi seperti ini juga membuat mereka duduk saling berhadapan.

Sesampainya, mereka berempat langsung menyantap hidangan yang sudah dipesan. Sesekali terdengar obrolan kecil disusul tawa dari keempatnya. Namun yang tidak disadari oleh Ahsan adalah bahwa sedari tadi Hendra terus melirik ke arahnya. Memastikan bahwa di balik tawanya Ahsan, tidak ada sesuatu yang sengaja disembunyikan olehnya.

"Waduh The Daddies makin romantis aja pake couple-an baju segala. Istri di rumah cemburu gak, Pak?"

Fajar yang datang tiba-tiba mengagetkan mereka berempat.

"Gak mungkin, Jar. Kan Ci Sansan sama Mamitine udh besanan. Babah sama Kohen udah dijodohin sama istri-istrinya," jawab Koh Sinyo sambil melirik ke arah Ahsan dan Hendra dengan lirikan meledek.

"Nah, kalo Koh Sinyo sama Kevin kapan bisa romantis kayak The Daddies?" tanya Fajar.

Koh Sinyo diam sesaat, sementara tawa Apri makin keras. "Fajar lambe Alfian!" ujar Apri sambil terkekeh.

"Susah ngajak si Kevin," kata Koh Sinyo kemudian.

"Bukan susah, tapi gengsi aja dia tuh," kata Fajar berusaha mengompor-ngompori Koh Sinyo.

"Bener-bener lambe si Fajar!" ucap Apri.

"Jar, dah yuk. Jangan diterusin ngeledek Koh Sinyo nya," kata Ahsan berusaha menengahi. Fajar yang mendapat teguran dari Ahsan langsung diam cengar-cengir sambil menatap mereka berempat.

Ahsan bangkit dari duduknya, menghampiri Fajar dan mengeluarkan ponsel dari saku celananya.

"Fotoin saya sama Kohen ya," pinta Ahsan sambil memberikan ponselnya ke Fajar. Fajar menerimanya dengan senang hati, "Siap, Pak Bos!"

Ahsan mengajak Hendra untuk berdiri di sampingnya.

"Gayanya mau gimana, San?" tanya Hendra.

"Gini aja, Koh," Ahsan langsung memeragakannya, "💪 LAKIK!" kata Ahsan.

"Nah, bener tuh kata Babah. Gaya LAKIK!" timpal Fajar menirukan gaya Ahsan.

Hendra mengangguk setuju, "Berarti saya tangan kanan kamu tangan kiri ya, San!"

Setelah mengatur gaya dan posisi, Fajar mulai menghitung mundur.

"1...2...3.."

Cekrek!

***

Sebelum naik ke pesawat, Coach Herry mengumpulkan seluruh tim untuk melakukan doa bersama. Di tengah kekhusyukan Ahsan, tiba-tiba Hendra datang menepuk bahunya dan berdiri tepat di sampingnya. Hendra sedikit menunduk, mendekatkan wajahnya ke telinga Ahsan.

"San, are you okey?" bisik Hendra.

Ahsan menganggukkan kepalanya. Ketika do'anya telah selesai, Ahsan mengusap wajahnya dengan kedua tangan. "Saya sudah mendingan, Koh," kata Ahsan. Namun Hendra tidak langsung percaya begitu saja. Bagaimana pun mereka sudah lebih dari 10 tahun bersama. Tentu Hendra sudah hapal betul bagaimana karakter dari pasangannya itu.

"Saya tidak yakin kalau kamu baik-baik saja, San. Apalagi saat saya tau cideramu itu."

Ahsan menepuk bahu Hendra dengan lembut, "Koh, InsyaaAllah saya baik-baik aja. Emang masih agak ngilu-ngilu dikit sih. Tapi gak papa kok. Saya masih sanggup buat tanding sampai final nanti," kata Ahsan meyakinkan.

Hendra menghela napas panjang. Bagaimana pun ia tak pernah bisa menang debat dengan pasangannya itu. Hendra sudah hapal betul, bahwa pasangannya ini tipikal orang yang keras kepala.

Ketika sesi doa bersama telah selesai, mereka semua diminta untuk segera masuk ke dalam pesawat. Hendra berjalan tidak jauh dari Ahsan. Ia hanya ingin memastikan bahwa pasangannya itu benar-benar dalam keadaan baik-baik saja.

•••••••••••••

Merhaba, everybadeh
Terima kasih sudah mampir ke lapak ini 🥺❤️

Karena ini cerita fiksi, jadi alurnya gak 100% sama kek di kehidupan nyata yaa. Meski gitu aku mau ngajak kalian berimajinasi tentang sisi lain dari kehidupan para tokoh di sini.

Oh ya, karena ini fiksi juga jadi jangan sampe bocor ke orangnya yg asli ya gaes🙏

Terima kasih dan tetap happy kiyowo🐨🌿

Sandyakala (The Daddies story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang