Part 9 - Keputusan (Tepat)

383 34 1
                                    

"Gak selamanya semua harus sesuai rencana. Gak papa, kita masih punya banyak waktu untuk mencoba kembali." -Hendra Setiawan

Basel, 23 Maret 2022
St. Jakobshalle Basel

Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan 🇮🇩
Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin🇮🇩

Ahsan mengecek kembali pintu kamar apakah sudah terkunci sempurna atau belum. Setelah semua dirasa aman, ia mengambil tasnya dan berjalan menghampiri Hendra yang berdiri tidak jauh darinya. Setibanya di dekat Hendra, Ahsan segera mengajak Kokohnya itu untuk pergi menuju St. Jakobshalle Basel, tempat mereka akan bertanding nanti.

Hendra tidak terlalu banyak bicara. Tanpa kata, ia langsung menggandeng lengan kiri Ahsan dan mengajaknya berjalan di sampingnya. Sesaat ia terkejut, namun tak berselang lama bibirnya mengukir segaris senyuman.

Sepanjang perjalanan mereka menuju tempat tanding, tidak banyak percakapan di antara mereka berdua. Baik Ahsan maupun Hendra sibuk dalam pikirannya masing-masing. Meski begitu, dibandingkan dengan pertandingan di All England kemarin, untuk kali ini mereka berdua jauh lebih merasa rileks dan lega.

Sesampainya di St. Jakobshalle Basel, Ahsan-Hendra langsung menuju lapangan latihan sambil menunggu pertandingan yang sedang berlangsung. Ada Leo dan Daniel juga di sana yang sudah terlebih dahulu melakukan latihan.

Hendra meletakkan tasnya di tepi lapangan, disusul Ahsan di sampingnya. Mereka mengeluarkan dua raket yang dibawanya, kemudian menimbang-nimbang raket mana yang akan dipake mereka nanti saat tanding. Ahsan duduk di tepi lapangan sambil melihat Leo dan Daniel yang sedang latihan. Kembali, ia menyunggingkan senyuman kepada dua juniornya itu.

"Semangatnya sama seperti kita dulu."

Ahsan menengok ke belakang. Tampak Hendra berdiri di belakangnya sambil menatap Leo dan Daniel yang sedang latihan. Ahsan bergeser dan mempersilahkan Kokohnya duduk di sebelahnya.

"Iyaa. Lagi semangat-semangatnya, apalagi kemarin Bagas-Fikri bisa menang di All England. Pasti mereka jadi termotivasi," jawab Ahsan.

Hendra terkekeh kecil, kemudian menatap Ahsan. "Saya jadi ingat awal-awal dulu kita dipasangin, San."

"Ah, emangnya kenapa Koh?"

"Gak papa. Saya cuma keingetan pas jiwa mudamu masih ada. Menggebu-gebu semangatnya."

Ahsan hanya diam dan tersenyum sekilas. Entah mengapa yang ada dalam pikirannya berbeda dengan apa yang dipikirkan oleh Hendra. Saat Hendra bilang teringat awal-awal dipasangkan, yang terbesit dalam pikiran Ahsan adalah masa-masa sulitnya menemukan chemistry dan yang lebih menyakitkan adalah perpisahannya dengan Hendra.

Di tempat ini ramai oleh atlet-atlet yang juga melakukan latihan, baik yang akan tanding hari ini maupun esok hari. Teriakan, shuttlecock yang ditepak kencang, cicitan dari sepatu yang digunakan, semua menggema menjadi satu. Memang berisik, tetapi suasana yang seperti ini lah yang membuat para atlet merasa nyaman dan tetap merasa seperti berada di rumah sendiri.

Ahsan dan Hendra akhirnya tidak jadi latihan, tapi mereka hanyut dalam obrolan. Wajah serius kemudian berganti jadi tawa seringkali terlihat pada air muka mereka. Entah apa yang sedang dibicarakan. Mereka begitu larut dalam percakapan sampai tidak sadar bahwa ada dua orang sedang berjalan menghampiri mereka.

Sandyakala (The Daddies story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang