"Bah, Koh, kami janji tidak akan pernah mengecewakan kalian berdua. Terima kasih sudah mempercayakan tongkat estafet ini kepada kami." -Bagas/Fikri
Birmingham, 20 Maret 2022
Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan 🇮🇩
Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana 🇮🇩
"Sini saya bantu."Hendra langsung merebut kinesio tape yang sedang dipegang Ahsan. Ia kemudian berlutut, membantu Ahsan untuk menempelkan tape tersebut di kedua kakinya.
"Makasih, Koh," ucap Ahsan.
Hendra mengembuskan napasnya pelan. Melihat kedua kaki Ahsan yang penuh dengan kinesio tape membuatnya menjadi tidak tega dengannya. Sebelumnya, Hendra sudah sempat membujuk Ahsan untuk mundur dari pertandingan. Namun Ahsan sekali lagi menolak ajakan Hendra.
"Saya sebenarnya gak papa kalo kamu mutusin buat istirahat dulu, San. Saya tau cederamu itu butuh waktu istirahat yang cukup," bujuk Hendra, malam setelah latihan bersama Bagas-Fikri.
Ahsan yang sudah rebahan di atas kasur menatap langit-langit kamar, "Nggak Koh, saya gak akan mundur," jawabnya tanpa menoleh ke Hendra.
"San--"
"Koh," Ahsan mengubah posisi tidurnya menghadap Hendra yang duduk di seberang tempat tidurnya, "sekali ini aja, Ahsan gak nurut apa kata Kokoh ya. Ahsan masih mampu kok untuk tanding. Lagi pula sayang kalo kita mundur sekarang," lanjutnya.
"Tapi apa yang kita inginkan minimal masuk semi final udah tercapai, San!"
"Saya tau, Koh. Tapi sekarang lain cerita. Mungkin kemarin kita ngomong gitu karena melihat regenerasi MD INA luar biasa hebatnya. Tapi siapa sangka, kita masih dikasih kesempatan oleh Yang Maha Kuasa untuk sampai ke final. Saya gak mau menyia-nyiakan rejeki dan nikmat yang diberikanNya kepada kita. Seenggaknya, saya ingin menyelesaikan apa yang udah kita mulai."
Hendra terhenyak mendengar pernyataan Ahsan. Ya, lelaki itu benar. Jika memang benar mereka sampai di tahap ini tidak lain karena ada campur tangan Tuhan. Ia tau bahwa Ahsan-Hendra mampu dan memang sudah rejekinya sampai di babak final.
Tapi Hendra juga tidak menyangkal bahwa hatinya benar-benar khawatir dengan keadaan Ahsan. Melihat pasangannya itu menahan sakit saat melawan He/Tan atau saat menjalani medical treatment benar-benar membuat hatinya sakit.
Namun Ahsan tetaplah Ahsan. Ia gagal membujuknya untuk beristirahat sejenak, sampai kakinya benar-benar pulih. Apa pun putusan Ahsan, Hendra tidak sepenuhnya punya hak untuk ikut campur lebih dalam lagi. Sekarang yang bisa dilakukannya adalah mendukung sepenuhnya putusan pasangannya itu dan berusaha mengambil alih permainan. Sebisa mungkin ia ingin Ahsan tidak terlalu banyak bergerak.
Hendra telah selesai memasang kinesio tape di kedua kaki Ahsan, dilanjut merapikan alat-alat yang tadi digunakannya. Ahsan mengulurkan kembali legging yang dikenakannya sebelum memakai kaos kaki dan sepatu.
"Hari ini mainnya biasa aja ya, San. Biar nanti saya yang nge-backup kamu," kata Hendra sambil mengulurkan tangannya. Ahsan mengangguk dan meraih tangan Hendra untuk membantunya berdiri.
***
"Ahsan, Hendra!" panggil Coach Herry saat mereka berdua tiba di back stage. Bagas-Fikri menoleh dan memberikan sedikit anggukan kecil kepada Ahsan-Hendra sebagai bentuk penghormatan.
Coach Herry tertawa sambil menepuk pundak Hendra beberapa kali, "Haha.. Gimana bro? Udah siap buat lawan mereka?" tanya Coach Herry.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sandyakala (The Daddies story)
Fanfic"Koh, terima kasih sudah menerima dan menjadi tempat ternyaman buat Ahsan." -Mohammad Ahsan. "San. Apapun yang terjadi saya akan selalu ada buatmu. Terima kasih sudah menjadi teman yang baik buat saya." -Hendra Setiawan (((Sandyakala: Cahaya merah s...