29. Ni Juu Kyuu (にじゅうきゅう)

547 113 5
                                    

_Dimension Portal_

[~ Kekhawatiran ~]

Mata Hazel pria itu bergulir, tepatnya pada sang bulan yang kini menampakkan sinarnya. Sudah tujuh jam berlalu sejak terakhir kali ia bertemu dengan Sasuke pun Naruto. Kini mereka berada di sebuah tempat yang berbeda namun di bawah langit yang sama.

Hanya tinggal lima jam lagi gadis itu akan bertahan. Dan semakin banyak waktu yang terbuang semakin banyak pulak perasaannya bimbang.

Bagaimana jika Sakura tidak berhasil mereka selamatkan? Apa respon Sasuke? Apa pria itu akan marah karena dirinya dan Naruto tidak bisa menyelamatkan Sakura sebelum waktunya? Ck, ia mungkin dalam tingkat kepercayaan diri yang tinggi tadi saat mengatakan akan menjaga Sakura di Lichwelt. Namun sekarang ia mulai ragu, karena bagaimanapun caranya, ia sudah beberapa jam ini berusaha mencari informasi tentang racun dingin, namun tidak membuahkan hasil barang sedikitpun.

"Sial!" pekik Sasori. Ia hampir saja akan melempar buku-buku tebal tua di hadapannya dengan kekuatannya kalau tidak ingat jika itu adalah buku-buku leluhur bangsa Uchiha yang Sasuke punya.

Ck, ia mulai merasa tidak berguna sebagai bawahan Sasuke sekarang.

"Sasori-danna, apakah lebih baik kita menunggu kabar dari Naruto-san saja? Aku yakin dia akan kembali dalam waktu satu jam kedepan," usul bawahannya.

Sasori menggeleng pelan, tidak. Mereka tidak bisa menunggu informasi dari Naruto begitu saja dengan bersantai-santai. Walaupun dia hanya bertugas menjaga Sakura, setidaknya dia pun harus memiliki usaha disini. Maka dari itu, meskipun matanya sudah lelah, sejak beberapa jam yang lalu ia terus berkutat dengan buku-buku tua dan tebal.

"Ck, Naruto... Kau ada di mana?"

*

Sring!

Tang!

Suara dua logam itu terus beradu. Pria berambut kuning itu menyodorkan pedangnya, tepat pada sang musuh yang kini terlihat kelelahan. Sekejap kemudian, ia berputar hendak menyabet leher sang musuh namun berhasil dihindari.

Mereka terus-menerus terlibat dalam pertarungan sengit.

Sial, ia tidak menyangka kalau penyusupannya ke kuil Nakano kali ini gagal. Rupanya ada beberapa para prajurit Rouran yang masih menjaga Dunkle Welt. Bahkan jalan yang sebelumnya ia gunakan untuk penyusupan pun tertutup. Sepertinya Rouran telah tahu jika pernah ada seseorang dari bangsa Dunkle menyusup ke kuil Nakano tempo hari.

"Huft, kau sangat-sangat keras kepala dan tidak sabaran. Tidak seperti ayahmu saja," gumam pria itu. Ia menyodorkan pedangnya pada pria kuning itu dengan berjalan mendekatinya penuh kehati-hatian. Ia tersenyum remeh, "Bagaimana keadaan Minato sekarang? Menjadi pengecut dengan bersembunyi di dunia lain, hm?"

Mendengar kata pengecut yang dilontarkan sang musuh pada ayahnya membuat Naruto berdecih dadanya terasa panas dan kesal saat mendengarnya. "Ayahku terlalu berharga berada di Dunkle Welt," sentak Naruto. "Dia tidak bersembunyi! Dia hanya menjaga sesuatu yang berharga sampai waktunya tiba!"

"Melindungi sesuatu yang hampir punah?" pria itu tertawa keras, "Untuk apa menjaga sesuatu yang hampir punah saat kau hanya perlu menerima sesuatu yang lebih hebat?"

Pegangan tangan Naruto menguat, kini iris matanya berubah menjadi oranye kemerahan. "Tutup mulutmu, penghianat! Akan kurobek mulutmu sekarang juga!" angin kuat tiba-tiba langsung menerjang tempat itu.

Disaat bersamaan Naruto langsung melakukan serangan, ia mengeluarkan kemampuan berpedang ya disini secara membabi-buta, dibalas tangkisan-tangkisan dan berbagai serangan dari lawannya.

*

"Sasori-danna, gawat!"

Perasaan tidak enak langsung menyusup ke dalam hati Sasori tiba-tiba. Pria yang sedang terfokus pada bacaannya itu langsung berdiri ia menatap salah satu Centaur yang baru saja memanggilnya dengan nada panik.

"Apa yang terjadi?"

"Sakura-san, dia—"

Tanpa mendengar ucapan Centaur lebih lanjut, Sasori langsung melesat pergi. Perasaan tidak enaknya semakin menjadi-jadi dan pria merah itu sangat-sangat tahu bahwa itu pasti berasal dari Sakura. Gadis itu berada dalam bahaya.

"Sakura!"

Para pelayan dan penjaga yang tadinya menjaga ruangan Sakura kini menyingkir. Dengan sigap, Sasori langsung berjalan mendekati gadis merah muda yang kini tampak sangat pucat bak mayat. Bukan hanya itu, bahkan kuku jarinya pun perlahan-lahan mulai meng ungu, bukan hanya menggil lagi, gadis itu bahkan terlihat sesak nafas sekarang.

Benar-benar keadaan yang mengingatkan Sasori pada pamannya.

Tanpa basa-basi, pria merah itu langsung meraih tangan sang gadis. Menggenggamnya erat seakan menyalurkan seluruh kehangatan yang ia punya. "Sakura, kau harus bangun! Jika tidak, Sasuke akan membunuhku!"

Mata hazelnya beralih, "Apa ada kabar dari Naruto?"

Melihat para pelayan yang menggeleng semakin membuat Sasori frustasi. Bagaimana ini? Waktu semakin singkat dan hanya tersisa dua jam Sakura bisa bertahan. Memikirkan solusi terbaik, sebuah ide gila tiba-tiba terlintas di kepalanya.

Pria itu langsung bangkit berdiri dan menatap para bawahannya. "Siapkan pembakaran yang besar sekarang juga!"

"Apa?!"

*

Gelap.

Sepi.

Pengap.

Hal itulah yang pertama kali tertangkap oleh indranya. Sasuke berjalan perlahan, sambil meraba-raba tempat apakah ini. Seberkas cahaya makin lama makin terang, tampak di ujung sana. Ia berlari, menggapai cahaya itu dan tubuhnya tiba-tiba tersedot ke dalam dimensi lain.

Sasuke mengusap matanya perih,mencoba meneliti setiap sudut ruangan yang kontras dengan tempat tak bercahaya tadi. Tak lama ia terkejut, saat onyx-nya melihat sosok dirinya sendiri sedang menatap gadis merah muda yang kini sedang berada dalam dekapan seorang pria berambut merah bata.

"Sakura, kau akan pergi?" tanya sosok lain Sasuke yang berada di dimensi itu.

"Kau harus kembali ke dunia dimana kau seharusnya berada, Sakura." sosok berambut merah bata itu mengusap rambut Sakura lembut, ia tersenyum dan menatap gadis itu penuh harap. "Bukalah matamu... " kini Jade pria itu beralih pada sosok Sasuke yang berada di dimensi itu. "Jika dia bukanlah bangsa kita, dunia yang dia miliki sangat berbeda dengan kita."

"Gaara," Sakura, sosok merah muda itu menggigil dalam pelukan sang pria merah. "Aku ingin pulang,"

"Tidak! Sakura, kau tidak akan pergi kemanapun!" Sasuke yang berada di dimensi itu tampak kalap. Ia hampir saja menarik Sakura kembali ke dalam pelukannya namun dengan sigap ditepis kasar oleh pria merah itu.

"Kau tidak bisa menjaganya! Kau hanya bisa membahayakan nyawanya! Bukalah matamu, seharusnya dia bisa hidup lebih lama jika bukan karena perbuatan bejatmu, Uchiha!"

Ucapan pria itu benar-benar menusuk ke dalam hati. Benar-benar terasa sangat sakit seakan tersayat-sayat oleh pisau tak kasat mata. Sasuke jatuh terduduk, kini ia tidak mendengarkan tiga sosok itu lagi. Pikirannya kacau. Benar, Sakura berada dalam bahaya karena dirinya.

Kalau saja, kalau saja dirinya bisa menahan adiksi dari luka kutukan api abadi-nya dan racun dingin Sakura yang berdekatan. Mungkin gadis itu masih bisa tertawa dan tersenyum sekarang.

Bodoh, benar-benar bodoh!
















Tbc...

Sakura mending balikin ke dunia asalnya atau tetep di Dunkle Welt nih?

Soal sahabat Sasori yang bermata onyx ada jawabannya chapter depan 🤗

See you next chap!
Sel, 5 April 2k22

Dimension Portal [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang