Pagi ini seperti biasa Rion dan teman-temannya sedang berkumpul di parkiran sekolah. Membuat siswa lain enggan untuk memarkirkan kendaraan mereka sendiri.
"Sekarang kita punya dua tujuan." Ujar dary dengan dua jari yang berdiri.
"Kemana aja tuh?" Ujar Raffi menyahuti dary.
"Kelas atau... Kantin." Ujar dary dengan tatapan yang tak bisa dijelaskan.
"KANTIN LAH!" Sahut Raffi bersemangat.
"Oke satu pemikiran." Ujar dary kemudian merangkul bahu Raffi.
Keduanya berjalan lebih dulu menuju kantin yang kemudian disusul oleh teman-temannya.
"Nggak ikut Ron?" Tanya Pasha pada Rion yang terus diam.
"Ada urusan gue." Ujar Rion membuat Pasha mengangguk.
"Yaudah gue ke kantin ya." Ujar Pasha yang mendapat anggukan dari Rion.
Rion berjalan menuju pos satpam, jika sebelumnya niatnya untuk menyapa pak Jamal, maka hari ini niatnya berbeda. Ada seseorang yang ia tunggu kehadirannya.
"Eh dek Rion, lagi nungguin siapa?" Tanya pak Jamal yang seolah mengerti.
"Lagi nunggu orang pak." Ujar Rion dengan senyum ramahnya.
"Ya pasti orang toh, nggak mungkin tuyul." Ujar pak Jamal ada benarnya.
Rion tertawa kecil, kemudian matanya menangkap sosok yang sedari tadi ia tunggu.
"Pak, saya duluan ya. Orangnya udah dateng." Ujar Rion kemudian berlari kecil mengejar seseorang yang di tunggunya.
"Athya!" Panggil Rion pada seorang perempuan yang sedari tadi ia tunggu kehadirannya.
Tanpa menoleh ke belakang, Athya menghentikan langkah kaki nya.
Melihat Athya yang berhenti, dengan segera Rion berjalan untuk bisa berdiri berhadapan dengan Athya.
"Kenapa kak?" Tanya Athya menatap Rion datar.
"Bagi nomor lo dong." Ujar Rion to the point.
"Nggak." Tolak Athya cepat.
"Kenapa?" Tanya Rion bingung.
"Hak saya kan buat nolak?" Ujar Athya menatap Rion dingin.
"Ya nolak kan juga pasti ada alesannya, alesannya apa?" Tanya Rion membuat Athya menghela nafasnya.
"Saya nggak mau berhubungan sama cowok tanpa ada kepentingan." Ujar Athya tegas.
"Gue ada kepentingan." Ujar Rion lebih tegas.
Athya mengerutkan keningnya, bingung sekaligus penasaran.
"Kepentingan apa?" Tanya Athya serius.
"Kepentingan buat luluhin hati orang yang ada didepan gue." Ujar Rion membuat Athya memutar bola matanya.
"Udah kelas 12 harusnya bisa bedain mana yang penting mana yang nggak kan?" Ujar Athya menatap Rion tak suka.
"Mungkin menurut lo nggak penting, tapi menurut gue penting." Ujar Rion santai.
"Itu menurut kakak, bukan menurut saya." Ujar Athya yang sudah cukup jengkel.
"Ya emang, kan tadi gue juga bilang gitu." Ujar Rion membuat Athya memejamkan kedua matanya, agak lelah berbincang dengan ketua Venix ini.
Karena dirasa sudah tidak ada yang perlu dibicarakan, Athya kembali melanjutkan langkahnya namun kembali berhenti lagi karena suara Rion terdengar kembali menyebut namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
R A B U
Teen FictionSeorang ketua geng motor 'Arion Virendra Uzzam' atau yang biasa di panggil Rion oleh teman-temannya itu berusaha mendekati gadis manis yang ia temui di gerbang sekolah, Athya. Sebenarnya banyak perempuan lain yang Rion lihat, namun hanya Athya yang...