Jam istirahat kedua tiba, Athya bersiap menuju mushola sendirian. Ya sendirian, karena Nasya sedang berhalangan saat ini.
"Gue ke mushola dulu ya." Pamit Athya pada teman-temannya.
"Iya thya, nanti kita ketemuan di kantin ya." Ujar Diva membuat Athya mengangguk.
Mereka kemudian berpisah di jalan, Nasya, Diva dan Shenna ke arah kantin. Sedangkan Athya ke arah mushola.
Di perjalanan menuju mushola, Athya sibuk berperang dengan pikirannya sendiri. Semenjak kejadian kemarin di toilet bersama Kalyna, pikirannya jadi mudah terusik.
Semua hal yang berhubungan dengan ayahnya, Athya sulit untuk mengontrolnya. Dan ia benci ketika ada seseorang dengan sengaja berbicara buruk tentang ayahnya.
Kenapa semua orang selalu penasaran dengan keberadaan ayahnya? Athya selalu berusaha untuk mengontrol emosinya ketika seseorang membahas lelaki kesayangannya itu, namun sulit. Sekalipun orang berbicara biasa tentang ayahnya, ia tetap tidak bisa mengontrol dirinya. Tepat setelah percakapan itu selesai, Athya pasti akan pergi ke toilet untuk mengeluarkan semua emosinya di sana.
Dan kali ini, Kalyna dengan santainya berbicara buruk tentang ayahnya. Athya bahkan tidak pernah mencari masalah dengan perempuan itu, tapi kenapa perempuan itu mencari masalah dengannya? Bahkan membawa seseorang yang penting di hidupnya.
"Astaghfirullahalazim." Ucap Athya berusaha menenangkan dirinya.
Sekalipun pikirannya dipenuhi tentang kekhawatiran, Athya berusaha untuk tetap mengontrol dirinya dengan istighfar, berusaha menguatkan dirinya sendiri.
Dan sekarang adalah saatnya ia menunaikan ibadah, mungkin ia bisa menumpahkan masalahnya disini.
Ia mengambil wudhu dan mulai menunaikan ibadahnya. Selama beberapa menit ia dengan khusyuk mengerjakan sholatnya, setelah selesai ia duduk dengan mulut yang terus beristighfar.
Istighfar semakin keras terdengar kala ingatannya tentang kejadian kemarin bersama Kalyna dan kenangan bersama ayahnya datang disaat bersamaan.
Air mata jatuh tak kala ingatan tentang ayahnya semakin jelas terlihat.
Ia menengadahkan kedua tangannya dengan air mata yang mengalir semakin deras.
"Ya Allah yang maha pengasih lagi maha pengampun, ampunilah hamba dan dosa-dosa yang hamba lakukan. Hamba tidak tahu apa yang sudah hamba lakukan sampai-sampai hamba tidak bisa tenang dan terus khawatir akan sesuatu. Hamba mohon ampun dan ketenangan darimu wahai rabb yang maha kuasa. Jika seandainya ini adalah ujian darimu, kuatkan lah hamba ya Allah, kuatkan hamba dari hal-hal yang mampu mengusik emosi dan ketenangan hamba. Kuatkan hamba dari hal-hal yang berhubungan dengan ayah ya Allah, hamba terlalu lemah untuk itu maka tolong kuatkan ya Allah. Sesungguhnya engkau lah rabb yang maha menguatkan, amin amin ya rabbal alamin."
Setelah cukup, Athya mulai melepaskan mukena yang ia gunakan, bersiap untuk keluar dari mushola.
Ia merasa jauh lebih baik dari sebelumnya, memang mushola ini adalah tempat yang paling ia sukai dari semua tempat di sekolah ini.
Dengan wajah yang tenang, Athya mulai mengenakan sepatunya dan berjalan menuju dan kantin untuk menemui teman-temannya.
Namun sepertinya perjalanannya tidak akan semudah itu. Ditengah perjalanan, ia melihat Kalyna dan kedua temannya menghalangi jalannya.
"Eh Athya, kebetulan nih kita ketemu disini." Ujar Kalyna dengan senyum licik d wajahnya.
Athya masih diam, tidak ingin menanggapi Kalyna.
"Kenapa diem aja? Bisu ya lo?" Ujar Tika ketika melihat Athya hanya diam.
"Minggir kal, gue mau lewat." Ujar Athya tak ingin berdebat.
KAMU SEDANG MEMBACA
R A B U
Fiksi RemajaSeorang ketua geng motor 'Arion Virendra Uzzam' atau yang biasa di panggil Rion oleh teman-temannya itu berusaha mendekati gadis manis yang ia temui di gerbang sekolah, Athya. Sebenarnya banyak perempuan lain yang Rion lihat, namun hanya Athya yang...