Dipertengahan jalan, Abbas menyuruh berhenti dan melepas tas selempangnya. "Lu mau ngapain Bas?" Tanya Latif yang memperhatikan Abbas melepas tas selempangnya.
"Kita ganti baju" jawab Abbas.
"Ganti baju ? buat apaan ?"
"Lu bego apa gimana ? lu lupa sama cerita tentang Ridwan kemaren ? lu mau kita bonyok ?"
"Ya sih mereka itu atheis, tapi bukan berarti mereka benci sama yang beragama kan ?"
"Makanya itu, kita masih belum tau kita bakalan bonyok apa engga. Jadi buat jaga jaga ganti baju aja. Udah lu ikutin gua".
"Ganti baju disini nih ?"
"Iyalah, dimana lagi ?"
"Cari masjid atau tempat umum kek. Malu lah bas disini mah"
"Bawel lu"
Abbas membuka kancing baju Latif dari atas. Latif pun langsung berontak. "Lu gila anjir" Latif merasa jijik sama Abbas.
"Ya habisnya lama" Abbas membuka bajunya sendiri dan mengeluarkan baju ganti dari tas selempangnya. Latif juga mengikutinya untuk berganti pakaian. Mereka sekarang mengenakan kaos polos dan celana Jeans.
"Oke. Sekarang kita ke Desa Elang" Abbas tampak sudah benar-benar siap untuk berangkat.
"Tapi Bas, Desa Elang itu dimana ya ? lu udah dikasih tau sama Pak Ustadz ?" tanya Latif.
"Oh ya" Abbas mengeluarkan Ponselnya. Tadi pagi Pak Ustadz sudah mengirimi Link Lokasi tempatnya di Maps. Dan Abbas membukanya. Dan memperlihatkannya ke Latif.
"Kita ikutin aja udah ini, petunjuk arahannya" Tutur Abbas.
"Oke".
Abbas dan Latif memulai langkah awal mereka dengan Bismillah. Mereka berjalan mengikuti arahan Maps yang ada di ponselnya Abbas.
Berjam-jam mereka berjalan, tak kunjung sampai. "Bas, Hp-lu ga abis kan kuotanya ?" tanya Latif.
"Masih banyak kok. Kan baru diisi" jawab Abbas.
"Kok ga nyampe nyampe ya ?" Latif kelelahan, ini sudah kesekian kalinya ia mengusap keringat yang ada di dahinya.
"Yaa.. paling 1 marhalah lagi sampe"
"1 Marhalah abah lu".
(Teng teng teng teng) Suara klakson becak terdengar. Latif refleks menoleh kesekitar untuk menemukan suara klakson itu. Setelah tertemu dia memanggilnya dengan keras. "Baang Becak Bang".
Abbas terkejut dengan teriakan Latif. "Lu ngapain panggil tukang becak ?" tanya Abbas. Latif tidak menjawab pertanyaannya. Dia berlari mendekati tukang becak itu. Abbas mau tak mau mengikutinya.
"Bang, ke Desa Elang berapa ?" Tanya Latif.
Tukang Becak itu memperhatikan pakaian Latif dan Abbas. "Kalian ini dari mana ?" tanya tukang becak.
Latif menjawab "Pesa-" Abbas bergegas menutup mulutnya Latif yang hampir mau mengatakan "Pesantren". "Pesa ?" tanya lagi dari tukang becak.
"Pesawaran bang, kita berdua dari pesawaran" jawab Abbas.
Latif melepas tangan Abbas yang menutup mulutnya dengan paksa "Tanganlu bau bas".
"Ada perlu apa ke Desa Elang ?" Pertanyaan tukang becak ini membuat Abbas dan Latif bingung untuk berbicara.
"Yasudah, mari saya antar." Lanjut tukang becak.
"Seriusan bang ?" tanya Latif.
"Iyaa, mau apa kaga ?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Ramadhan : Taqwa (Selesai)
RomantizmAbbas dan Latif ditugaskan oleh Ust. Hariz untuk melakukan dakwah di Desa Elang, mereka dikirim sebulan lebih cepat dari jadwal Dakwah mereka. Mereka menjalankan tugas itu tanpa tau bahwa di Desa Elang tidak ada yang memeluk Agama apapun / Atheis. D...