Chapter 04

18 4 0
                                    


"Kan saya sudah bilang, kalo mau Dakwah. Dakwah saja. Tapi kalo soal penonton Dakwahnya, saya angkat tangan. Kita ga ada yang peduli sama ceramahan orang munafik yang mengaku punya tuhan. Yang nyatanya tuhan itu ga ada"

Latif yang mendengar perkataan itu membuat ia naik darah, dia menghampiri Melki dan membentaknya. "Aku tau kalo Bapak ini Atheis. Tapi bukan berarti harus menghina orang yang punya tuhan dong" ucapnya.

Melki menatap Latif dengan tajam "Kamu berani sama saya ?"

Latif tak terlihat takut sama sekali. "Saya punya tuhan. Jadi saya tidak takut sama sekali dengan anda".

Melki juga mulai emosi. Dia mengepal tangannya dan ingin menghantam wajahnya Latif. Tapi sebelum dia menghantam wajahnya, Abbas memukulnya lebih dulu.

[BUG] Abbas menghantam wajah Latif dengan keras hingga ia tak sadarkan diri.

Tindakan yang diambil Abbas membuat Melki terdiam. Apa maksudnya ? itu yang dipikirkan Melki saat ini.

"Mampus lu" ucap Abbas.

"Kalian berantem ?" tanya Melki.

"Sebenernya saya udah males bang, satu frekuensi bareng dia"

Melki masih bingung dengan tindakan Abbas yang tiba-tiba seperti itu. "Maksud kamu apa nih ?"

Sebelum menjawab pertanyaan Melki. Abbas memejamkan matanya "Ya Allah, ampuni hamba mu ini. ini demi kebaikan kita semua" ucapnya dalam hati.

"Saya nanya. Maksud kamu apa tadi ? malah bengong" tanya Melki lagi.

"Saya ingin tinggal di Desa ini Pak Melki" jawabnya.

Melki tertawa. "Kenapa ketawa pak ?" tanya Abbas. "Sudah ketebak. Kamu ini pura-pura kan sama saya ?" Melki mencurigai Abbas.

"Justru saya yang pura pura sama teman saya. saya sudah muak tinggal dipesantren. Saya pengen banget bebas. Saya masuk pesantren aja karena dipaksa sama bapak saya. makanya setelah dengar ada acara Dakwah di Desa Elang yang katanya Kriminal. Saya jadi tertarik, jadi saya mengajukan diri untuk pergi kesini." Jelasnya.

"Trus kenapa harus berdua ?"

"Saya juga gatau. Pas saya ngajuin diri, dia juga mengajukan diri. Jadi mau ga mau kita berdua berangkat kesini. Awalnya saya pengen sendiri kesini."

Melki mulai serius dengan percakapan Abbas yang ingin bergabung sama Desa Elang.

"Terus, apa yang bisa kamu lakukan, supaya saya bisa percaya sama kamu ?"

"Gini aja deh Pak Melki. Pak Melki mau saya berbuat apa supaya Pak Melki bisa percaya sama saya." jawab Abbas.

"Loh. Kok malah nanya balik. Gimana sih kamu."

"Yaa biar lebih meyakinkan aja."

Melki memperhatikan tubuh Latif yang terpapar dilantai. Abbas juga memperhatikannya. Dia sebenarnya takut jika harus melakukan sesuatu yang aneh aneh supaya bisa diterima di Desa ini.

"Begini saja. Saya akan mengurung teman kamu ini di penjara bawah tanah. Yaa buat jaminan, kalo kamu mencoba membohongi saya. itu tandanya temanmu ini akan saya bakar hidup hidup. Bagaimana ?"

Abbas tidak langsung menjawabnya. Pertanyaan yang diberikan Melki sepertinya sebuah jebakan. "Bismillahirahmanirahim" ucap Abbas dalam hati.

"Apa untungnya bagi saya ? kenapa ga langsung dibuang aja dia ? dia kan bukan siapa-siapa saya ? ga cukuplah kalo dia dijadiin jaminan" Jawabnya.

Melki tersenyum mendengar jawaban Abbas. Dia menepuk pundaknya Abbas dan mengucapkan "Keren keren" kepada Abbas.

"Keren ?"

Cerita Ramadhan : Taqwa (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang