Chapter 07

6 4 0
                                    


"Kriminal ? Gua cuman coba ngeliat aura lu. Dan gua ngerasa lu ga ada kriminal kriminalnya. Justru kebalikannya. Gua yakin si kalo lu orang alim" jelas Oba.

Oba memang bisa membaca Aura seseorang. Mungkin itu kelebihannya sejak lahir. Wajah Abbas tampak gelisah, bagaimana jika Oba benar-benar bisa melihat isi hatinya Abbas.

"Bercanda bro. Santay aja" ucap Oba sambil menepuk pundak Abbas dengan keras.

"Ahahaha becanda ya ?" Ucap Abbas.

"Mau ikut main judi ?"

"Engga Bang. Lain kali aja."

"Oh gitu ? yaudah. Gua lanjut main dulu."

"Iya bang silahkan"

"Oke Bre, gua lanjut dulu ya nemenin si Abbas" ucap Naim.

"Iyaa" jawab Oba.

Naim mengajak Abbas berkeliling Desa lagi sambil mengenalkan warga warga yang lain.

~

Di Pondok Pesantren, Aqila masih khawatir dengan kondisi Abbas. Apakah dia bakalan bisa menyelesaikan misi ini ?. Aqila yang melamun dikursi panjang. Dihampiri oleh Uminya.

"Aqila.. kamu bengongin apa ?" tanya Umi Hadaya.

"Eh Umi. Engga mikirin apa apa kok." Jawabnya.

Umi Hadaya duduk disamping Aqila dan merangkulnya. Dia mengerti apa yang sedang dipikirkan anaknya. Meski dia bilang tidak memikirkan apa apa. tapi insting seorang ibu pasti bakal mengetahuinya.

"Kamu jangan lupa terus bedoa. Biar Abbas sama Latif bisa kembali lagi ke pesantren ini dengan selamat"

Aqila tersenyum "Lagian siapa sih mi yang lagi mikirin A Abbas"

"udah deh, Umi tau apa yang kamu pikirkan."

Aqila menganggukkan kepalanya.

"Tapi Umi. Setelah mendengar kabar dari A Abbas tadi, Aqila jadi makin takut Mi"

"Percayakan semuanya kepada Abbas. Dia pasti akan menemukan jalan keluarnya. Abi juga ga mungkin sembarangan kirim orang ketempat seperti itu. Abi pasti sudah percaya akan kemampuan Abbas dan Latif untuk melakukan Dakwah ditempat itu" Jelas Umi Hadaya.

"Mudah mudahan ya Mi"

~

Di tempat pintu masuk Pondok Pesantren, Pak Ustadz sedang menemani Tukang Sayur yang baru datang dengan Mobil Bak.

"Pak Haji. Ini langsung saya masukin kedalam ya ?" ucap Supir Tukang Sayur.

"Iya ketempat biasa, tapi ini sayur sayurnya bersih kan ?" tanya Pak Ustadz.

"Bersih dong Pak Haji, kaya baru pertama kali beli di saya aja. Biasanya juga bersih."

"Iyaa siapa tau khilaf."

"Saya langsung masuk kedalam ya Pak Haji ?"

"Iya iya.."

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Mobil Bak yang berisi sayur masuk kedalam Pondok. Dan tak lama kemudian datang salah satu Santri yang baru pulang dari Rantauan Dakwah dia membawa Koper yang besar.

"Assalamualaikum Pak Ustadz"

Pak Ustadz tampak asing melihatnya "Siapa ya ?" ucapnya.

"Astagfirullah Pak Ustdaz, masa lupa sama saya ? saya Ghazwan yang pergi Dakwah ke Yogyakarta" Jelasnya.

Cerita Ramadhan : Taqwa (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang