Chapter 08

5 4 0
                                    


~

Disebuah Saung, Naim dan Abbas sedang beristirahat karena lelah berkeliling desa.

"Nih bas, dengerin gw. Pokoknya ya, kalo lu ada apa apa. hubungin gw aja. Anggap kita ini udah jadi best friend. Gw Abangnya, lu ade adean gw nya" jelas Naim.

Abbas tersenyum dan menjawab "Iya bang, makasih ya" kepada Naim.

"Ngomong-ngomong, lu kok bisa betah dipesantren ? kenapa ga kabur aja kalo ga betah ?" tanya Naim.

"Iya bang, kalo saya kabur. Saya mau tinggal dimana ? pulang ? ya ga mungkin."

"Ya kabur kesini lah"

"Kan saya juga baru tau tentang tempat ini"

"Bener juga ya, sorry sorry"

Seketika hening dan Naim bingung mau mengobrol tentang apa lagi. Begitu juga dengan Abbas yang masih canggung dengan Naim.

Naim mencoba untuk memulai topik baru.

"Bas. Soal temen lu yang dipenjara. Lu yakin bakalan ngebiarin dia dibakar hidup hidup ntar malem ?"

Topik tertemu tapi Abbas berat untuk menjawab pertanyaan itu. Kali ini dia memikirkan mateng mateng sebelum mengeluarkan kata kata.

"Yaa gw tau sih. Meskipun lu terpaksa masuk pesantren. Tapi pasti ada lah rasa kasian sama dia. Kaya kita aja nih, kita baru kenal, belum tau latar belakang, tapi kalo lu kenapa kenapa. Gw pasti ada simpati meskipun sedikit." Jelas Naim.

"Lagian, dia bukan siapa siapa saya bang. Jadi ngapain saya simpati sama dia." Jawab Abbas dengan sedikit ragu ragu.

[Ya Allah, semoga jawaban ini tidak membawakan bencana bagi kawan Hamba] doa Abbas dari lubuk hatinya.

"Oke! Gw percaya sama lu. Semoga aja nanti malem berjalan dengan lancar. Dan elu. Bisa diterima didesa ini."

"Makasih bang"

~

Dikantor Kepala Desa.

[Tok tok tok]

"Masuk" ucap Melki.

Peramal yang bernama Oba mendatangi Melki dan ingin membicarakan soal Abbas yang mencurigakan baginya.

"Ngapain kamu kesini ? tumben" tanya Melki.

"Pak Melki. Saya mau membicarakan soal warga baru yang akan gabung disini"

"Maksud kamu Abbas ? tenang dia aman selama masih ada dipengawasan saya. toh, dia juga bakalan nyaksiin temennya yang dibakar hidup hidup nanti malem" jelas Melki.

"Tapi.. kok saya punya perasaan yang ga enak ya ? dari semua orang, cuman dia doang yang ga bisa saya ramal"

"Seriusan kamu ? engga karena kamu belum sarapan kan ? sampai sampai kekuatanmu itu engga manjur ?" Tanya Melki.

"Duh Pak, saya ini kalo makan selalu teratur. Apalagi istri saya yang hoby masak. Gamungkin saya kekurangan makan. Apalagi sampai lupa sarapan"

"Menurutmu, apa penyebab orang yang ga bisa diramal?"

"Sefrekuensi" jawab Oba.

"Maksudnya ?"

"Kalo kita sama sama bisa meramal, biasanya bakalan sulit untuk diramal"

"Berarti dia juga peramal dong sama kaya kamu. Punya saingan"

"Tapi ada satu lagi. Orang itu benar benar punya kepercayaan lebih. Salah satunya adalah orang yang beragama."

Cerita Ramadhan : Taqwa (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang