Kembali ke tempat Abbas berada, Abbas menunaikan Ibadah Solat Dzuhur dengan Lancar dan Aman. Ia berencana untuk keliling Desa dan mencari dimana Latif sedang ditahan. Disepanjang jalan Abbas bertemu dengan beberapa orang yang aneh.
Abbas melihat ada yang sedang main judi, ngegosip, anak kecil pacaran bahkan sampai ada yang berkelahi karena salah sasaran mencuri barang.
"Gila ini Desa, bener bener harus diajarin agama kayanya." Ucap Abbas dalam hati.
Tapi dari pemandangan yang tidak enak itu, Abbas masih terpikirkan soal Masjid. Kalo disini ada Masjid berarti pernah ada yang menjalankan ibadah solat. Atau mungkin semua warga disini tadinya islam.
Abbas tidak akan menemukan jawabannya jika tidak bertanya langsung. Tapi tindakan seperti itu tentu tidak akan berjalan semudah itu.
"Woy orang baru. Ngapain lu berkeliaran disini ?" tanya seorang pria yang menghampiri Abbas.
"Lu kan belum diterima di desa ini. jadi jangan berkeliaran sembarangan dong. Apa jangan jangan lu mau kabur ya ?" tanya orang itu.
"E..engga bang. Cuman cari angin."
"Namalu siapa ? lupa gua"
"Abbas bang."
"Gua sih yakin kalo lu ini bukan orang alim. Secara nih ya, wajahlu tuh kriminal banget."
"Apaan si bang. Kata ibu saya, saya ganteng kok"
Pria itu tertawa. "Canda canda, baper amat jadi orang. Kenalin nama gw Naim. Gua calon kepala Desa"
"Emangnya, apa untungnya bang jadi kepala desa ditempat kaya gini ?" Abbas bertanya dengan nada santai.
"Tempat kaya gini ?"
Sepertinya Abbas merasa salah dalam bertanya.
"Maksud saya. untungnya jadi kepala desa ditempat [sebagus] ini"
Naim merangkul pundaknya Abbas dan menjelaskan sesuatu kepadanya.
"Sebenernya bukan jabatan kepala desanya yang gua cari. Tapi putri kepala desanya."
"Pak Melki punya anak ?" tanya Abbas.
"Wuuh punya, Satu anaknya. Cewek, cantik, bahenol, apalagi kalo dia lagi desah. Beehh Syahrini kalah merdu sama dia"
"Astagfirullahalzaim"
"Kenapa ? lu tadi bilang apa ? as as ?"
Abbas terlalu refleks mengeluarkan kalimat istigfar.
"Astaga kamu naim. Gaboleh begitu." Jelas Abbas.
"Hehe Iya sih ga sopan ya ? apalagi belum nikah, gabaik tuh"
Abbas terkejut dengan balasan Naim. Ternyata warga disini ada yang masih memiliki Etika dan Moral. Sedikit senang Abbas mendengarnya.
"Tuh lu ngerti" ucap Abbas
"Nah Bas, lihat tuh. Itu yang gua ceritain tadi. Namanya Yola" Naim menunjuk kearah Wanita yang menggunakan baju seksi. dia juga meneriaki namanya "Woy. Yolaa!!"
Yola menoleh dan menghampiri Naim.
"Ngapain lu disini Im ?" Yola memperhatikan Abbas.
"Ini anak baru yang babeh ceritain kan ye ?" tanya Yola.
"Iya Yol, namanya Abbas."
Naim juga mengajak Abbas untuk berkenalan dengan Yola. Mereka berjabatan tangan. Abbas memalingkan pandangannya. Yola merasakan aura yang sama saat berhadapan dengan Latif.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Ramadhan : Taqwa (Selesai)
RomantizmAbbas dan Latif ditugaskan oleh Ust. Hariz untuk melakukan dakwah di Desa Elang, mereka dikirim sebulan lebih cepat dari jadwal Dakwah mereka. Mereka menjalankan tugas itu tanpa tau bahwa di Desa Elang tidak ada yang memeluk Agama apapun / Atheis. D...