Piala emas berukuran besar kini berada ditangannya. Senyumnya pun tak luntur sejak ia berhasil mendapatkan juara 1 lomba melukis. Selain Piala, ia juga mendapat piagam dan hadiah berupa uang tunai.
Dengan senyumnya yang mengembang. Kayyara memasuki rumahnya. Gadis yang masih menggunakan seragam SMA itu nampak sangat bahagia.
"Mama! Papa!" panggilnya ketika memasuki rumahnya.
Namun tak ada sahutan. Sepertinya kedua orangtuanya belum pulang bekerja.
Kayyara menghela nafasnya. Gadis itu kemudian melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Ia berniat menaruh Pialanya didalam lemari agar tidak ada yang melihatnya.
Ia kembali tersenyum ketika satu buah Piala kembali ia dapatkan. Terhitung sudah 23 Piala dan Piagam yang ia dapatkan dari lomba menggambar dan melukis. Ada juga beberapa Medali yang berhasil ia dapat.
Ketika baru saja menutup pintu lemari. Ia mendengar sebuah Mobil memasuki halaman rumahnya.
Dengan cepat ia keluar kamar dengan berlari. Ia tidak sabar untuk menunjukan Piagamnya kepada kedua orangtuanya.
Senyumnya kembali mengembang ketika melihat Papa nya masuk kedalam rumah.
"Papa!"
"Hm?"
"Lihat! Kayyara menang lagi Pa!" ucapnya dengan antusias sembari menyodorkan Piagamnya kepada Papa nya.
Given tersenyum kemudian menatap Piagam yang disodorkan Putrinya. Senyumnya meluntur ketika melihat Piagam tersebut.
"Lomba Melukis? Untuk apa?" tanya Given sambil menatap remeh Piagam tersebut.
"Kamu pikir itu berguna?"
Kayyara terdiam mendengar ucapan Papa nya.
"Belajar Kayyara! Jangan hanya menggambar dan melukis!"
"Jangan sampai nilai kamu anjlok hanya karena gambar! Pikirkan reputasi Mama dan Papa. Gimana kalau orang orang tahu kamu tidak sepintar Almarhum Kakakmu? Bisa malu Papa!"
Setelah berucap panjang. Given pergi melewati Putrinya begitu saja.
Kayyara masih diam menunduk sambil menatap Piagamnya. Selalu seperti ini ketika ia memberitahu keberhasilannya dalam hal seni.
Gadis itu tersenyum miris. Tanpa pikir panjang, Kayyara merusak Piagamnya dan membuangnya kedalam tempat sampah.
"Bener kan? Harusnya lo nggak perlu kasih tahu sesuatu yang nggak berguna Kayyara! Percuma!" ucapnya pada diri sendiri.
Ia kemudian membalikan badannya untuk kembali kedalam kamarnya.
Kayyara termenung menatap pojok kamarnya yang dipenuhi gambar dan lukisan karyanya.
Ia berjalan kearah pojok kamarnya. Tangannya meraih sebuah gambarnya 10 tahun lalu yang sengaja ia pajang didinding.
"Kapan Mama sama Papa bangga sama karya gue?" tanyanya pada diri sendiri.
Kayyara mengusap gambar yang terdapat gambar keluarganya. Meskipun tidak terlalu bagus karena itu adalah gambarnya waktu kecil dulu. Gambar terakhir yang dibanggakan keluarganya.
Tok tok tok....
Pandangan Kayyara teralihkan kearah balkon kamarnya. Ia kemudian beranjak menuju balkon dan membuka gorden tersebut.
"Buka!"
Kayyara tersentak ketika kekasihnya datang dengan keadaan berantakan. Elbryan Hijaz Dominguez. Seseorang yang memberikan luka sekaligus cinta untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABSTRAK
Teen Fiction⚠️FOLLOW AKUN⚠️ TINGGALKAN VOTE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA!! NO PLAGIAT!⚠️ Semua menjadi satu dalam cerita antara Kayyara, Elbryan dan Geng Aodra. "Satu goresan terakhir, aku wakilkan buat kamu Kay. Tepat dihari keseratues, seperti yang kamu inginkan...