2. Equanimity

222 46 19
                                    

       Pagi ini entah kenapa. Langit terlihat tidak baik baik saja. Hujan turun lebat pagi ini. Tidak ada mentari yang biasa menyambut dengan sinar hangatnya.

"El"

Elbryan yang tengah menatap hujan menoleh. Cowok itu menatap malas kearah sahabatnya yang baru saja memasuki kamarnya. Zevan Afranino,  cowok dingin dengan pemikiran yang dewasa.

"Apa?" tanya Elbryan.

"Gue mau nanya" ujar Zevan.

"Biasanya aja lo langsung nyerocos Van" ucap Elbryan sambil menyesap rokoknya.

"Itu Iyan" balas Zevan dengan wajah sengitnya.

"Mau nanya apa?"

"Lo udah suka sama Kayyara?" tanya Zevan.

Dengan santai Elbryan menggeleng "Nggak. Lo mau nikung gue?" tanyanya balik.

"Jangan kasih harapan palsu El" ujar Zevan mencoba memberitahu. Sebelum karma hadir untuk sahabatnya itu.

"Gue nggak ngasih. Dari awal sama Kayyara. Gue udah bilang kalau ini cuma taruhan. Dia juga mau bantuin gue" jawab Elbryan.

"Bukan mau bantuin. Dia naruh harapan sama lo El. Kelihatan dari matanya. Kayyara butuh tempat buat pulang" ujar Zevan.

"Kalau lo nggak bisa bikin Kayyara bahagia. Seenggaknya jangan nambahin luka dia" lanjut Zevan membuat Elbryan mengerinyitkan dahinya.

"Lo tahu apa tentang dia?" tanyanya dengan nada yang terkesan santai.

Zevan menggeleng "Gue nggak tahu apa apa. Tapi semua cewek butuhin pacarnya buat sandaran. Bukan malah bikin sakit hati seperti lo!"  jawab Zevan dengan setengah menyentak.

"Lo punya pacar aja nggak Van" ucap Elbryan sambil terkekeh.

"Karena gue nggak suka bikin cewek nangis" jawab Zevan sinis. Bermaksud menyindir Elbryan. Namun sahabatnya itu sangat tidak peka.

"Tapi lo pernah bikin nyokap lo nangis"

"Itu karena gue kecelakaan tolol!"

Elbryan tertawa melihat wajah kesal Zevan. Ia memang senang membuat Zevan emosi, karena menurutnya sangat lucu.

"Lo sendirian kesini?" tanya Elbryan.

"Iya. Tapi yang lain bilang mereka mau nyusul kesini" ujar Zevan.

"Ngapain? Kenapa nggak dimarkas aja? Kalian bisa ngabarin gue kayak biasa"

"Nah itu! Lo semalem kemana? Katanya mau balik lagi? Tapi malah nggak balik balik. Nggak tahu kan ada kejadian di markas?"

Elbryan mengerinyitkan dahinya penasaran "Kejadian apa?" tanyanya.

"Sebenernya ini penyerangan. Markas kita dilempari batu sampai kaca pecah. Ditto juga luka karena kena kaca. Tembok depan banyak coretan dari Pilox. Gerbang rusak, dan sofa teras juga rusak" jawab Zevan menjelaskan. Meskipun markas tidak terlalu berantakan. Tetap saja mereka tidak  bisa mengunjungi markas untuk sementara waktu. Waspada jika ada serangan susulan.

"Pelakunya?" tanya Elbryan.

"Dilihat lihat. Kayaknya musuh dulu" jawab Zevan.

"Gue bilang juga apa! Bentuk geng nya lagi supaya kita mudah nyerang baliknya!" sentak Elbryan dengan memukul pelan meja dihadapannya.

"Itu mau kita! Tapi kita dilarang bikin geng sama Kepala Sekolah!" balas Zevan.

Sebenarnya mereka memiliki geng. Sebelum akhirnya bubar karena Kepala Sekolah melarang adanya organisasi remaja tersebut.

ABSTRAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang