15. Ragu

71 16 13
                                    

               Putaran roda itu begitu cepat, seiring dengan suara deru motor yang seakan menjadi penguasa dijalan yang mereka lewati. Menggunakan jaket kebanggannya, Deon memimpin didepan sebagai sang ketua. Dibelakangnya terdapat anggota Aodra yang kompak menggunakan jaket persatuan mereka.

Sore hari, setelah semua anggota Aodra berkumpul untuk mencari Elbryan ditempat yang biasa cowok itu kunjungi, hal itu tidak membuahkan hasil. Hingga pilihan terakhir mereka adalah Omorfos. Geng itu menjadi tersangka kuat mengingat seburuk apa hubungannya dengan Aodra. Pertemuan terakhir kali, mungkin saja hal itu yang membuat Omorfos berniat membalas dendam dengan cara mengambil salah satu anggota yang berpengaruh di Aodra.

Suara tawa keras adalah hal yang pertama kali Aodra dengan sebagai sambutan dari Omorfos. Namun tawa lepas itu berangsur angsur pudar seiring dengan kedatangan Aodra satu persatu didepan markas Omorfos.

Melihat kedatangan tamu yang tak diundang. Semua anggota Omorfos yang berada dimarkas langsung keluar, begitupula Leon selaku sang ketua.

Dikubu seberang. Deon melepas helmnya, diikuti para anggotanya. Pandangan mereka bertemu, antara Omorfos dan Aodra. Keduanya sama sama mengeluarkan tatapan tajam. Seakan siap untuk berperang.

Berbeda dengan para anggotanya. Leon tertawa sinis, cowok itu bergerak mendekat kearah Deon yang sudah turun dari atas motornya.

"Wahhh, nggak nyangka adek gue mau mampir kesini" ucap Leon sembari menepuk sebelah bahu Deon.

"Nggak usah basa-basi. Dimana lo sembunyiin Elbryan?" tanya Deon. Tidak ada raut ramah sama sekali diwajahnya. Meskipun didepannya kini adalah Kakak kembarnya sendiri. Baginya, sopan santun hanyalah untuk orang yang bisa menghargai orang lain.

Leon mengerinyit bingung "Tunggu, maksudnya lo kesini mau nyari Elbryan?" tanyanya.

"Nggak usah sok polos, gue tahu gimana dendam kalian sama Aodra" Zevan berucap. Cowo itu mendekat kesebelah Deon, dengan menetapkan wajah datarnya.

Jika dilihat. Zevan memiliki sifat yang lebih tenang daripada Deon. Cowok itu mampu mengatur emosinya dengan baik, kecuali jika sudah keterlaluan, emosi Zevan akan meledak ledak melebihi emosi sang ketua.

Netra Leon memicing tak suka. Kubunya tengah difitnah kali ini, ia tidak terima "Kita emang punya dendam sama Aodra. Tapi buat apa gue ngambil Elbryan, kalau gue mau. Gue bisa ambil Deon dengan mudah karena kita serumah" ujar Leon tersenyum sinis.

"Kita udah nggak serumah kalau lo lupa" sahut Deon.

Leon terkekeh sinis "So, masih mau nyari Elbryan disini?" tanyanya dengan nada meremehkan.

"Of course, bakal gue cari kemanapun" jawab Deon.

Keduanya bertatapan tajam. Meskipun bermusuhan, ikatan batin anak kembar itu kuat. Ketika satu sakit, satu lainnya ikut sakit. Selalu ada momen dimana mereka terlihat kompak, dan satu lagi, sangat mudah bagi Leon ataupun Deon untuk mengetahui kebohongan satu sama lain.

Deon memejamkan matanya. Ia menarik nafas dalam dengan kedua tangan mengepal. Leon tidak berbohong tentang dimana Elbryan.

"Gue tahu apa yang lo pikirin. Dasar keras kepala, udah gue bilang kan? Gue nggak tahu dimana Elbryan, karena kita Omorfos nggak ngambil dia" Leon berucap tegas. Meskipun Deon sudah tahu kebenarannya. Tetap saja ia tidak terima dengan fitnah ini.

"Setelah tuduhan ini. Lo pikir kita bakal diam aja? Kalian Aodra harus dapat bayaran atas itu" Leon kembali berucap dengan tatapan sengit kearah Adiknya. Ia menepuk nepuk sebelah pipi Deon pelan.

Leon mundur beberapa langkah. Wajahnya berubah menyebalkan menatap Aodra yang terdiam. Satu tangan cowok itu terangkat, seakan memberi isyarat pada anggotanya.

ABSTRAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang