Pagi hari. Kayyara sudah siap dengan seragam sekolahnya didapur. Ia baru saja menyiapkan sarapan untuk dirinya juga Elbryan. Ditatapnya sebentar tatanan meja dihadapannya, sebelum akhirnya pergi menuju kamar yang ditempati Elbryan.
"El-"
Ucapan Kayyara terhenti. Gadis itu mematung diambang pintu kamar tamu. Wajahnya memancarkan raut bertanya ketika tidak mendapati Elbryan didalam kamar tersebut.
Bahkan kamar tersebut sudah ditata rapi seperti semula sebelum ditempati Elbryan.
Panik, itu yang Kayyara rasakan. Gadis itu melangkah kearah lain tanpa menutup kembali pintu kamar tersebut. Wajahnya kembali terkejut saat mengetahui bahwa pintu utama sudah tidak terkunci.
"El! Lo dimana? Jangan bercanda!" teriaknya keluar rumah.
Opsi terakhir. Kayyara masuk kedalam garasi dan kembali terkejut saat motor Elbryan sudah tidak ada lagi digarasinya.
Kayyara terdiam kecewa. Ia menatap kosong kearah ruang garasinya yang hanya tersisa sepedanya.
"El pergi? Tanpa pamit?" lirihnya. Sedikit ada rasa kecewa, ia merasa tidak dianggap. Setidaknya jika Kayyara tidak diijinkan untuk dicintai, ia ingin dihargai.
Padahal ia sudah menyiapkan sarapan untuk dirinya dan juga Elbryan. Namun ternyata itu sia sia. Entah sampai kapan dirinya harus dikecewakan seperti ini.
Dengan perlahan, Kayyara menarik satu kursi. Ia memutuskan untuk sarapan seorang diri. Namun sebelum itu, Kayyara memasukan makanan yang seharusnya menjadi jatah Elbryan kedalam kotak bekal. Terlalu sayang untuk dibuang begitu saja.
*****
"Tumben bawa sepeda Kay."
Kayyara menoleh tanpa menghentikan langkahnya. Gadis itu tersenyum tipis kearah Indis yang baru saja berucap padanya.
"Emang gak boleh?" tanya Kayyara membuat Indis berdecak.
"Ya boleh lah! Gue kan cuma tanya. Soalnya, lo kan gak pernah bawa sepeda sebelumnya."
Dalam hatinya, Kayyara senang karena ternyata ada seseorang yang memperhatikannya. Meskipun itu dalam hal kecil.
Kayyara tidak menjawab, gadis itu tersenyum tipis. Lama tidak menjalin pertemanan membuat gadis itu lupa bagaimana cara mengakrabkan diri. Meskipun ia sudah pernah bermain bersama Indis dan Karlin serta Difa. Namun tetap ia merasa canggung.
"Becanda. Gue kekelas duluan ya, ada piket." ujarnya hendak melangkah cepat lebih dulu meninggalkan Indis.
"Pembohong!"
Langkah Kayyara terhenti. Begitupula Indis, gadis itu menatap marah kearah Kayyara yang mulai membalikan badannya, menatap tepat kearah netranya.
Indis mendekat dengan raut wajah kecewanya, "Piket lo bilang? Besok udah mulai ulangan. Satu tahun lebih sekolah disini seharusnya lo tahu kalau hari terakhir sebelum ulangan semua murid bersih bersih bersama,"
Kayyara terdiam mendengar ucapan Indis. Benar, kenapa dirinya lupa? Kemana Kayyara yang pandai berbohong sejak dulu?. Indis benar, dirinya memang pembohong. Hari ini bahkan bukan piketnya. Kayyara hanya ingin menjauh dari Indis dan orang lain yang berusaha menjalin hubungan dengannya. Kecuali Elbryan dan orangtuanya tentu saja.
"Lo tuh kenapa si? Setiap gue dan yang lain ngedeket, lo justru ngehindar! Kita cuma mau berteman Kay! Salah?-" Indis berhenti dengan nafasnya yang sedikit memburu. Ia masih menunggu respon dari gadis dihadapannya. Namun sepertinya tidak ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABSTRAK
Teen Fiction⚠️FOLLOW AKUN⚠️ TINGGALKAN VOTE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA!! NO PLAGIAT!⚠️ Semua menjadi satu dalam cerita antara Kayyara, Elbryan dan Geng Aodra. "Satu goresan terakhir, aku wakilkan buat kamu Kay. Tepat dihari keseratues, seperti yang kamu inginkan...