5. Tacenda

182 42 12
                                    

         Siang setelah pulang sekolah. Kayyara berjalan seorang diri ditrotoar hendak menuju rumahnya. Namun pikirannya berubah. Ia ingin berjalan lebih lama. Sehingga Kayyara memilih memutar arah melewati jalan yang sepi.

Tangan kirinya meremat sebuah amplop dengan perasaan yang kecewa. Tatapannya terlihat begitu terluka.

Perlahan. Amplop putih tersebut menjadi sebuah gulungan. Kayyara menghentikan langkahnya tepat disebuah jembatan.

Amplop tersebut ia buang. Membuat Kayyara langsung menghela nafas lega.

"Lebih baik seperti ini" gumamnya.

Ia kemudian memilih duduk dibangku yang berada didekatnya. Jalanan begitu sepi. Karena Kayyara memilih untuk mencari jalan yang jauh dari kerumunan.

Namun dugaannya salah. Ketika sebuah motor berhenti tepat didepannya membuat pandangan Kayyara terangkat.

"Ngapain lo disini?" tanya Ditto dengan wajah datarnya. Ia menatap sekeliling sebelum akhirnya kembali menatap Kayyara.

Kayyara tak menjawab. Gadis itu hanya mengalihkan pandangannya.

"Kasihan udah nggak punya teman. Pacar pun nggak peduli" ucap Ditto dengan wajah mengejek.

"Lo nggak punya kegiatan lain yang lebih berguna daripada ngatain gue?" tanya Kayyara menatap Ditto dengan wajah tak suka.

"Apapun gue lakuin biar lo sadar" jawab Ditto membuat Kayyara mengerinyit bingung.

"Lo cuma cewek taruhan gue sama El, Kayyara. Jangan berharap lebih soal hubungan lo sama El. Karena nyatanya El nggak bener bener mau pacaran sama lo" ujar Ditto sinis.

"Gue tahu" balas Kayyara.

"Emang ya. Cewek bakal lupain harga dirinya kalau udah bucin"

Mendengarnya membuat Kayyara terkekeh "Sama kok. Lo juga lupa harga diri, lo berani nyakitin perempuan, cowok bukan lo? Kok mulutnya kaya cewek?" 

"Lo pikir? Asal lo tahu, lo cuma cewek nggak berguna. Introvert, sakit jiwa!"

"Senggaknya gue nggak pernah nyakitin orang lain dengan ucapan bahkan perlakuan"

"Ya, kecuali saat gue bentak Mama" batin Kayyara.

Ditto mulai tersulut emosi karena ucapan Kayyara. Gadis itu benar benar pandai memutar ucapan.

"Cewek kaya lo nggak pantes sama teman gue! El bisa aja nyari cewek yang lebih pantes daripada cewek kaya lo"

"Lo bener. Nggak ada yang pantes sama gue. Dan gue cuma mau lo tahu, gue ngebebasin El buat lakuin apapun sesuka dia!"

"Walaupun gue nggak baik baik aja" lanjut nya dalam hati.

Ditto marah sekaligus heran. Bagaimana bisa Kayyara membalas ucapannya dengan sabar.

"Kalau gitu jauhin El!" ujar Ditto membuat Kayyara terdiam.

"Itu yang gue mau! Tapi gue juga butuh El" batinnya bingung.

"See? Lo nggak mau jauhin El? Lo beneran baper sama dia, miris banget lo" ejek Ditto.

Kayyara masih diam tak menjawab. Ia hanya memalingkan wajahnya enggan menatap Ditto.

"Kapan sih lo sadar diri? Gue muak lihat lo deket deket sama El!" sentak Ditto sengaja mengeraskan suaranya.

"Semua tergantung El! Dia yang berhak bicara tentang hubungan gue sama dia! Lo cuma orang asing dalam hubungan ini" balas Kayyara masih tak menatap Ditto.

ABSTRAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang