9. Tawanya

154 33 5
                                    

        Hal yang membuat seseorang senang tentu dari orang tersayang. Apalagi ketika orang tersebut berada didekat kita. Sama hal nya dengan Kayyara. Gadis itu sangat senang ketika Mama nya pulang tadi malam. Ia merasa dijaga, meskipun itu hanya perkiraannya saja. Namun dengan adanya Ellen didekatnya. Kayyara merasa aman.

Langkah Kayyara ditangga memelan. Gadis itu menatap lantai yang tadi malam berserakan pecahan kaca kini bersih. Gadis itu mengerinyit kemudian mengedarkan pandangannya.

Netranya menangkap Mama nya yang baru saja keluar dari arah dapur. Namun dengan pakaian yang sudah rapi.

"Mama mau berangkat lagi?" tanya Kayyara membuat atensi Ellen teralihkan. Wanita itu menghentikan langkahnya tak jauh dari Putrinya.

"Mama mau tinggal di Apartemen, mungkin sampai Proyek selesai" jawabnya.

Dalam hatinya, Kayyara merasakan sesak. Ia tidak ingin ditinggal. Namun sepertinya kedua orangtuanya lebih memilih meninggalkannya.

"Tapi nanti Papa pulang kan?" tanyanya lagi.

Ellen mengedikan bahunya acuh "Mungkin. Kamu tanya sendiri saja ke Papa mu" jawabnya.

Setelah mengatakan itu. Ellen melangkah pergi keluar rumah. Wanita itu hendak segera pergi.

Melihat Mama nya yang melangkah pergi. Kayyara mengejarnya hingga ujung pintu.

"Ma!" panggilnya dengan lari kecil.

Langkah Ellen kembali terhenti. Wanita itu mendengus kemudian membalikan badannya menatap malas kearah Putrinya.

"Kenapa? Jangan buang buang waktu, Mama punya banyak pekerjaan yang harus diurus" ujarnya.

"Kalau Mama lupa. Mama juga punya anak yang harus diurus" balas Kayyara membuat Ellen memicingkan matanya.

"Ini masih pagi. Jangan membuat masalah"

"Cuma sekarang waktu yang Kayyara punya buat ngobrol sama Mama"

Ellen memalingkan wajahnya. Sejujurnya ia kesal karena waktunya tertunda "Masih banyak hari lain" balasnya.

Mendengar ucapan Mama nya. Kayyara merasa hatinya diremas. Ruang hati yang awalnya sesak, kini terasa akan meledak. Kayyara ingin sekali melonggarkan isi hati dan pikirannya untuk menampung masalah yang akan datang nantinya. Begitu banyak kata kata yang sudah dirinya siapkan untuk diungkapkan kepada Mama nya. Banyak kisah yang ingin Kayyara ceritakan pada Mama nya. Untuk kesedihan dan kesenangan yang Kayyara lalui seorang diri. Ia ingin menceritakannya.

"Katakan intinya sekarang" ucap Ellen yang melihat Putrinya hanya diam.

"Nggak ada inti dicerita Kayyara Ma" balas Kayyara.

Ellen berdecak. Wanita itu mengangkat pergelangan tangannya untuk menatap jam yang melingkar apik ditangan kirinya.

"Waktu sudah mulai siang Kayyara! Jangan buang buang waktu Mama, dan lagi, nilai kamu akan turun jika terlambat masuk sekolah!" ucap Ellen dengan wajah kesalnya.

Kayyara menatap Mama nya tidak percaya. Meskipun itu sudah sering terjadi. Namun tetap saja Kayyara tidak percaya Mama nya akan bersikap seperti itu.

"Mama lebih mentingin pekerjaan Mama dan nilai Kayyara daripada kondisi Kayyara?" tanyanya.

"Lagipula itu untuk masa depan kamu" balas Ellen dengan santainya.

"Nggak ada yang tahu masa depan bakal seperti apa Ma"

"Setidaknya sudah ada perjuangan yang dilakukan sebelum masa depan!"

Kayyara terdiam ketika Mama nya membalas ucapannya dengan cepat. Keduanya berdebat dengan keras dipintu rumah. Entah siapa saja yang mendengarnya Kayyara tidak peduli. Ia hanya ingin Mama nya mendengarkannya, meskipun itu hanya separuh dari ceritanya. Meskipun hanya respon senyum tipis dari Mamanya. Hanya itu yang Kayyara harapkan. Tapi kenapa sesusah ini?.

ABSTRAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang