17. Hug me

45 7 11
                                    

Ditempatnya berdiri. Elbryan terdiam mengamati seorang gadis yang kini tengah bersantai menyantap bekal yang ia bawa.

Ia tahu, Kayyara adalah gadis yang mandiri. Yang mampu melawan segalanya sendiri. Namun Kayyara tidak sekuat itu. Begitu banyak hal yang gadis itu lewati seorang diri. Sayangnya Elbryan tidak mampu untuk hanya sekedar menyumbangkan pelukannya, sebagai obat untuk gadisnya.

"Mau lo sebenarnya apa si El?"

Elbryan menoleh. Mendapati Zevan yang kini ikut menatap gadisnya.

"Apa?" ia bertanya balik.

"Gue ngalah El, gue ngebiarin lo sama Kayyara. Cewe yang gue suka. Tapi gue minta lo jangan egois, lepasin Kayyara kalo emang lo ngga ada niat buat bahagiain dia. Biarin dia nyari kebahagiaannya sendiri, tanpa ngerasa terkekang karena lo."

Elbryan terdiam mendengar ucapan sahabatnya itu. Ia ingin gadisnya bahagia bersamanya. Namun ia justru menambah luka pada gadis itu. Elbryan merasa pengecut sekarang. Bagaimana bisa, ia membuat gadisnya terpuruk seorang diri?.

"Gue butuh waktu," ucap Elbryan masi menatap kearah Kayyara.

Zevan menghela nafasnya, "Jangan gantungin perasaan Kayyara terus El. Kalian emang udah pacaran. Tapi perasaan lo ngga jelas banget,"

"Gue tahu."

"El!"

Kedua orang itu menoleh. Menatap Marsya yang kini datang dengan senyum terbaik untuk Elbryan.

"Bisa bantu aku? Rapihin aula buat rapat OSIS," ucapnya tiba tiba. Mengundang tatapan tak suka dari Zevan.

"Segitu ngga gunanya anggota lo?" tanya Zevan dengan nada sinis.

"Aku ngga ngomong sama kamu!" balas Marsya menatap tak suka kearah Zevan.

"Cih!"

"Urusannya sama gue apa?"

Marsya menatap Elbryan sebal. Ia hanya ingin bersama laki laki itu. Meskipun tidak ada urusan apa apa. Jujur saja, Marsya begitu menginginkan Elbryan menjadi kekasihnya. Meskipun ia tahu, Kayyara sudah lebih dulu menjadi pemilik hati Elbryan.

"Aku cuma minta bantuan El,"

"Manusia ngga cuma satu Sya!"

Lagi, Marsya menatap tak suka kearah Zevan yang seenaknya memotong obrolannya dengan Elbryan. Laki laki itu nampaknya sangat tidak menyukai dirinya. Entah apa alasannya.

"Kamu apaan si-,"

"Brisik!"

Tanpa menunggu kelanjutan ucapan gadis dihadapannya. Zevan segera menarik sahabatnya, untuk segera pergi dari sana. Ia tidak mau, Elbryan berubah pikiran karena rayuan gadis centil itu.

"Zevan! Aku masih mau ngomong sama El!"

Teriakan tersebut tanpa sengaja membuat Kayyara menoleh. Gadis yang tengah menutup kotak bekalnya itu, menatap heran kearah Marsya yang nampak nya tengah kesal.

Dahinya mengerinyit, kala mendapati Elbryan dan Zevan kini justru berjalan kearahnya.

"Udah makannya?" tanya Elbryan yang hanya dibalas anggukan singkat dari gadisnya.

Mengingat kejadian beberapa saat lalu. Membuat Kayyara merasa malas untuk berinteraksi dengan kekasihnya itu.

"Gue ke kelas duluan El," ucap Zevan yang sadar akan situasi dan posisi. Ia memilih pergi untuk memberikan ruang pada pasangan tersebut.

Elbryan hanya bergumam sebagai jawaban. Tatapannya masi tertuju kearah Kayyara yang hendak beranjak dari duduknya.

"Mau kemana?" tanyanya penasaran.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 13, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ABSTRAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang