6. Blatherskite

182 36 12
                                    

           Jam pelajaran Olahraga tengah berlangsung. Semua murid kelas Kayyara berada dilapangan didampingi oleh guru Olahraga.

Dilantai dua. Tiga orang gadis menatap iba kearah Kayyara. Gadis itu tampak tidak baik baik saja. Namun tetap memaksakan diri.

"Dia gila apa!? Kecelakaan belum ada satu minggu, udah sekolah aja!" sentak Indis yang tidak habis pikir dengan Kayyara.

Karlin memutar bola matanya malas. Meski sebenarnya ia sepemikiran dengan Indis "Lo lupa? Kaya dokter Kayyara emang kuat" ujar Karlin.

"Nggak gitu juga! Dia itu nggak wajar Lin! Lo bayangin! Seandainya lo yang kecelakaan kaya dia. Bakal sekuat Kayyara nggak?" tanya Indis dengan wajah greget nya.

"Indis bener. Lo pikir aja, emang orangtuanya nggak ngelarang dia buat pulihin badan dulu?" sahut Difa.

Ketiganya terdiam sebentar. Menatap Kayyara yang tampak biasa saja melakukan pemanasan bersama teman teman kelasnya.

"Dia juga nggak ada niatan nyamperin kita gitu?" gumam Indis.

"Kayyara nggak pernah punya teman" balas Difa dengan wajah datarnya.

"Gue tahu! Maksudnya, emang Kayyara nggak pengen kaya anak lain yang seneng seneng sama teman temannya?" heran Indis.

"Yakalik dia alergi manusia" lanjut Indis ngawur.

Karlin yang sejak tadi diam. Memilih memandang sekitar. Hingga tatapannya terkunci kearah koridor. Gadis itu mengerinyitkan dahinya bingung.

"ELBRYAN!!" teriak Karlin tiba tiba membuat kedua sahabatnya terlonjak kaget.

Difa dan Indis kompak menoleh. Keduanya mengerinyit melihat Karlin yang berlari menuju koridor pojok. Tanpa pikir panjang. Keduanya ikut berlari menyusul Karlin.

"Lo gila!"

Elbryan mengerinyit mendengar ucapan Karlin tiba tiba.

Karlin melirik sinis kearah gadis yang berada disamping Elbryan. Yang ia ketahui adalah ketua Osis.

"Maksud lo?" tanya Elbryan tak paham.

Mendengar pertanyaan Elbryan. Membuat Karlin terkekeh tak menyangka. Gadis itu sedikit maju mendekat kearah Elbryan.

"Cewek lo! Dilapangan panas panasan! Nggak masalah kalau dia sehat! Tapi apa lo lupa? Kayyara habis kecelakaan! Bahkan belum ada seminggu! Dan lo malah asik berduaan sama cewek lain! Pantes Zevan ngehajar lo!" sentak Karlin dengan wajah sinisnya.

"Jangan ngomong seenaknya! Gue cuma mau keperpustakaan! Nggak lebih!" balas Elbryan tak terima.

"Nggak usah gandengan juga!" sentak Indis. Gadis itu melepaskan genggaman Elbryan secara  paksa.

Elbryan mengerinyit. Dirinya tidak merasa menggandeng Marsya a.k.a gadis yang kini bersamanya.

"Seenggaknya kalau berandalan. Jangan brengsek" celetuk Difa dengan wajahnya yang tetap datar.

Merasa direndahkan. Elbryan menatap marah kearah Difa.

PRITTT!!

Semuanya yang berada di koridor lantai dua terkejut ketika mendengar suara peluit melengking yang tiba tiba.

Reflek. Semua menoleh kearah lapangan. Netra Karlin, Difa dan Indis membelak ketik melihat Kayyara tersungkur dilapangan.

Elbryan langsung berlari menuju lapangan. Disusul tiga gadis, meninggalkan Marsya yang menatap bingung.

Tidak butuh waktu lama. Keempatnya tiba dilapangan. Bahkan Kayyara masih terduduk diatas lapangan.

"Kayyara kamu baik baik saja?" tanya guru Olahraga yang nampak khawatir.

ABSTRAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang