14. Felicity

188 29 27
                                    

Pagi hari saat matahari baru saja muncul. Elbryan dibuat panik ketika tidak mendapati Kayyara diruangan manapun. Sudah hampir lima menit mencari keberadaan gadis itu hingga hampir mengelilingi kawasan rumah, namun Elbryan masih belum menemukannya.

"Kay!"

"Jangan becanda Kay! Gue nggak suka diprank!"

Masih dengan penampilannya yang berantakan. Elbryan berlari kehalaman depan sembari berteriak memanggil nama Kayyara. Tidak peduli jika akan ada tetangga yang mendengarnya. Lagipula jarak rumah satu sama lain jauh dan juga dibatasi tembok tinggi.

"Kayyara lo dimana!?" ia kembali berteriak. Kali ini hendak menuju gerbang tanpa menggunakan alas kaki.

Karena tak kunjung mendapatkan jawaban. Elbryan akhirnya berhenti dengan nafasnya yang memburu. Cowok itu kemudian terduduk menelungkup kan kepalanya pada lutut dan memegang tengkuknya menggunakan telapak tangannya. Ia merasa frustasi sekarang.

"Lo kenapa? Ngelindur sampai teras?"

Suara itu sontak membuat Elbryan mengangkat kepalanya. Cowok itu terkejut melihat Kayyara yang kini sudah berada dihadapannya. Namun ia menjadi kesal karena melihat Kayyara yang dengan santainya menyesap minuman sejenis es teh. Masih dengan piyama tadi malam. Namun yang membuat Elbryan bingung adalah. Sepeda yang dinaiki Kayyara. Semalam saat dirinya memasukan motornya kedalam garasi, ia tidak melihat sepeda itu sama sekali. Bahkan dihalaman depan pun tidak ada.

Dengan perasaan dongkol. Elbryan berdiri menatap kesal kearah gadis didepannya "Lo darimana?" tanyanya sengit.

Kayyara tak langsung menjawab. Gadis itu mengambil sesuatu dari keranjang sepedanya dan menyodorkannya kearah Elbryan.

"Beli sarapan" ucapnya santai.

Dahi Elbryan mengerinyit. Cowok itu menoleh kebelakang untuk mencari Jam yang tak jauh darinya. Namun sepertinya Elbryan lupa jika dirinya berada dihalaman.

"Kay! Ini masih, jam enam pagi!" Elbryan menatap tak percaya kearah Kayyara.

"Emang kenapa? Nanti kalau kesiangan keburu kehabisan" balas Kayyara.

"Seenggaknya bilang. Gue kayak orang gila tahu nggak lari larian keliling rumah sambil teriak teriak!" Elbryan berucap dengan nada sebalnya.

"Lo kan masih tidur"

"Kan bisa dibangunin"

"Takut ganggu"

"Lain-"

"Hustt! Ngapain sih diperpanjang?" Kayyara menatap tak paham kearah Elbryan yang baru saja berdebat dengannya. Keduanya sama sama terdiam dengan tatapan kesalnya masing masing.

"Ini, masih pagi. Sarapan dulu ngisi tenaga" ucap Kayyara sebelum akhirnya meninggalkan Elbryan yang masih kesal dengan masalah tadi.

Tak banyak yang bisa dilakukannya saat ini selain menuruti ucapan Kayyara. Karena dirinya tamu disini.

Keduanya masuk kedalam rumah. Namun ketika melewati sepeda yang tadi dipakai Kayyara. Elbryan berhenti sejenak menatap heran kearah sepeda tersebut. Sepertinya sepeda itu masih baru.

"El! Cepetan nanti buburnya dingin!" mendengar teriakan tersebut. Elbryan tersadar, dengan segera cowok itu masuk kedalam rumah. Ia tidak ingin mendengar teriakan Kayyara untuk kedua kalinya.

Sementara didalam rumah. Pandangan Kayyara terarah pada tempat sampah yang terbuka. Ia menatap nanar obat obatan miliknya yang ia buang tadi malam. Ia terpaksa membuangnya karena tidak ingin Elbryan melihat dan bertanya banyak tentang obat obatan itu.

ABSTRAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang