Fyneen melangkahkan kakinya cepat menuju mesin absensi. Waktu menunjukkan kurang sepuluh menit lagi menuju angka tujuh pagi. Sudah ada beberapa pegawai yang mengantre untuk absensi. Gadis itu terlambat. Hal itu diakibatkan ia baru dihubungi kepala ruang untuk masuk menggantikan rekannya yang sakit subuh tadi. Karena itu juga rencananya dan Arka batal hari ini.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam, hmm kenapa telepon subuh-subuh?" jawab seberang masih dengan suara serak khas bangun tidur.
"Bangun, Mas. Subuhan dulu!"
"Hmm, cuma bangunin aja nih?" ada tawa jenaka dari seberang yang akhirnya menular pada gadis itu.
"Cuma ngabari kabar buruk, Mas. Maaf nanti batal acara kita. Aku barusan dapet telepon dari kepala ruang buat masuk dinas pagi."
"Hmm, oke. Ya sudah, sore aja pulang dinas. Nanti aku jemput." Fyneen tersenyum mendengarnya.
"Kayaknya udah terbiasa tiba-tiba batal ya, Mas?" Hanya suara tawa Arka yang terdengar.
"Satu menit menentukan, Fyn. Sudah biasa. Aku anter, ya!"
"Eh, nggak usah."
"Udah terlanjur kamu bangunin juga, tanggung jawab nih. Sekalian cari sarapan."
"Mbak Fyneen, loh kok pagi?" sapa sosok di belakangnya saat Fyneen memasuki ruang ganti. Gadis itu pun membalikkan tubuhnya. Ia baru tersadar dari lamunannya akan kejadian subuh tadi sebelum berangkat kerja.
"Oh, iya. On call nih."
"Oh, Mbak Isna ijin sakit ya?"
"Hooh, pasien lagi banyak jadi sama Bu Karu on call-nya aktif."
Setelah mengganti bajunya, gadis itu memastikan kembali seragam yang ia gunakan juga name tag yang harus ia gunakan. Rekan-rekannya yang lain pun juga melakukan hal yang sama.
Fyneen sedang sibuk memastikan name tag miliknya saat sebuah panggilan masuk.
"Assalamu'alaikum, Mas, gimana?" Gadis itu menutup pintu loker lalu membalikkan badan untuk duduk.
"Wa'alaikumsalam, mau lontong sayur?"
"Eh, boleh, Mas. Terus Mas balik RS lagi?"
"Lho iya dong, ngasih sarapan. Mungkin ada yang mau ikut nitip, Fyn."
"Nggak, ah. Takut ngerepotin."
"Nggak papa, sekalian, Fyn. Nanti kabarin ya. Ini mau parkir dulu." Fyneen menatap layar ponselnya yang menggelap tanda panggilan telah diakhiri.
"Teman-teman ada yang mau lontong sayur?" tanya Fyneen pada rekan-rekannya yang masih di ruang ganti.
"Aku deh, siapa, Fyn? Pacar?" celetuk April. Fyneen hanya tersenyum malu. Ia menggaruk lehernya yang tak gatal.
"Ciee uda move on nih, aku juga mau deh lontong sayurnya satu, ya," timpal yang lain.
Kedua pipi Fyneen memerah mendengar godaan rekan-rekannya yang berada di ruang ganti. Ia hanya mengangguk malu seraya mencatat beberapa pesanan.
Dering ponselnya menghentikan suara-suara yang menggoda Fyneen. Gadis itu memastikan kembali pada rekannya jika tidak ada tambahan sebelum ia menjawab panggilan.
"Ya, Mas?" sapa Fyneen begitu panggilan itu ia jawab.
"Assalamu'alaikum, Fyn."
"Eh, iya wa'alaikumsalam."
KAMU SEDANG MEMBACA
ROSC (Return Of Spontaneous Circulation)
Romance"Saat Kamu diberi kesempatan untuk kembali bernafas" Benarkah kesempatan kedua itu ada? Tara merasa seolah tak ada harapan ketika menyadari sakitnya yang bagi orang lain tampak sepele tapi berat baginya karena membuatnya susah mendapatkan pekerjaan...