Fyneen menghembuskan nafasnya pelan seraya menekuri layar ponselnya yang sudah menggelap. Ia baru menyadari sudah hampir seminggu bahkan mungkin lebih tak mendengar kabar tentang Arka. Pada awalnya ia tak ambil pusing, bisa jadi sosok itu memang sibuk. Akan tetapi semakin hari, rasa khawatir, rasa takut akan kembali patah itu muncul lagi.
Wajar rasanya bagi Fyneen yang pernah mengalami kegagalan kemudian didekati lelaki yang menawarkan hubungan namun, tiba-tiba menghilang ia merasa takut untuk kembali patah. Itulah kadang perempuan itu merasa lelah untuk memulai hubungan lagi. Namun, berkat jeda ini gadis itu jadi bisa menyimpulkan bahwa sebenarnya Arka telah berhasil memasuki relung hatinya. Jika sosok itu kembali datang, ia sudah menyiapkan jawaban untuk lelaki itu.
Fyneen sedang memasukkan beberapa barang yang sekiranya harus ia bawa pulang ke dalam tasnya. Gadis itu baru saja menyelesaikan shift paginya. Ia melirik smartwatch di pergelangan tangan di mana menunjukkan pukul 14.45. Tepat saat itu ada notifikasi di jam tangannya, sebuah panggilan video call dari sosok yang beberapa hari ini menghilang.
"Jaga pagi, Mbak?" Fyneen yang awalnya tengah menghadap loker memutar tubuhnya dan duduk bersandar pada loker. Gadis itu mengangguk mengiyakan.
"Iya, Mas. Baru mau pulang." Arka sosok yang menghubunginya itu mengangguk. Kali ini Fyneen bisa melihat sosok Arka dengan baju warna biru yang awalnya gadis itu pikir adalah seragam PDH lelaki itu namun bukan. Arka pernah menjelaskan bahwa seragam itu disebut overall.
"Maaf, ya, Mbak. Beberapa hari ini sibuk, ada beberapa acara," terang Arka seraya menurunkan sedikit resleting baju dan menampakkan kaos loreng miliknya.
Kalau begitu ya, jelas sekali kalau Mas Arka ini om tentara. Om tentara dari matra udara, batin Fyneen.
Fyneen sebenarnya sudah paham profesi lelaki itu saat berkunjung ke kontrakan Arka. Potret dirinya menggunakan seragam lengkap terpampang jelas di dinding rumah. Masih ia ingat bagaimana lelaki itu menyebut profesinya saat berada rumah Arka.
"Jadi Mas Arka ini angkatan udara?" tebak Fyneen. Lelaki itu hanya tersenyum.
"Cuma kerja di bengkel, Mbak."
"Iya, bengkel pesawat terbang. Berarti temen-temennya juga?" Arka tersenyum lebar lalu mengangguk.
"Nggak, papa, Mas. Sibuk juga kan," ucap Fyneen setelah sesaat mengingat sesuatu.
"Sore nanti aku berangkat ke Semarang. Kalau sampe sana nggak kemaleman aku jemput ya, Mbak."
"Lho, langsung? Nggak istirahat dulu?"
"Capeknya ilang, Mbak, kalau ketemu kamu." Fyneen hanya tertawa mencibir.
"Sama Om Bagas?"
"Jelas, aku tidur di mana kalau nggak sama dia? Di rumah Mbak Fyn? Itu mah besok kalau udah sah aja," ucap Arka dengan mimik wajah menggoda. Bukannya marah justru Fyneen hanya tertawa melihat ekspresi lawan bicaranya.
"Nggak usah naik motor dulu, mobil aja."
"Motornya juga lagi dipinjem sama temen, Mbak. Katanya mau dipake mudik ke Solo nanti sore." Fyneen mengangguk. Rudi, teman Arka yang juga tinggal satu atap dengannya.
"Sampai jumpa nanti ya, Mbak, hati-hati pulangnya."
"Iya, Mas. Hati-hati di jalan kalau berangkat ke Semarangnya nanti. Macet biasanya." Arka hanya mengangguk lalu melambaikan tangan, beberapa saat kemudian layarnya menggelap.
Sesaat Fyneen tersenyum lega. Gadis itu meraih tas ranselnya lalu berjalan ke luar ruang ganti yang sudah sepi.
🩺🩺🩺
KAMU SEDANG MEMBACA
ROSC (Return Of Spontaneous Circulation)
Romance"Saat Kamu diberi kesempatan untuk kembali bernafas" Benarkah kesempatan kedua itu ada? Tara merasa seolah tak ada harapan ketika menyadari sakitnya yang bagi orang lain tampak sepele tapi berat baginya karena membuatnya susah mendapatkan pekerjaan...