Hubungan Fyneen dan Arka semakin dekat. Mereka bahkan sudah merencanakan untuk pertemuan kedua keluarga. Mungkin nanti Fyneen akan ke rumah keluarga Arka dahulu, atau sebaliknya. Tergantung kesepakatan keluarga masing-masing. Juga jam kerja profesi sepasang kekasih itu. Arka yang kadang tiba-tiba ada panggilan tugas atau Fyneen yang bekerja dengan sistem shift, dimana permintaan cuti pun harus satu bulan sebelumnya.
Sudah satu minggu ini Arka tenggelam dalam kesibukannya. Beberapa pesan dari Fyneen baru dibalas setelah malam tiba, atau saat ada waktu sela. Fyneen juga sungkan mengganggu lelaki itu jika sedang di masa sibuk seperti ini. Beberapa hari yang lalu lelaki itu sudah menjelaskan bahwa akhir-akhir ini sedang sibuk. Fyneen memakluminya, ia juga tak akan bertanya lebih detail sebelum Arka sendiri yang bercerita.
Arka menghembuskan napas lega. Akhirnya weekend ini ada waktu luang untuk berkunjung ke Semarang. Sudah seminggu ia dan Fyneen jarang berkomunikasi. Langkahnya ringan menuju kendaraannya karena akan berjumpa dengan kekasih hatinya.
"Bang!" teriakan seseorang menghentikan niatnya untuk menyalakan kendaraan roda duanya. Seorang lelaki menghentikan larinya di depan Arka.
"Oh, Toro. Gimana?" Lelaki menatap kedatangan juniornya tersebut.
"Ada yang cari Abang di pos depan." Arka mengernyitkan dahi.
"Cewek?"
"Iya, Bang. Ceweknya ya?" Arka menarik ujung bibirnya tipis. Lelaki itu menebak sosok Fyneen yang mendatanginya.
"Berhijab kan?"
"Nggak tuh, Bang. Malah menurut saya justru keliatan sexy." Arka menatap Toro dihadapannya dengan wajah penuh tanya.
"Jelas bukan Fyneenku," ucap Arka lirih tapi masih didengar juniornya itu.
"Oh, pacarnya Abang namanya Mbak Fyneen. Kapan dikenalin ke kita, Bang?"
"Besok kalau udah cetak undangan," jawab Arka yang hanya direspon Toro dengan cibiran. "Eh cewek tadi di Pos kan?" lanjut Arka.
"Siap, iya, Bang."
"Ayo kamu naik motor saya. Ikut ke depan!" perintah Arka seraya menyalakan kendaraannya.
"Lho kok saya ikut, Bang?"
"Kalo Fyneen tanya, kamu bisa jadi saksi." Toro mengangguk, ia tersenyum tipis dan menuruti perintah seniornya itu.
Arka baru turun dari kendaraannya. Saat itu ia bisa melihat siapa yang sedang mencarinya. Ia menghembuskan napasnya kesal. Sari, nama gadis yang berani menemuinya. Nama gadis itu bahkan sudah ia kubur dalam-dalam tepat undangan pernikahan itu sampai ditangannya.
"Sari!" panggil Arka setelah ia menyapa beberapa orang rekan yang ada di Pos jaga.
"Bang Arka," jawab gadis berpakaian dengan model sabrina itu sambil mendekat ke arah Arka.
"Saya rasa, sudah nggak perlu lagi kita bertemu. Pulanglah!" ucap Arka. Sedang Sari hanya menatap bingung lelaki yang pernah ada di hidupnya bahkan mungkin masih menempati sisi lain di hatinya.
"Toro, panggilin taksi!" perintah Arka seraya berbalik. Toro pun langsung berlari ke depan Skatek memanggil Taxi yang tadi baru saja menurunkan penumpang.
"Tapi, Bang." Sari mengejar lelaki itu.
"Saya akan menikah jadi saya rasa tidak perlu lagi kita bertemu," jawab Arka dingin. Sari hanya diam saat mendengar lelaki itu akan menikah. Itu berarti sudah ada penggantinya.
"Mbak Sari, taxinya udah dateng. Silakan masuk!" ucap Toro.
Arka mengarahkan Sari untuk segera memasuki Taxi. Tanpa banyak bicara perempuan itu masuk dengan wajah kecewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROSC (Return Of Spontaneous Circulation)
Romance"Saat Kamu diberi kesempatan untuk kembali bernafas" Benarkah kesempatan kedua itu ada? Tara merasa seolah tak ada harapan ketika menyadari sakitnya yang bagi orang lain tampak sepele tapi berat baginya karena membuatnya susah mendapatkan pekerjaan...