Hari-hari berlalu begitu saja hingga tak terasa enam bulan sudah Adit pergi dari hidup gadis bernama Fyneen itu. Sakit memang, tapi gadis itu merasa hatinya lebih ringan dibanding saat Adit pamit tanpa melepasnya. Ikhlas mungkin lebih tepatnya. Benar kata orang waktu juga yang akan menyembuhkan lukanya.
Sepeninggal Adit dari hidupnya banyak yang berubah dari gadis yang berprofesi sebagai perawat itu. Kisahnya cintanya dengan Adit mungkin teguran padanya agar ia tak berharap lebih pada manusia. Ia baru menyadari bahwa selama ini dirinya telah lama berada jauh dengan sang pencipta. Maka dari itu secara bertahap Fyneen pun berproses untuk mendekatkan diri dengan penciptanya, sang Khalik.
Fyneen menatap dirinya dari pantulan cermin yang ada di hadapannya. Ia bisa melihat di balik pantulan cahaya itu terdapat sosok perempuan bergamis dan berhijab panjang menutup dada, ya itulah dirinya sekarang. Sosok Fyneen yang baru. Ia tersenyum lembut pada dirinya di cermin itu.
Sudah dua minggu ini Fyneen berhijab dan ia merasakan sesuatu yang berbeda dalam hidupnya. Keluarganya juga temannya memberi dukungan yang positif justru malah turut bahagia saat mengetahui Fyneen memutuskan berhijab. Semua seragam di rumah sakit pun di rombak.
"Masih pagi jangan senyum-senyum sendiri, Fyn." celetuk April yang baru saja masuk ruang ganti. Tanpa Fyneen sadari April juga mengamati Fyneen yang sibuk di depan cermin. Ia turut bahagia melihat perubahan rekan juga sudah ia anggap adiknya itu.
"Hehe, ketahuan deh."
"Gimana? Feel better?"
"Hmm, sangat malah, Mbak."
"Lanjutkan kalau begitu, insya Allah berkah. Juga keep istiqomah ya, Fyn." April pun memeluk Fyneen. Fyneen tersenyum. April memang selalu memberi dukungan untuknya. Ia adalah rekan kerja, sahabat, juga sosok kakak untuknya.
"Apa ini, pagi-pagi udah peluk-pelukan," seloroh Eni bebarengan dengan beberapa teman jaga pagi masuk ke ruang ganti. April dan Fyneen hanya tertawa.
"Yok, ganti udah mau jam tujuh tuh," April pun menengahi.
"Sementara pake manset, Fyn?" tanya Eni.
"Iya, sambil nunggu yang versi hijab datang. Kemarin udah ngajuin ke bagian rumah tangga kalau nambah seragam yang versi hijab." Eni mengangguk mendengar jawaban Fyneen.
🩺🩺🩺
"Fyneen sama Eni diperbantukan ke IGD, ya. Pasien kita alhamdulillah kali ini dikit. Ada kecelakaan beruntun di perbatasan kota. Sebagian besar korban dirujuk ke kita. IGD kekurangan orang. Ini saya diminta mengirim dua perawat ke IGD. Kalian berangkat ke sana sekarang!" perintah Bu Indri, Kepala ruang pada Fyneen dan Eni sesaat setelah mereka memasuki ruangan.
"Siap, Bu," jawab Fyneen dan Eni serempak.
"Langsung berangkat sekarang ya, beberapa ambulance uda pada dateng," imbuh Bu Indri. Fyneen dan Eni mengangguk. Mereka pun segera berlari ke arah IGD.
Benar kata Bu Indri sesampainya di IGD beberapa ambulance sudah berdatangan. Sesuai arahan kepala tim jaga IGD pagi itu Fyneen dan Eni berpisah. Fyneen langsung diarahkan ke area label kuning. Sedang, Eni di arahkan ke label merah. Di bagian depan yang bertugas dalam pengelompokan triase sudah ada yang ditugaskan dari perawat IGD.
Situasi cukup kacau. Teriakan juga rintihan para korban kesakitan yang datang mengiringi para petugas yang sigap menerima pasien. Satu persatu korban yang datang segera di kelompokan menurut triase untuk segera mendapatkan pertolongan sesuai kondisi masing-masing. Petugas yang terlatih juga cekatan membuat proses pertolongan lebih cepat teratasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROSC (Return Of Spontaneous Circulation)
Romansa"Saat Kamu diberi kesempatan untuk kembali bernafas" Benarkah kesempatan kedua itu ada? Tara merasa seolah tak ada harapan ketika menyadari sakitnya yang bagi orang lain tampak sepele tapi berat baginya karena membuatnya susah mendapatkan pekerjaan...