Sekuat tenaga, Zia bangkit setelah tersungkur ke lantai ulah Zeo .
Bugh
Tonjokan yang berhasil membalas rasa sakitnya tepat di bahu Zeo. Mendarat di sisi kanannya membuat sang empu mengaduh kesakitan.
"apaan sih main keroyok! Sakit goblok!" Zeo membulatkan mata seolah ingin menoyor balik sebagai pembalasan tapi Zia gercep menghindar.
"udah gila lo! Sakitan kepala gue tau!" Zia mengelus dahinya yang memerah. "seenaknya lo ninggalin gue! Awas gue aduin mama!"
"bacot!" Zeo mengulurkan tangan. "mana hape lu. Hapus foto tadi"
Teringat beberapa aib yang berhasil Zia abadikan di benda pipih miliknya. Sebagai alat untuk membuat kembarannya itu bertekuk lutut padanya. Sebenarnya Zeo tidak peduli, tapi berhubung ia membangun image cool di sekolah, foto tersebut tidak boleh menyebar. meski beberapa sebagian ada yang mengolok-olok bahwa gayanya sedikit dipaksakan.
"kembalikan sekarang, Ze!"
Dengan tubuhnya yang lebih tinggi dan kuat, ia dengan mudah merebut ponsel yang ber-casing hitam itu dari dalam tas Zia.
"cepetan buka"
Dengusan kesal terdengar yang beberapa detik kemudian berubah menjadi senyuman licik.
Sembari bersidekap dada, "bayar seratus ribu. Sebagai kompensasi buat gue" ucapnya
Dengan cepat Zeo mengeluarkan dompet kulit dari saku celana abu-abu kanannya. "okey, seratus ribu buat saudara gembel!" lembaran berwarna merah itu mendarat keras dikening Zia. Hebatnya, keningnya ikutan memerah.
"deal!" Zia melotot. "terima ini" Zia berhasil menjambak rambut ikal Zeo yang kemudian lari terbirit-birit menuju kamarnya.
Lumayan porotin saudara sendiri. Hihi
"cepat Lo hapus tuh foto kalo gak mau lu gue buang ke panti jompo!!"
***
Jam dinding sudah menunjukkan pukul 20.00. Rasa bosan terus menumpuk membuat gadis berambut panjang itu berguling-guling tak tentu di kasur empuknya. Sekali lagi, ia melirik jam yang sudah berlalu dua menit. Belum ada rencana apa pun yang harus ia lakukan setelah berhasil berberes rumah satu jam yang lalu
Tidak ada pilihan lain, Zia meraba nakas dan meraih ponsel genggam miliknya. Menggulir beberapa nama yang terpampang dilayar tersebut.
"sya, lo kesini dong. Gue sendiri nih, gaada teman" rajuk Zia ditelepon.
Jeda beberapa detik. Zia dapat mendengar suara mendidih minyak dari seberang. Dapat di tebak Tasya sedang sibuk di dapur.
"gak bisa deh, Zi. Gue lagi sibuk masak nih. Belum lagi mobil gue barusan di pinjem. Mau naik apa kesana?" jawab Tasya. Suaranya kadang mendekat kadang menjauh.
"tetangga lo kan punya sepeda"
"idih, gila lo! Malam-malam datang kerumah lo naik sepeda. Jauh setan"
Tasya menggeleng dengan ide tak masuk akal barusan.
"udah ah, gue tutup!"
Tut tut tut
Mood-nya lumayan berantakan. Ditinggal sendirian di rumah rasanya nggak enak. Setengah jam yang lalu Zeo keluar untuk menjemput mama mereka di tempat kerja. Tinggal Zia yang sibuk rebahan dikamar persis pengangguran.
ALEXANDER. Nama tersebut ia ketik di kolom pencarian instagram. jiwa Stalker dalam dirinya mendadak datang. Loading beberapa menit, sebagian akun bermunculan memenuhi layar ponselnya. Tapi, tidak ada satu pun yang membuatnya yakin bahwa itu akun yang ia cari.
"gaptek atau gimana sih nih orang"
Jarinya terus menggulir untuk menjawab rasa penasaran. Hingga berhenti pada sebuah nama AL tanpa photo profil. Tidak ada bio atau pun sorotan. Postingan pun kosong ditambah akun private. Tapi hebatnya followersnya mencapai ribuan berbanding terbalik dengan followingnya yang hanya berjumlah satu. Gila!
"wah, keren nih orang. Akunnya gak ya?" tanpa sengaja ia menekan permohonan untuk mengikuti. Zia mengetuk kepalanya sendiri karena kebodohan yang barusan ia buat. Tapi gak salah juga kan?
Dari luar terdengar ketukan pintu disusul suara yang memanggil namanya dengan lembut. Zia beranjak bangun merubah posisi yang semula tiduran kini duduk.
"mama" seru Zia senang. Binar matanya menjelaskan ia merindukan wanita paruh baya itu.
Nita masuk dengan nampan berisikan segelas susu cokelat. Setelah meletak dimeja belajar, ia duduk tepat disamping Zia.
Zia segera melingkari tangannya."kangen"
Nita tersenyum. "baru juga tadi pagi ketemu" Nita mengelus penuh kasih surai hitam dan panjang itu.
"seharian gak ketemu mama bikin Zia kangen" Zia kini menaikkan pandangan. "mama tau, Zeo tadi menganiaya Zia. Sampe di buat sujud syukur kelantai ma. Gak terima kening Zia jadi korban" adunya dengan nada tak terima
Zeo yang kebetulan lewat di depan kamar segera masuk dengan protes. "fitnah ma. Tadi aja duit Zeo di rampas dua ratus ribu"
Belum juga Zia sempat naik pitam, Nita melerai. "nak, gak bagus berantem. Harus akur anak-anak mama"
"yang cari gara-gara dia. Dari pulang sekolah lagi"
"udah, udah. Sekarang makan dulu. Tadi bos tempat mama kerja ngasih makanan gratis. Sayang kalo di biarin"
"tapi ma.."
"mama nggak mau kalian bertengkar apa pun masalahnya. Harus di selesaikan baik-baik. Nah, setelah makan malam kita bahas nanti ya" Nita menatap lembut putrinya sembari menggeleng pelan.
Dalam diam, dua anak bak pinang di belah dua itu berantem dengan bahasa batin. Saling menyerang satu sama lain melalui sorot tatapan tajam.
"lapar ah"
Zia menyipitkan mata kesal memandangi Zeo yang berjalan penuh kemenangan. Zeo Mengukir senyuman menyebalkan dengan mengedikkan kedua alis berulang kali.
1 vs 2
***
Lorezia
Revisi: 08/04/2023
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEXANDER
Teen Fiction"Ada beberapa hal yang tidak bisa di perbaiki. Waktu yang terbuang sia-sia dan kepercayaan yang telah rusak" ~Lorezia~ *** Cerita murni dari pikiran penulis, jika ada kesamaan nama,tempat dan peristiwa Itu ketidaksengajaan dan bukan hasil copas kar...